Persaingan Pemain Lama di Pilkada Keerom
Perekonomian meningkat, lingkungan terjaga, dan masyarakat sejahtera kiranya menjadi prioritas pemimpin Keerom mendatang.
Pilkada 2020 di Kabupaten Keerom, Papua, diramaikan sosok lama. Para kandidat itu juga dihadapkan oleh masalah lama, seperti perambahan hutan dan peningkatan ekonomi berbasis kelestarian lingkungan.
Pilkada Keerom di Provinsi Papua tahun ini diikuti aktor-aktor lama yang tidak asing lagi bagi masyarakat setempat. Sebagian kandidat bahkan telah mengikuti pilkada tahun 2005. Di antara kandidat, ada juga yang pernah menjabat kursi pemerintahan di kabupaten ini.
Ada tiga pasangan calon yang maju untuk memperebutkan suara pemilih Keerom. Pertama adalah pasangan Muh Markum dan Malensius Musui. Pasangan ini diusung tujuh partai, yaitu Partai Keadilan Sejahtera, Partai Hanura, Partai Persatuan Pembangunan, Partai Persatuan Indonesia, Partai Garuda, Partai Demokrat, dan Partai Gerindra.
Pasangan kedua adalah Piter Gusbager dan Wahfir Kosasih. Mereka diusung tiga partai, yaitu Partai Golkar, Nasdem, dan PDI-P. Adapun pasangan ketiga, yaitu Yusuf Wally dan Hadi Susilo, maju memakai jalur perseorangan atau independen.
Jika melihat rekam jejak pilkada sebelumnya, dukungan parpol menjadi salah satu unsur kemenangan di pilkada. Artinya, Pilkada 2020 berpeluang terjadinya persaingan ketat antara Markum-Malensius dan Piter-Wahfir. Namun, persaingan bukan semata melibatkan kekuatan parpol. Figur calon juga akan menjadi titik persaingan.
Menariknya, tiga calon bupati di Pilkada Keerom kali ini pernah menjabat bupati atau wakil bupati Keerom. Markum merupakan petahana bupati setelah menggantikan Celcius Watae yang meninggal pada 2018. Sebelum menjadi bupati, Markum mendampingi Celcius Watae dalam Pilkada 2015. Markum juga menjabat Wakil Bupati Keerom 2010-2015 mendampingi Yusuf Wally yang juga mencalonkan diri sebagai bupati pada Pilkada 2020.
Yusuf Wally sendiri telah mengikuti tiga kali pilkada Keerom, termasuk tahun ini. Ia berhasil pada Pilkada 2010.
Adapun Piter Gusbager adalah petahana wakil bupati Keerom yang baru diangkat pada 2019 menggantikan Markum. Sebelumnya, ia pernah bersaing melawan Yusuf Wally dan Markum pada Pilkada 2010.
Modal pengalaman dan kepopuleran tiga pasangan calon ini membawa suasana persaingan ketat dalam pilkada tahun ini. Apalagi dalam dua pilkada terakhir, terjadi sengketa perselisihan hasil penghitungan suara.
Pada Pilkada 2015, pasangan calon Yusuf Wally-Sarminanto mengajukan sengketa perselisihan hasil pilkada yang saat itu dimenangi pasangan Celcius Watae-Muh Markum. Sementara di Pilkada 2010, pasangan calon Celcius Watae-Marsudi mengajukan sengketa dalam pilkada yang dimenangi Yusuf Wally-Muh Markum.
Penduduk yang relatif heterogen turut menciptakan kontestasi yang relatif terbuka di Keerom. Sejak 1964, Keerom yang saat itu masih termasuk Kabupaten Jayapura sudah menjadi tujuan transmigrasi. Di Arso (wilayah Keerom) awalnya ditempatkan sembilan keluarga dengan 22 jiwa. Jumlah transmigran ini terus meningkat hingga total ada 8.457 keluarga atau 34.980 jiwa pada tahun 2000.
Dalam perkembangannya, daerah transmigrasi juga bertambah, mulai dari Arso Timur, Arso Barat, Mannem (Kampung Wonorejo), hingga Skanto. Ini membuat 43.422 jiwa atau 77,8 persen dari total penduduk Keerom merupakan transmigran.
Kondisi ini membuat kehadiran kandidat yang merupakan warga asli Keerom belum menjamin kemenangan dalam pilkada meski Majelis Rakyat Papua menolak pendatang untuk menjadi pemimpin daerah. Para calon bupati di Pilkada Keerom kali ini pun berasal dari luar Keerom. Seperti Muh Markum yang merupakan transmigran dari Jawa Tengah, Piter Gusbager dari Manokwari, dan Yusuf Wally yang berasal dari Jayapura.
Masalah lama
Pada Pilkada 2020 ini bukan hanya kandidat lama yang mewarnai kontestasi. Permasalahan di wilayah Keerom yang mesti diselesaikan oleh siapa pun pemenang pilkada mendatang juga relatif tidak ada yang baru. Perambahan hutan menjadi salah satu masalah laten di wilayah tersebut.
Keerom tercatat sebagai salah satu daerah yang rawan perambahan hutan. Dengan luas kawasan hutan mencapai 89,6 persen luas daerah, Keerom menjanjikan sumber daya alam dan keanekaragaman hayati yang besar. Ini membuat wilayah itu menjadi salah satu tempat eksploitasi hasil hutan di Papua.
Selain masalah lingkungan, peningkatan perekonomian Keerom juga menjadi tantangan bagi kepemimpinan selanjutnya di daerah itu. Ini karena laju pertumbuhan ekonomi justru turun dalam empat tahun terakhir. Pada 2019, laju pertumbuhan produk domestik regional bruto Keerom hanya 3,92 persen. Sementara pada 2016 mencapai 5,79 persen.
Baca juga: 15 Saksi Kasus Penyalahgunaan Bansos di Keerom Diperiksa
Padahal, Keerom berada di wilayah strategis. Keerom termasuk wilayah penyangga ibu kota Provinsi Papua, yaitu Kota Jayapura. Jarak dari Keerom ke Kota Jayapura hanya 42 kilometer. Keerom juga berbatasan langsung dengan Papua Niugini.
Keerom menjadi pemasok utama hasil pertanian ke kota-kota sekitarnya, termasuk Kota Jayapura, bahkan ke Papua Niugini. Berkat para transmigran, budidaya sayur-mayur dan buah-buahan berkembang pesat di wilayah itu. Keerom juga terkenal dengan hasil perkebunannya berupa kelapa sawit dan kakao.
Upaya peningkatan ekonomi ini perlu diikuti peningkatan infrastruktur sebagaimana yang telah dijalankan selama ini. Pemerintah daerah sudah meningkatkan akses transportasi di sejumlah wilayah sehingga sudah bisa dilewati kendaraan roda empat.
Baca juga: Penyalahgunaan APBD Capai Rp 100 Miliar
Pemerintah pusat juga membantu peningkatan infrastruktur di wilayah ini. Jalan Trans-Papua sudah dibangun melewati Keerom. Dengan dibangunnya Jembatan Holtekam di Teluk Youtefa, Kota Jayapura, akses ke Keerom dapat lebih mudah.
Perekonomian meningkat, lingkungan terjaga, dan masyarakat sejahtera kiranya menjadi prioritas pemimpin Keerom mendatang. Dengan pengalaman sebagai pemimpin Keerom di masa lalu, kiranya calon pemimpin dapat lebih matang dan maksimal dalam membangun Keerom. Semangat Tamne Yisan Kefase (Mari Kita Bersatu Bersepakat untuk Membangun Keerom) dapat dimulai saat pilkada ini. (LITBANG KOMPAS)