Paduan Alam dan Budaya, Modal Ibu Kota Baru di Kalimantan Timur
Presiden Joko Widodo mengumumkan lokasi baru ibu kota RI, yakni di Kabupaten Kutai Kartanegara dan Kabupaten Penajam Paser Utara, Kalimantan Timur. Terlepas dari pro dan kontra terhadap keputusan Presiden, penulis memiliki kenangan yang indah tentang kehidupan alam bebas dan keragaman budaya di Provinsi Kalimantan Timur.
Oleh
Iwan Santosa
·4 menit baca
Kompas/Heru Sri Kumoro
Gubernur Kalimantan Timur Isran Noor (kanan) mendampingi Presiden Joko Widodo saat mengumumkan pemindahan ibu kota negara di Istana Negara, Jakarta, Senin (26/8/2019). Presiden mengumumkan, ibu kota negara akan dipindahkan dari DKI Jakarta ke sebagian wilayah di Kabupaten Penajam Paser Utara dan Kutai Kartanegara di Kalimantan Timur.
Presiden Joko Widodo mengumumkan lokasi baru ibu kota Republik Indonesia, yakni di Kabupaten Kutai Kartanegara dan Kabupaten Penajam Paser Utara, Kalimantan Timur. Terlepas dari pro dan kontra terhadap keputusan Presiden, penulis memiliki kenangan yang indah tentang kehidupan alam bebas dan keragaman budaya di Provinsi Kalimantan Timur.
Dalam kurun tahun 2001-2004, penulis bermukim di Kalimantan Timur sebagai wartawan harian Kompas dan juga aktif bepergian ke berbagai wilayah pedalaman Kalimantan Timur, termasuk perbatasan dengan wilayah negara tetangga di Sabah dan Sarawak, Malaysia timur.
Kawasan yang ditentukan sebagai ibu kota baru tidak berjauhan dari Jalan Tol Balikpapan-Samarinda, Jembatan Teluk Balikpapan, dan bandara baru Balikpapan di utara Bandara Sepinggan. Kawasan ini juga merupakan daerah strategis, terutama di wilayah Delta Mahakam yang dahulu merupakan salah satu pusat eksploitasi minyak dan gas bumi.
Di kawasan tersebut juga terdapat pusat konservasi orangutan (Pongo pygmaeus) di bawah lembaga Balikpapan Orang Utan Society, penangkaran buaya Tritip yang menangkarkan buaya muara (Crocodylus porosus sp), dan beragam kekayaan hayati. Penangkaran buaya tersebut, menurut Tarto Sugiarto, pendiri Tritip Crocodile Farm, menjadi rujukan lembaga dunia untuk melihat industri kulit buaya dan penangkaran yang memenuhi standar dunia.
KOMPAS/LUKAS ADI PRASETYA
Program Samboja Lestari, di kawasan ekowisata terbatas milik Yayasan Penyelamatan Orangutan Borneo (BOS) di Kabupaten Kutai Kartanegara, Kalimantan Timur, memiliki 224 individu orangutan yang direhabilitasi, Rabu (15/8/2012).
Berbagai upaya pelestarian juga dilakukan di ”kota minyak” Balikpapan. Salah satunya adalah proyek pesisir yang menggarap pelestarian hutan mangrove di Kota Balikpapan. Di utara kota terdapat hutan lindung Sungai Wain yang berdekatan dengan reservoir dan menjadi tempat hunian maskot Kota Balikpapan, yakni beruang madu (Helarctos malayanus) serta orangutan.
Dalam bentangan 100 kilometer antara Balikpapan dan Samarinda, terdapat begitu banyak potensi alam yang pada masa awal otonomi daerah tidak dikelola baik. Taman Hutan Raya (Tahura) Bukit Soeharto, misalnya, hanya menyisakan nama. Di kanan-kiri jalan sepintas lalu terlihat rapatnya pepohonan mengapit jalan raya Balikpapan-Samarinda.
Namun, jika kita melangkah masuk menembus pepohonan berkisar 40-100 meter, terlihat lahan yang gundul akibat pembalakan liar dan sering memicu kebakaran lahan akibat endapan batubara yang tereskpose suhu panas dan pembakaran lahan di musim kemarau.
Dari sisi sejarah, keberadaan perusahaan minyak dunia Royal Dutch Shell salah satu sumber minyaknya berasal dari kawasan Balikpapan dan Delta Mahakam di kawasan Muara Jawa dan Sanga-Sanga yang hingga awal tahun 2000-an masih dikelola oleh Expand dan sejumlah perusahaan. Perusahaan Perancis, Total Indonesie, juga mengelola ladang migas besar di kawasan Delta Mahakam, seperti di kawasan Handil.
KOMPAS/LUKAS ADI PRASETYA
Tumpahan atau ceceran minyak seperti ini terhampar di Pantai Monumen Perjuangan Rakyat (Monpera) Balikpapan, Kalimantan Timur, Selasa (2/5/2017). Belum diketahui asal tumpahan minyak yang diketahui mulai terlihat sejak Senin (1/5/2015). Tumpahan minyak terhampar 2 km sepanjang pesisir. Pasir pantai menjadi berwarna kehitaman, berbau, dan lengket.
Pengeboran perdana dilakukan di Sumur Mathilde di Balikpapan pada 10 Februari 1897. Wilayah Balikpapan yang ketika itu merupakan bagian Kesultanan Kutai pun segera berkembang pesat.
Sumur angguk penanda pengeboran minyak di Balikpapan, Delta Mahakam, hingga pesisir selatan Samarinda menjadi bukti sejarah panjang eksploitasi minyak yang menjadi sumber kekayaan perusahaan multi nasional dan diperebutkan antara Sekutu dan Jepang dalam Perang Dunia II.
Tidak jauh dari Rumah Sakit Pertamina Balikpapan, terdapat monumen memperingati pendaratan Divisi 7 Australia Imperial Forces medio tahun 1945 untuk merebut Balikpapan dari pendudukan militer Jepang.
Sebagai kota yang dibangun untuk industri minyak dan fasilitas pendukung, tata kota Balikpapan sangat asri dan tertib. Masyarakat yang heterogen, berpendidikan menengah atas, dan banyaknya ekspatriat asing dari Amerika, Australia, Perancis, dan berbagai kebangsaan membuat suasana Balikpapan multikultur dan tenggang rasa.
KOMPAS/SUCIPTO
Salah satu pintu tol di seksi I proyek Tol Balikpapan-Samarinda di Kalimantan Timur sudah berdiri, Kamis (11/7/2019). Proyek strategis nasional tol sepanjang 99,35 kilometer ini ditargetkan bisa digunakan fungsional akhir tahun ini.
Sementara itu, Kota Samarinda, ketika Indonesia merdeka, barulah pada tahun 1957 ditetapkan menjadi ibu kota Provinsi Kalimantan Timur. Sebelumnya Samarinda menjadi ibu kota Keresidenan Kalimantan Timur tahun 1950, bagian dari Provinsi Kalimantan. Sayangnya, tata kota Samarinda terkesan semrawut, demikian pula perilaku warga dalam berlalu lintas dan keseharian.
Adapun wilayah Delta Mahakam, jika dalam keadaan terawat, seharusnya dapat menjadi daerah rawa yang indah seperti di Miami, Amerika Serikat, atau Delta Okavango di Afrika yang kaya dengan keanekaragaman hayati.
Pesut mahakam (Orcaella brevirostris) hingga anggrek hitam (Coelogyne pandurata), yang terancam punah dan merupakan satu-satunya spesies di dunia, adalah fauna flora endemik kawasan sungai dan Delta Mahakam serta hutan di daerah hulu Mahakam. Kini hanya tersisa anggrek hitam di suaka alam Kersik Luway di hulu Mahakam, sedangkan pesut mahakam tersisa di daerah hulu Sungai Mahakam.
Kerusakan alam di masa industri kayu tahun 1970-an dan otonomi daerah awal tahun 2000-an hendaknya menjadi pelajaran berharga bagi pemerintah pusat dalam membangun ibu kota baru di Kalimantan Timur yang pernah salah kelola, mengakibatkan kerusakan alam dan lingkungan. Kondisi alam Kalimantan yang bebas dari gempa dan minimnya ancaman tsunami tentu harus diimbangi dengan menjaga kelestarian alam Kalimantan sebagai salah satu paru-paru dunia.
KOMPAS/SUCIPTO
Kera-kera yang berada di kawasan Bukit Bangkirai, Kutai Kartanegara, Kalimantan Timur, sedang bermain-main, Minggu (28/7/2019).
Meski terjadi kerusakan alam, secara alamiah keberadaan masyarakat Kutai, sejumlah suku Dayak, Paser, dan Banjar sebagai masyarakat asli Kalimantan Timur yang sekian lama hidup damai dengan warga pendatang dari Jawa, Bugis, Tionghoa, Arab, dan berbagai suku lain, merupakan modal sosial yang penting dalam menyiapkan ibu kota baru Republik Indonesia.
Ibu kota baru Indonesia hendaknya dibangun sesuai semangat jati diri bangsa Indonesia, yaitu Pancasila yang mengedepankan ketuhanan, kemanusiaan, persatuan, musyawarah, dan keadilan sosial dalam segala peri kehidupan.