Figur capres dengan elektabilitas tertinggi masih ditempati Prabowo Subianto, Ganjar Pranowo, dan Anies Baswedan. Survei Litbang ”Kompas” menemukan, peluang elektabilitas perlu memperhatikan popularitas dan resistansi.
Oleh
BAMBANG SETIAWAN/Litbang Kompas
·6 menit baca
MARINA EKATARI
Data lembaga survei SMRC, pemilih Joko Widodo pada Pilpres 2019 cenderung memilih Ganjar Pranowo jika Gubernur Jawa Tengah itu maju dalam Pilpres 2024. Tetapi, jika Ganjar tidak maju, pemilih Jokowi akan beralih kepada Prabowo Subianto atau Anies Baswedan. Survei capres ini berdasarkan data sejak Mei 2021 hingga Maret 2022.
Mengerucutnya nama-nama tokoh yang elektabilitasnya masuk ke dalam kelompok tiga besar untuk diusung sebagai calon presiden menjadi gejala yang makin terlihat. Namun, dengan mencermati potensi yang ada pada tingkat pengenalan, kesukaan, dan resistansi pemilih, perluasan dukungan dari sejumlah tokoh lain sebetulnya masih sangat mungkin dilakukan.
Hasil survei Litbang Kompas terbaru menunjukkan, peluang keterpilihan masih mengerucut pada tiga figur, yakni Menteri Pertahanan Prabowo Subianto, Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo, dan Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan. Dalam survei terhadap 1.200 responden di 34 provinsi yang diselenggarakan pada 26 Mei-4 Juni 2022 itu, Prabowo Subianto masih berada di urutan teratas dengan elektabilitas 25,3 persen.
Posisi kedua juga tetap ditempati Ganjar Pranowo dengan 22 persen, dan posisi ketiga masih diduduki Anies Baswedan dengan 12,6 persen. Perolehan dukungan itu dihasilkan dari pertanyaan terbuka, ”Jika Pemilu Presiden dilakukan saat ini, menurut Anda siapakah tokoh yang paling layak menjadi Presiden?”
Nyaris tidak ada pergerakan yang signifikan dari elektabilitas ketiga tokoh tersebut selama enam bulan terakhir. Pada Januari 2022 lalu, elektabilitas Prabowo 26,5 persen, Ganjar 20,5 persen, dan Anies 14,2 persen. Ganjar, meskipun tren keterpilihannya konsisten menanjak, sejauh ini belum mampu mengungguli Prabowo yang cenderung stagnan.
Akan tetapi, berbeda dengan hasil yang diperoleh dari pertanyaan terbuka, pada pertanyaan tertutup dengan menyajikan 25 nama, 10 nama, 5 nama, dan 3 nama untuk dipilih, peluang Ganjar untuk mengungguli Prabowo menjadi kian besar. Meskipun belum signifikan berbeda, peringkat Ganjar cenderung di atas Prabowo.
Pada pilihan terhadap daftar 25 nama sosok yang diajukan, Prabowo 24,9 persen dan Ganjar 25,2 persen. Pada 10 nama, Prabowo 25,2 persen dan Ganjar 26,6 persen. Pada lima nama, Prabowo 28,1 persen dan Ganjar 30,2 persen. Pada tiga nama, Prabowo 32,8 persen dan Ganjar 33,6 persen. Sementara itu, posisi Anies tetap di urutan ketiga, baik dalam skema 25, 10, 5, maupun 3 nama.
Konsentrasi pilihan publik terhadap tiga nama teratas telah membawa serta keterikatan pilihan simpatisan partai. Terlepas dari agenda partai-partai yang saat ini sedang sibuk dengan penjajakan koalisi, calon pemilih partai telah punya kecenderungan sendiri dalam menentukan sosok yang akan dipilih. Ketidakselarasan antara sosok pilihan partai dengan pilihan simpatisannya, sangat mungkin terjadi.
Dalam kaitan ini, hasil survei menunjukkan lebih dominannya hubungan pemilih dengan sosok capres yang akan dipilih, daripada dengan partai pengusungnya. Pun, jika sosok yang disukai diusung oleh partai yang tidak disukai, 68 persen pemilih akan tetap menjatuhkan pilihan pada sosok yang disukai.
Dalam skema calon presiden tiga nama, yaitu jika saat ini disodorkan hanya nama, yaitu Anies, Ganjar, dan Prabowo, calon pemilih partai terdistribusi pilihannya kepada tiga nama tersebut dengan konsentrasi yang berbeda-beda. Simpatisan Partai Kebangkitan Bangsa (PKB), Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDI-P), dan Partai Nasional Demokrat (Nasdem) cenderung lebih banyak yang memilih Ganjar.
Simpatisan Partai Gerakan Indonesia Raya (Gerindra), Partai Golongan Karya (Golkar), Partai Amanat Nasional, dan Partai Demokrat cenderung lebih banyak memilih Prabowo. Sementara simpatisan Partai Keadilan Sejahtera (PKS) dan Partai Persatuan Pembangunan (PPP) cenderung memilih Anies. Sementara simpatisan partai-partai non-parlemen dan partai-partai baru lebih condong menjatuhkan pilihannya ke Prabowo.
Di papan tengah, kompetisi untuk meraih dukungan publik masih terbilang stagnan, tidak ada perubahan signifikan yang cukup berarti. Sandiaga Salahuddin Uno masih memuncaki perolehan suara papan menengah meskipun suaranya cenderung turun.
Di bawahnya terdapat sejumlah nama, seperti Ridwan Kamil, Agus Harimurti Yudhoyono, Basuki Tjahaja Purnama, Tri Rismaharini, Erick Thohir, dan Andika Perkasa. Nama-nama di luar itu rata-rata memiliki elektabilitas di bawah 1 persen.
Walaupun tampak stagnan, jika dicermati posisi ranking perolehannya, elektabilitas beberapa nama tampak mulai menguat, seperti Ridwan Kamil dan Erick Thohir. Ridwan Kamil pada enam bulan lalu perolehan suaranya masih di urutan tujuh, kini berada di ranking lima.
Erick Thohir naik dari posisi 10 menjadi ranking sembilan. Sebaliknya, posisi sejumlah nama lain cenderung sedikit melemah, seperti Agus Harimurti Yudhoyono, Basuki Tjahaja Purnama, Tri Rismaharini, dan Andika Perkasa.
Memperlebar peluang
Sejauh ini, elektabilitas sosok memang menjadi ukuran yang sulit dikesampingkan oleh partai-partai politik dalam menentukan pilihannya mengusung kandidat untuk pemilu presiden langsung mendatang. Namun, di luar potensi keterpilihan, sebetulnya terdapat aspek-aspek lain yang dapat menjadi pertimbangan, seperti popularitas dan resistansi tokoh. Popularitas berkaitan dengan tingkat pengenalan dan kesukaan terhadap tokoh, dan resistansi merujuk pada tingkat penolakan masyarakat terhadap nama tertentu.
Beberapa nama memiliki tingkat pengenalan di atas 70 persen, seperti Prabowo Subianto, Megawati Soekarnoputri, Ma’ruf Amin, Anies Baswedan, Sandiaga Uno, Basuki Tjahaja Purnama, Ganjar Pranowo, dan Ridwan Kamil. Namun, pengenalan tidak selalu linear dengan kesukaan masyarakat terhadap sosok-sosok tersebut. Yang cukup linear antara tingkat pengenalan dan tingkat kesukaan adalah Prabowo, Sandiaga, Anies, Ganjar, dan Ridwan Kamil. Adapun pada sosok Megawati, Basuki, dan Ma’ruf, kesenjangan terlihat cukup besar.
Selain nama-nama tersebut di atas, terdapat sejumlah nama yang memiliki tingkat pengenalan lumayan tinggi (antara 60-70 persen) dan tingkat kesukaan di atas 50 persen, di antaranya adalah Susi Pudjiastuti, Sri Mulyani, dan Tri Rismaharini.
Mantan Menteri Kelautan dan Perikanan Susi Pudjiastuti
Meskipun saat ini sejumlah nama memiliki elektabilitas yang masih rendah, dengan tingkat pengenalan dan kesukaan yang cukup tinggi, figur-figur tersebut masih berpotensi memperlebar dukungan suara.
Potensi perolehan suara para kandidat diperkirakan dapat makin lebar, jika tingkat penolakan atau resistansi masyarakat terhadap sosok yang akan diajukan semakin kecil. Resistansi ini merujuk pada seberapa banyak masyarakat yang dalam ingatan pertamanya langsung menyebut nama figur tertentu sebagai sosok yang paling tidak diinginkan untuk menjadi presiden.
Saat ini bisa dikatakan tingkat penolakan masyarakat terhadap figur tertentu cenderung semakin kecil, termasuk terhadap beberapa tokoh yang dalam survei-survei sebelumnya cukup tinggi. Hasil survei kali ini menunjukkan bahwa di antara tiga nama dengan elektabilitas teratas, yaitu Prabowo, Ganjar, dan Anies, hanya Ganjar yang memiliki tingkat resistansi terendah (0,2 persen). Sedangkan Prabowo 4 persen dan Anies 2,6 persen. Resistansi terhadap Anies cenderung turun dibanding pada saat survei di bulan Oktober 2021 yang mencapai 7,6 persen, sedangkan resistansi Prabowo cenderung tetap.
Sejumlah nama juga cenderung memiliki tingkat penolakan yang rendah, seperti Sandiaga Uno (0,3 persen), Ridwan Kamil (0 persen), Agus Harimurti Yudhoyono (0,8 persen), Tri Rismaharini (0,1 persen), Andika Perkasa (0 persen), dan Erick Thohir (0,2 persen).
Dengan melihat potensi yang melekat pada aspek popularitas dan tingkat resistansi yang rendah, sejumlah nama masih berpeluang menjadi figur yang potensial mendapat dukungan suara pada kontestasi Pilpres 2024. Aspek-aspek tersebut juga dapat menjadi dasar pertimbangan penentuan pasangan calon presiden dan calon wakil presiden.