Danau Sunter yang terletak di Jakarta Utara menjadi arena pertandingan antara Wakil Gubernur DKI Jakarta Sandiaga Uno dan Menteri Kelautan dan Perikanan Susi Pudjiastuti. Semua bermula dari sebuah taruhan.
Awalnya, Susi menantang Pemerintah Provinsi DKI Jakarta bisa menata danau tersebut agar rapi dan bersih hingga layaknya seperti di Eropa. Tantangan itu disambut balik oleh Sandiaga dengan tawaran bertanding di sana setelah menilai ada peningkatan pada kualitas air danau.
Apabila Susi menang, Pemprov DKI Jakarta harus bisa melakukan hal serupa untuk danau-danau lain di Jakarta. Berdasarkan data Dinas Lingkungan Hidup DKI Jakarta, ada sekitar 77 waduk, situ, dan embung di Jakarta. Melalui peran pasukan oranye, baru 50 danau yang ditangani kebersihannya.
Sandiaga bertanding dengan berenang, sementara Susi menyanggupi dengan mendayung atau paddling. Dalam acara Festival Danau Sunter pada Minggu (25/2), keduanya akhirnya membuktikan ucapan dan beradu dengan terjun ke air di Danau Sunter dan mengitari dengan jarak sekitar 1 kilometer.
Dua sosok ini memang dikenal dengan olahraga pilihannya. Sandiaga dengan berenang, sementara Susi dengan mendayung. Hasil pertandingan tersebut berakhir dengan kemenangan Susi yang mengambil bendera sebagai tanda tiba di titik akhir lebih dahulu.
Kemenangan Susi pun disambut dengan gembira oleh semua pihak. Layaknya pertandingan persahabatan, tidak perlu ada yang meninggalkan arena dengan rasa malu atau dikalahkan.
Karena apa pun hasilnya, justru warga Jakarta-lah yang menjadi pemenangnya karena mendapatkan manfaat dari pertandingan tersebut, yakni komitmen dari Pemprov DKI Jakarta bahwa danau-danau lainnya akan diperbaiki kualitasnya sehingga bisa sebagus Danau Sunter.
Dan apabila itu terjadi, warga akan punya ruang umum yang bisa dinikmati untuk bersantai dan menghabiskan waktu bersama keluarga. Sebuah obyek wisata yang bisa dinikmati secara gratis oleh warga Ibu Kota atau siapa saja.
Meskipun hanya sebuah pertandingan berenang dan mendayung, apa yang ditunjukkan Sandiaga dan Susi bisa menjadi setetes embun di Indonesia yang mudah panas dan tegang hanya karena kompetisi. Semoga energi positif ini bisa menjadi teladan bagi mereka yang sedang berebut suara demi menduduki jabatan politik pada tahun 2018 dan 2019 nanti.
Siapa pun yang unggul, seharusnya rakyat yang menjadi pemenangnya. (ELD)