Jajak pendapat ”Kompas” menunjukkan, 81,1 persen responden meyakini Nahdlatul Ulama di usianya yang memasuki satu abad akan semakin berkontribusi besar pada perkembangan dan kemajuan bangsa Indonesia.
Oleh
Arita Nugraheni dan Yohan Wahyu, Litbang Kompas
·4 menit baca
Membangun tradisi keagamaan yang terbuka dan toleran menjadi peran yang paling menonjol di mata publik ketika memahami Nahdlatul Ulama. Di usia satu abad berdasarkan kalender Hijriah, kontribusi organisasi keagamaan terbesar di Indonesia ini diakui publik dalam memajukan masyarakat, bangsa, dan negara.
Komitmen kebangsaan Nahdlatul Ulama (NU) yang menghormati kebinekaan dengan memperkuat toleransi ini tertangkap dari hasil jajak pendapat Kompas akhir Januari 2023. Upaya menjunjung toleransi antarumat beragama menjadi kiprah NU yang paling banyak diketahui responden dibandingkan dengan peran lainnya. Hal ini disampaikan sebagian besar responden (76,7 persen).
Pengetahuan ini juga berbanding lurus dengan penilaian mereka terhadap optimalisasi kiprah tersebut. Sebagian besar responden (73,4 persen) juga menilai peran NU dalam menjunjung kebinekaan dan toleransi sudah optimal. Namun, yang masih dinilai belum menonjol adalah peran organisasi keagamaan ini di bidang pemberdayaan ekonomi dan kesehatan.
Penilaian terhadap kiprah NU yang lebih menonjol di bidang penghormatan pada kebinekaan dan toleransi ini tidak lepas dari sejarah kelahiran NU. Selain motivasi keagamaan, kelahiran NU juga dimotivasi upaya membangun nasionalisme. Di mata NU, agama dan nasionalisme tidak bertentangan, bahkan saling memperkuat. Seperti yang dikemukakan pendiri NU, KH Hasyim Asy’ari, hubbul wathan minal iman, yang berarti cinta tanah air adalah bagian dari iman.
Upaya menjunjung toleransi antarumat beragama menjadi kiprah NU yang paling banyak diketahui responden dibandingkan dengan peran lainnya. Hal ini disampaikan sebagian besar responden (76,7 persen).
Tak heran jika kemudian di awal-awal kemerdekaan, kiprah NU menonjol dalam upaya melawan penjajah. Salah satunya yang paling fenomenal adalah Resolusi Jihad yang dikumandangkan pendiri NU pada 22 Oktober 1945. Seruan ini berisi kewajiban umat Islam dalam jihad mempertahankan Tanah Air. Peristiwa inilah yang kemudian menjadi spirit lahirnya perlawanan terhadap Belanda yang berupaya kembali menjajah Indonesia. Salah satunya melalui pertempuran 10 November 1945 di Surabaya.
Catatan sejarah ini yang semakin menebalkan sikap dan apresiasi publik pada kiprah NU selama ini. Namun, tidak hanya terkait kebinekaan dan toleransi, dalam konteks kebangsaan, jajak pendapat juga menangkap publik mengapresiasi peran NU di ranah pendidikan dan politik. Sebanyak 66,2 persen responden mengetahui kontribusi NU pada kemajuan pendidikan di Indonesia. Dengan proporsi yang hampir sama (61,6 persen), NU juga diketahui memiliki sumbangsih menjaga stabilitas politik.
Tidak heran jika kemudian dari peran-peran NU terkait kebinekaan dan toleransi, organisasi keagamaan ini juga sudah diakui telah memperkuat nilai-nilai kebangsaan. Sebagian besar responden (71,8 persen) mengakui hal itu. Penilaian ini tidak saja disampaikan responden berlatar belakang warga NU, tetapi juga oleh responden yang mengaku berlatar belakang di luar NU.
Artinya, secara umum, pengakuan bahwa NU memiliki komitmen kebangsaan sudah diakui berbagai lapisan masyarakat, baik dari kalangan pendidikan menengah bawah maupun kalangan responden dengan latar belakang pendidikan menengah atas. Jejak sejarah NU dengan upaya-upaya penguatan nilai-nilai kebangsaan menjadi penguat persepsi publik pada peran organisasi keagamaan ini.
Kemudian, pada masa-masa setelah kemerdekaan, terutama di era Reformasi, komitmen NU dalam isu-isu kebangsaan juga tetap menonjol. Salah satunya dalam penguatan ideologi Pancasila dan kebangsaan. Pada Muktamar Ke-27 NU di Situbondo, Jawa Timur, tahun 1984, salah satu keputusan yang dihasilkan adalah menerima Pancasila sebagai satu-satunya asas. Tidak hanya itu, pada Rapat Akbar NU yang digelar pada 1 Maret 1992, NU berkomitmen terhadap kehidupan kebangsaan dengan pelaksanaan UUD 1945 secara baik dan benar.
Tantangan
Di usia satu abad, NU diharapkan menjadi organisasi yang akan terus konsisten menjadi perekat bangsa. Penguatan program menjelang abad kedua NU perlu dirancang sesuai dengan kebutuhan masyarakat.
Harapan ini berangkat dari masih belum berimbangnya kiprah NU di sejumlah bidang. Seperti yang disinggung sebelumnya, di bidang pemberdayaan ekonomi rakyat dan peningkatan kualitas kesehatan, kiprah NU dianggap belum optimal. Dalam hal pemberdayaan ekonomi, separuh responden menyebut lembaga-lembaga ekonomi yang bergerak di bidang ini belum optimal.
KOMPAS/MACHRADIN WAHYUDI RITONGA
Ketua Umum Pimpinan Pusat Muslimat Nahdlatul Ulama Khofifah Indar Parawansa menandatangani perjanjian kerja sama antara PP Muslimat NU dan Gojek didampingi Chief Corporate Affairs Gojek Nila Amarita (kanan) di Bandung, Rabu (14/11/2018). Kedua pihak melakukan kerja sama untuk akselerasi ekonomi berbasis digital bagi umat PP Muslimat NU.
Begitu pula dalam peningkatan kualitas kesehatan masyarakat. Empat dari 10 responden menganggap langkah NU untuk turut serta menyediakan pelayanan kesehatan masih perlu ditingkatkan. NU juga perlu menambah upaya memperkenalkan program ini. Hal itu mengingat pada hasil jajak pendapat merekam dua dari 10 responden mengaku tak mengetahui kiprah NU di bidang kesehatan.
Di tengah apresiasi publik, NU perlu mempertajam peran dan kontribusi sosialnya, terutama di bidang ekonomi dan kesehatan. Apalagi, pendirian NU dilandasi komitmen untuk bergerak di bidang sosial, keagamaan, dan politik. NU tidak perlu lagi ragu melangkah. Masyarakat punya keyakinan besar akan kiprah NU yang semakin memberikan manfaat bagi bangsa dan negara.
Hal ini terekam dari sikap mayoritas responden (81,1 persen) dalam jajak pendapat ini yang meyakini NU akan semakin memberikan kontribusi besar pada perkembangan dan kemajuan bangsa Indonesia ke depan. Tentu, bersama kekuatan masyarakat yang lain sebagai bagian dari entitas kebangsaan yang sama, NU akan menjadi kekuatan perekat sekaligus sebagai titik temu.
Pada akhirnya, keberadaan NU diharapkan melahirkan energi atau kekuatan bagi bangsa Indonesia untuk lebih optimistis melangkah ke masa depan. Hal ini seperti dikumandangkan NU pada peringatan satu abad kelahirannya yang jatuh pada 16 Rajab 1444 H atau 7 Februari 2023. NU ingin kembali menebalkan dan memperluas manfaat bagi Indonesia.
Dengan mengusung tema ”Merawat Jagat, Membangun Peradaban”, NU berkomitmen meneruskan dan memastikan agar bangsa dan negara Indonesia tetap utuh dengan keberagaman yang ada di dalamnya. Selamat Merayakan Satu Abad Nahdlatul Ulama.