Kompetitifnya persaingan antarcalon presiden jelang Pemilu 2024 membuka peluang kehadiran sosok cawapres yang dinilai tidak hanya mampu mereduksi kelemahan, tetapi juga turut memperkuat basis keterpilihan mereka.
Oleh
Bestian Nainggolan
·3 menit baca
KOMPAS
Posisi cawapres akan menjadi variabel yang sangat diperhitungkan di Pemilu 2024. Hasil survei Litbang Kompas pada Januari 2023 memperlihatkan ada 10 nama tokoh potensial sebagai cawapres potensial.
Indikasi semakin pentingnya kehadiran pasangan calon presiden (capres) tersirat dalam hasil survei periodik Litbang Kompas pada 25 Januari-4 Februari 2023. Peta persaingan yang didasarkan pada proporsi keterpilihan publik pada tiga tokoh papan atas survei, yakni Ganjar Pranowo, Prabowo Subianto, dan Anies Baswedan, tergolong kompetitif. Kali ini Ganjar masih menduduki posisi teratas, menyusul selanjutnya Prabowo dan Anies.
Namun, jika dicermati lebih jauh, besaran proporsi yang diraih setiap capres rujukan publik itu belum banyak menjaminkan dominasi keunggulan satu sama lain. Pasalnya, pilihan publik belum secara signifikan terkonsentrasi pada salah satu sosok capres.
Baca Berita Seputar Pilkada 2024
Pahami informasi seputar Pilkada 2024 dari berbagai sajian berita seperti video, opini, Survei Litbang Kompas, dan konten lainnya.
Kalkulasi secara teoretis di antara ketiga tokoh belum satu pun mampu meraih dukungan di atas ambang potensi kemenangan. Ganjar yang ada pada posisi teratas, misalnya, dukungan publik yang ia kuasai masih di bawah sepertiga bagian (25,3 persen). Sekalipun hasil survei kali ini menunjukkan jarak keterpautan dirinya dengan pesaing terdekat semakin melebar, teramat dini disimpulkan bahwa ia mendominasi penguasaan.
Belum terkonsentrasinya pilihan publik pada salah satu sosok capres dengan sendirinya membuka peluang keberadaan faktor pasangan capres, yaitu calon wakil presiden (cawapres). Kehadiran cawapres semakin menentukan lantaran sosok dan posisi politiknya tidak lagi semata sebagai pelengkap, atau keharusan pencalonan dalam pemilu.
Tidak pula hanya sebatas mengeliminasi potensi kelemahan yang melekat pada diri capres. Dalam peta politik kali ini, cawapres turut menjadi determinan politik. Dengan posisi semacam itu, cawapres berkontribusi pula sebagai vote getter, memperluas basis dukungan.
10 tokoh
Merujuk hasil survei kali ini, paling tidak ada 10 tokoh politik yang dipandang publik layak menjadi cawapres dari ketiga capres papan atas rujukan publik. Kesepuluh tokoh itu punya beragam latar belakang dan kekuatan politik. Latar belakang itu, antara lain, para tokoh yang selama ini menjadi pemimpin parpol, pemegang tiket pencalonan presiden, menteri kabinet, para kepala daerah, ataupun mereka yang berlatar militer. Kombinasi dari latar belakang yang beragam inilah yang menjadi nilai lebih.
Sebagai gambaran, jika Ganjar didudukkan sebagai capres, bagi sebagian publik, tokoh berlatar kepala daerah, seperti Ridwan Kamil, Anies, dan Khofifah Indar Parawansa, dinilai layak menjadi cawapresnya. Terdapat pula menteri berlatar militer, seperti Prabowo, atau menteri berlatar pengusaha, seperti Sandiaga Uno, Erick Thohir, dan Airlangga Hartarto, layak dipasangkan.
Bahkan, tokoh politik separtai dengannya, Puan Maharani, atau Ketua Umum Partai Demokrat, Agus Harimurti Yudhoyono, juga cocok disandingkan. Dari setiap tokoh yang ternominasikan publik menjadi pasangan ideal Ganjar, kali ini Kamil yang paling banyak dipilih.
Pada pemandangan lain, apabila Prabowo atau Anies menjadi capres, konfigurasi tokoh-tokoh yang layak dipasangkan sebagai wakilnya tak banyak berbeda. Sepuluh cawapres yang dirujuk dinilai juga layak dan akan memperkuat perluasan dukungan publik pada Prabowo dan Anies. Namun, dari semua tokoh yang dinominasikan sebagai cawapres, terdapat variasi pilihan.
KOMPAS
Hasil survei Litbang Kompas pada Januari 2023 menunjukkan pilihan publik terhadap tokoh-tokoh potensial cawapres 2024. Dua diantaranya ialah Puan Maharani dan Airlangga Hartarto.
Pada Prabowo, misalnya, justru sosok Ganjar menjadi alternatif pilihan cawapres paling kompetitif. Berpasangan dengan Ganjar, relatif dinilai lebih relevan bagi Prabowo lantaran potensi karakteristik dukungan pasangan ini jadi lebih luas secara demografi, sosial, ekonomi, dan politik.
Selain Ganjar, sebagian publik masih merindukan kembali duet Prabowo dan Sandi. Keberhasilan pasangan ini meraih hingga 44,5 persen suara pada Pilpres 2019 menjadi modal yang tak dapat diremehkan. Terlebih, saat ini kedua sosok itu telah menyatu dalam barisan kabinet pemerintahan Presiden Jokowi. Begitu pula, alternatif berpasangan dengan tokoh lainnya bagi Prabowo tak kalah kompetitif, seperti Kamil, Erick, Puan, Airlangga, dan Khofifah.
Sementara bagi Anies, pencalonannya sebagai presiden membuka peluang kehadiran pasangan cawapres dari beragam latar belakang dengan potensi keterpilihan yang juga menjanjikan. Pada nominasi terbesar, setidaknya ada tiga tokoh dengan keterpilihan tertinggi, yaitu Ganjar, Sandi, dan Kamil. Selain itu, ada beberapa tokoh partai, seperti Agus Yudhoyono, Puan, dan Airlangga, masih terbilang potensial.
Menariknya, dari sejumlah cawapres yang ternominasikan itu, jika dicermati, terjadi perubahan kuantitas dukungan. Dibandingkan dengan survei Oktober 2022, tokoh seperti Kamil, Sandi, Erick, Agus, Puan, dan Airlangga semakin meningkat posisi keterpilihannya sebagai cawapres. Peningkatan dukungan ini menunjukkan semakin beragamnya alternatif pilihan, di samping semakin tingginya posisi tawar politik setiap tokoh tersebut. (LITBANG KOMPAS)