Saat Gemuruh Mengentak Sabuga
Rintik hujan pada Senin (12/3) sore hingga petang tidak menyurutkan tim pendukung empat pasangan calon gubernur dan wakil gubernur Jawa Barat berbondong-bondong menuju Sasana Budaya Ganesha (Sabuga) di Institut Teknologi Bandung, Jawa Barat. Sorak -sorai diiringi yel-yel terus membahana seiring para calon pemimpin yang mereka dukung secara bergiliran menginjakkan kaki di lokasi mulai pukul 17.30.
Debat Pilkada Gubernur Jawa Barat putaran pertama ini menandai bagaimana performa Ridwan Kamil-Uu Ruzhanul, TB Hasanuddin-Anton Charliyan, Sudrajat-Akhmad Syaikhu, serta Deddy Mizwar-Dedi Mulyadi beradu argumen. Layaknya petarung sejati, empat paslon berusaha mengeluarkan jurus-jurus ampuhnya untuk menunjukkan siapa yang pantas dipilih warga Jabar.
Paslon nomor urut 1 (Ridwan Kamil-Uu Ruzhanul) dengan gaya kalemnya saat bicara berulang kali menyampaikan bahwa aplikasi berbasis daring dalam mengelola tata pemerintahan akan sangat memudahkan warga. Melalui aplikasi teknologi ini, kedekatan komunikasi aparat birokrasi dan warga mudah terbangun.
Namun, paslon nomor 2 (TB Hasanuddin-Anton Charliyan) menyanggah dengan berargumen bahwa saat ini di Jawa Barat, terutama di pelosok, masih kesulitan mengakses internet. Sosialisasi aplikasi, menurut paslon nomor 2, juga belum maksimal.
Penampilan pasangan nomor urut 2 (TB Hasanuddin-Anton Charliyan) boleh dibilang kocak, terutama performa Anton Charliyan. Istilah-istilah ”molotot.com” dan ”Jabar edun” untuk menjelaskan bagaimana proses pengawasan melekat dan penerapan aplikasi daring dalam menyelenggarakan pemerintahan daerah mengundang gelak tawa sekitar 1.000 pasang mata yang menyaksikan di dalam ruang debat Sabuga.
Namun, di balik kelucuan paslon ini, ada visi menjanjikan yang akan mereka bangun jika nanti terpilih. Masalah keamanan di Jabar merupakan salah satu fokus yang akan mereka garap.
Berbeda dengan paslon 1 dan paslon 2, penampilan paslon nomor urut 3 (Sudrajat-Akhmad Syaikhu) sedikit terkesan agak serius dalam menanggapi pertanyaan moderator Rosianna Silalahi dari Kompas TV. Paslon ini juga kerap memberikan ”serangan” pertanyaan yang mengejutkan kepada paslon lainnya.
Misalnya, pertanyaan soal mengapa di Purwakarta banyak pohon yang ”disarungi” dengan kain yang dilontarkan kepada paslon nomor 4. Dengan santainya, cawagub paslon nomor 4, Dedi Mulyadi yang merupakan Bupati Purwakarta, menjawab jika pohon yang disarungi pakai kain tersebut adalah upaya penyadaran kepada warga agar menjaga kelestarian lingkungan.
Jika melihat penampilan paslon nomor 4, warga Jawa Barat tidak akan lupa figur Nagabonar yang lekat dengan calon gubernur Deddy Mizwar. Performa Deddy Mizwar yang jago mendongeng dikeluarkan saat unjuk gigi di panggung. Ibarat seorang pendongeng yang sedang berkisah tetapi sangat berbobot. Keahlian Deddy Mizwar sebagai aktor film kelihatan sekali saat memainkan kata-kata di panggung. Wakilnya, Dedi Mulyadi, menunjukkan ikon khas Sunda dari sisi penampilan kostum dan logat bicara. Tampaknya pasangan ini ingin mendekatkan diri pada kearifan lokal.
Debat kali ini juga terkesan sejuk karena pada sesi kelima ada penampilan hiburan dari tiap paslon. Pasangan ”Rindu Juara” mengangkat tema sporty dengan penari latar berkaus hijau bertuliskan ”Rindu Juara”. Paslon nomor dua Hasanah menampilkan pencak silat khas Sunda, paslon nomor tiga Asyik menyajikan tarian Sunda yang dibawakan mojang priangan, sementara paslon 4 memilih salah satu penyanyi nasional dengan penari latar berkostum Sunda.
Di balik gemuruh debat, warga Jawa Barat juga memberikan pandangan mereka saat menonton debat ini. Litbang Kompas melakukan pengumpulan pendapat melalui telepon terhadap 370 responden warga Jabar sebelum acara debat dimulai. Wawancara ulang dilakukan atas 115 responden saat menyaksikan acaranya.
Tiga wilayah di mana responden paling banyak mengikuti debat adalah Bandung Raya, Priangan Timur, dan Cirebonan. Salah satu alasan responden tidak menyaksikan debat karena jangkauan siaran yang belum sampai di wilayahnya atau sinyal kualitas gambar tidak maksimal untuk dinikmati.
Hasil Jajak Pendapat Kompas terhadap responden penonton debat menunjukkan pasangan nomor urut 1 lebih unggul dalam performa debat. Pasangan ini dibayang-bayangi pasangan urut nomor 4 dalam hal performa debat.
Dari tiga aspek performa debat, yaitu penguasaan masalah, program kerja, dan cara berkomunikasi, paslon nomor urut 1 (Ridwan Kamil-Uu Ruzhanul) unggul dalam dua aspek dibandingkan 3 paslon lainnya, yakni cara berkomunikasi dan program kerja. Adapun paslon 4 (Deddy Mizwar-Dedi Mulyadi) unggul dalam aspek penguasaan masalah yang dilemparkan moderator debat.
Responden juga menganggap debat publik calon gubernur dan wakil gubernur menjadi salah satu faktor untuk menentukan pilihan. Sebanyak 83,5 persen menyatakan jika debat pilgub kali ini menjadi bahan pertimbangan dalam menentukan siapakah calon yang akan mereka pilih.
Performa dalam debat bukan merupakan ukuran kinerja gubenur nantinya, tetapi melalui debat publik pilkada, masyarakat bisa mendapatkan gambaran kira-kira siapa calon gubernur dan wakil gubernur yang akan mereka pilih. Debat merupakan gambaran visi ke depan calon kepala daerah sekaligus juga janji mereka kepada warga masyarakat sebagai pemilih. (TOPAN YUNIARTO/LITBANG KOMPAS)