Ungkap Kesederhanaan Paus Fransiskus, Kardinal Suharyo: Pakai Sepatu yang Sudah Berlekuk
Sisi kesederhanaan Paus Fransiskus mulai dari memakai sepatu yang sudah berlekuk hingga jam tangan Swatch.
Oleh
NIKOLAUS HARBOWO
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS – Uskup Agung Jakarta Kardinal Suharyo mengungkapkan pilihan sepatu Paus Fransiskus yang menunjukkan kesederhanaannya. Pemimpin tertinggi Gereja Katolik sedunia itu ternyata memakai sepatu yang sudah berlekuk-lekuk.
Kardinal Suharyo dalam jumpa pers di Katedral Jakarta, Rabu (4/9/2024), awalnya menyampaikan bahwa Paus Fransiskus langsung bertolak ke Kedutaan Besar (Kedubes) Vatikan untuk Indonesia seusai bertemu dengan Presiden Joko Widodo di Istana Negara, Jakarta. Di Kedubes Vatikan, Paus Fransiskus bertemu dengan sesamanya, anggota Serikat Yesus.
Salah satu spiritualitas dasar anggota Serikat Yesus ialah memilih untuk hidup sederhana. Karena itu, lanjut Kardinal Suharyo, tak heran jika perilaku Paus Fransiskus bahkan barang-barang yang dikenakannya mencerminkan spiritualitas tersebut.
”Saya sengaja memperhatikan sepatunya (Paus Fransiskus). Saya, kan, dekat ya melihat sepatunya. Biasanya, Bapa Suci itu memakai sepatu merah atau putih, tetapi kemarin saya lihat sepatunya itu hitam dan sudah lekuk-lekuk. Itu tandanya sudah lama dipakai. Itu bukan sekadar kebetulan. Itu adalah pilihan untuk tetap hidup sederhana,” tutur Kardinal Suharyo.
Kesederhanaan Paus Fransiskus juga tampak dari hal-hal lain. Misalnya, Paus Fransiskus yang juga Kepala Negara Vatikan itu menggunakan pesawat komersial saat datang ke Indonesia.
Selain itu, selama di Indonesia, Paus Fransiskus juga tidak menaiki mobil kelas pejabat, tetapi mobil masyarakat pada umumnya. Untuk beristirahat, Paus Fransiskus juga tidak memilih di hotel berbintang, tetapi di Kedubes Vatikan.
Saya sengaja memperhatikan sepatunya (Paus Fransiskus). Biasanya, Bapa Suci itu memakai sepatu merah atau putih, tetapi kemarin saya lihat sepatunya itu hitam dan sudah lekuk-lekuk. Itu tandanya sudah lama dipakai. Itu adalah pilihan untuk tetap hidup sederhana.
Kardinal Suharyo menyampaikan bahwa Paus Fransiskus sangat gembira dengan sambutan masyarakat dan pemerintah Indonesia. Bahkan, Paus Fransiskus juga tidak pernah ingin menutup kaca jendela mobilnya demi bisa menyapa masyarakat Indonesia yang tengah menantinya.
Setiap berpindah dari satu lokasi ke lokasi lain, Paus Fransiskus selalu meminta pengemudi mobilnya untuk memelankan laju kendaraan agar bisa leluasa menyapa umatnya.
"Itu tanda apa? Tanda bahwa beliau ingin sebetulnya bersalaman dengan semua yang ada di situ, tetapi kan tidak bisa. Jadi betapa cinta kasih Bapa Suci Fransiskus untuk siapapun dan kalau bisa semua mau dipeluk atau sekurang-kurangnya disalami," tutur Kardinal Suharyo.
Kesederhanaan itu juga digarisbawahi Ketua Umum PP Muhammadiyah Haedar Nashir melalui siaran pers yang diterima, Senin (3/9/2024). Dia menyatakan, pilihan pesawat komersial serta tidak menginap di hotel berbintang menunjukkan keteladanan seorang pemimpin.
Di sisi lain, Kardinal Suharyo juga mengungkapkan alasan Paus Fransiskus lebih memilih singgah terlebih dahulu di Indonesia daripada di Singapura. Menurutnya, ini tak terlepas dari keistimewaan Indonesia yang memiliki keberagaman suku, agama, ras, dan budaya.
Semua keberagaman itu disatukan dalam semangat yang sama, Bhinneka Tunggal Ika, Pancasila, dan pembukaan Undang-Undang Dasar 1945. Kekaguman Paus Fransiskus terhadap Indonesia juga tercermin dari pidato Paus Fransiskus di Istana Negara, Rabu pagi.
Hal menarik lain dari pidato Paus Fransiskus ialah sentilan dalam hal politik. Cita-cita bangsa begitu tinggi, tetapi sering kali keadaannya tidak seperti yang diharapkan. Misalnya, agama yang seharusnya mempersatukan di tempat-tempat tertentu, justru digunakan untuk kepentingan-kepentingan yang tidak mulia.
"Lalu yang juga menarik bagi saya saya ingat adalah kata-kata ini, 'politik adalah bentuk yang paling mulia dari kasih'. Kita jarang mendengar kata-kata seperti itu. Politik itu kotor, itu biasa kita mendengar. Tetapi bahwa politik pada dasarnya adalah wujud kasih yang sangat unggul, itu tadi diucapkan oleh Bapa Suci. Saya kira konsekuensinya akan besar kalau itu dikembangkan dengan berbagai macam tafsiran dan bukan hanya tafsiran tetapi perwujudannya," kata Kardinal Suharyo.
Kami mengajak Anda untuk bergabung dalam WhatsApp Group Pembaca Kompas ”Liputan Khusus Kunjungan Paus”. Melalui grup tersebut, Kompas akan mengirimkan rekomendasi bacaan terkait kunjungan Paus Fransiskus. Klik di sini untuk mendaftar dan bergabung.