Paus Fransiskus mengingatkan bahwa setan selalu berusaha memecah belah. Setan ada di saku ”kita” manusia.
Oleh
NIKOLAUS HARBOWO
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Paus Fransiskus mengingatkan bahwa setan selalu berusaha untuk memecah belah persaudaraan. Bahkan, dengan tegas, pemimpin tertinggi Gereja Katolik sedunia itu menyebut setan selalu ada di saku manusia.
Di sela-sela kunjungan ke Indonesia, Paus Fransiskus menggelar audiensi dengan perwakilan biarawan dan biarawati seluruh Indonesia, di Katedral Jakarta, Rabu (4/9/2024) sore. Lebih dari 1.200 biarawan dan biarawati memadati area dalam dan sisi barat Katedral Jakarta.
Dalam audiensi, Paus Fransiskus awalnya menyinggung salah satu kata dalam tema kunjungannya ke Indonesia, yakni bela rasa (compassion). Baginya, bela rasa sangat erat kaitannya dengan persaudaraan.
”Kita tahu bahwa bela rasa tidak dibatasi saja pada memberi sedekah kepada orang yang membutuhkan. Sambil memandang rendah mereka dari menara rasa aman dan keberhasilan kita. Sebaliknya, bela rasa berarti mendekatkan kita satu dengan yang lain. Menghapuskan segala sesuatu yang menghalangi kita untuk turun menyentuh mereka yang ada di bawah,” ujar Paus Fransiskus.
Lebih dari itu, lanjut Paus Fransiskus, bela rasa berarti merangkul mereka yang papa serta melibatkan mereka untuk memperluas jaringan cinta kasih Tuhan. ”Adalah penting untuk menyentuh orang kecil atau kaum miskin,” tegasnya.
Menurut Paus Fransiskus, ada juga orang-orang yang takut berbela rasa kepada sesama karena mereka menganggapnya sebagai sebuah kelemahan. Padahal, dengan tidak berbela rasa, mereka hanya melayani kepentingan diri mereka sendiri dengan menjaga jarak dari semua orang dan tidak membiarkan diri mereka disentuh oleh apa pun dan siapa pun.
”Jadi mereka berpikir bahwa mereka lebih cerdas dan bebas dalam mencapai tujuan-tujuan mereka. Ini adalah cara yang salah dalam melihat realitas,” kata Paus Fransiskus.
Paus Fransiskus kemudian memberikan sebuah contoh cerita mengenai kenalannya di Buenos Aires, Argentina. Orang tersebut memiliki harta kekayaan yang melimpah, tetapi selalu ingin menerima dari orang lain, mengeruk kekayaan melalui orang lain. Lalu, orang-orang di sekitarnya mengatakan bahwa orang tersebut merupakan anak yang malang karena ia tidak bisa menutup peti jenazahnya sendiri.
”Setan selalu ada di dalam saku kita. Apakah Anda percaya?” ujar Paus Fransiskus di hadapan biarawan-biarawati.
Paus menegaskan bahwa yang membuat dunia bergerak maju bukanlah perhitungan kepentingan pribadi. Sebab, kepentingan pribadi umumnya berujung pada kerusakan ciptaan Tuhan dan perpecahan komunitas.
”Bela rasa tidak menggelapkan visi kehidupan yang sejati. Sebaliknya, bela rasa membuat kita mampu melihat berbagai hal lebih baik dalam terang kasih secara spontan. Oleh karena itu, tolong jangan lupa, setan selalu ada di dalam saku,” ucap Paus Fransiskus.
Setan selalu memecah belah
Ditemui seusai audiensi, Uskup Bogor Mgr Paskalis Bruno Syukur bersyukur mendapatkan siraman rohani dari Paus Fransiskus. Baginya, audiensi bersama Paus Fransiskus ini menjadi penguat iman bagi biarawan-birawati serta para calon pastor.
”Beliau tahu bahwa tantangan-tantangan kita di Indonesia ini berkenaan dengan iman. Dan sesungguhnya, itulah yang menjadi tugas utama para uskup, imam, dan para seminaris supaya memiliki iman yang kuat,” ujar Mgr Paskalis.
Mgr Paskalis sependapat dengan pernyataan Paus Fransiskus soal setan ada di dalam saku manusia. Menurut dia, dari pernyataan itu, Paus Fransiskus ingin mengingatkan para audiens yang hadir bahwa sebenarnya Yesus mempersatukan dan setan selalu memecah belah persatuan.
”Lalu, dia katakan, setan itu ada dalam saku, dalam pengertian uang, yang memengaruhi orang kalau tidak lagi memiliki hati kasih, maka uang itu akan membuat orang menjadi berlaku seperti setan. Memusuhi orang, mengeruk orang, hanya karena dia mendewa-dewakan uang. Jadi, uang itu ya memang itu menjadi godaan tatkala tidak ada kesediaan untuk berbela rasa, berbagi,” tuturnya.