Mayoritas Publik Belum Tentukan Pilihan Kandidat, Apa yang Dilakukan Partai Politik?
Bagi partai, tantangan pilkada bukanlah pemilih yang belum tentukan pilihan, tetapi bagaimana hasilkan pemimpin mumpuni.
Oleh
NIKOLAUS HARBOWO
·3 menit baca
Empat bulan jelang pemilihan kepala daerah serentak 2024, mayoritas masyarakat di empat provinsi di Pulau Jawa belum menentukan pilihan kandidat yang akan dipilih pada pemungutan suara, 27 November nanti. Partai-partai politik yang tak kunjung memberikan kepastian soal bakal calon yang diusung ditengarai menjadi salah satu sebab tingginya angka pemilih yang belum menentukan pilihan politiknya tersebut.
Dari hasil survei Litbang Kompas pada Juni 2024 terlihat, persentase masyarakat yang belum memutuskan pilihan untuk pemilihan gubernur di Jawa Tengah mencapai 64 persen, terbesar dibandingkan dengan provinsi lain di Jawa. Disusul oleh Jawa Timur (51 persen), Jawa Barat (41 persen), dan Jakarta (30 persen).
Baca Berita Seputar Pemilu 2024
Pahami informasi seputar pemilu 2024 dari berbagai sajian berita seperti video, opini, Survei Litbang Kompas, dan konten lainnya.
Direktur Eksekutif Parameter Politik Indonesia Adi Prayitno mengatakan, hasil survei sejumlah lembaga lain juga menunjukkan tren masyarakat yang belum menentukan pilihan relatif tinggi, berkisar 40-60 persen. Angka tersebut juga ditemukan di Jatim, Jabar, Jateng, bahkan Jakarta,
Menurut dia, salah satu faktor penyebab adalah masyarakat masih belum melihat secara pasti siapa calon yang secara definitif akan maju. Semua nama yang muncul sejauh ini baru sebatas obrolan di tingkat elite dan di media sehingga wajar jika pemilih masih menanti siapa yang bakal didaftarkan ke KPU.
Faktor kedua, masyarakat sebenarnya masih belum mengenal soal siapa calon-calon yang akan bertanding dalam pilkada di sejumlah daerah. Sebab, setiap calon kecenderungannya belum melancarkan sosialisasi politik secara masif.
Kemudian, faktor ketiga adalah pemilih masih ragu karena dari sekian nama yang muncul tak ada diferensiasi politik yang cukup menonjol antara satu calon dan yang lainnya.
Salah satu faktor penyebab adalah masyarakat masih belum melihat secara pasti siapa calon yang secara definitif akan maju.
Sekretaris Jenderal Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan Hasto Kristiyanto saat dihubungi di Jakarta, Minggu (21/7/2024) petang, mengamini pendapat tersebut. Menurut Hasto, tingginya responden yang belum menentukan pilihan disebabkan konfigurasi pasangan calon yang masih dalam proses pematangan. Ia meyakini, jumlah masyarakat yang belum menentukan pilihan akan semakin mengecil begitu partai-partai menetapkan pasangan calon untuk pilkada.
Atas dasar hal itulah, pilihan strategis bagi PDI-P adalah menyiapkan seluruh komponen partai untuk terus melakukan konsolidasi. Pelatihan tim kampanye, misalnya, sudah dilakukan sebanyak dua gelombang dan minggu depan memasuki pelatihan gelombang ketiga. Hal ini membuktikan pentingnya kekuatan gotong royong dalam partai.
Hasto meyakini, dengan persiapan yang matang, partainya tidak akan kelabakan untuk memanaskan mesin partai jelang pilkada. Harapannya, ketika nanti pasangan sudah ditetapkan, kerja-kerja partai sudah bisa langsung dijalankan.
”Bagi PDI-P, pilkada merupakan kombinasi kekuatan rakyat yang digalang oleh kekuatan kolektif partai dan figur pasangan calon. Jadi, meskipun masih banyak yang belum menyatakan pilihan, dengan modal elektoral PDI-P yang terus naik di banyak wilayah, menjadi modal bagi upaya mendorong pergeseran persepsi pemilih pasca-penetapan pasangan calon,” ujarnya.
Di sisi lain, kata Hasto, ada hal positif yang didapatkan dari hasil survei internal PDI-P. Hal positif tersebut ialah munculnya pemahaman di publik bahwa pasangan calon yang ditetapkan oleh Ketua Umum PDI-P Megawati Soekarnoputri akan merepresentasikan kualitas pemimpin. Pasangan calon yang ditetapkan nantinya akan senapas dengan jati diri partai.
”Temuan ini positif di dalam menggeser persepsi pemilih (yang belum menentukan pilihan politiknya) tersebut,” ujarnya.
Hasto mengungkapkan, sebenarnya tantangan utama dalam pilkada bukanlah terletak pada pemilih yang masih belum menentukan pilihan. Tantangan sesungguhnya adalah sejauh mana pilkada mampu menghasilkan pemimpin yang mumpuni di tengah pragmatisme politik dan kekuatan oligarki yang makin dominan serta praktik politik populis.
Wilayah strategis
Ketua DPP Partai Gerindra Ahmad Riza Patria sependapat dengan Hasto. Tingginya angka pemilih yang belum menentukan pilihan, terutama di beberapa provinsi di Pulau Jawa, memang disebabkan belum adanya pasangan calon yang pasti berkontestasi di wilayah-wilayah tersebut. Karena itu, publik juga masih menanti pasangan yang definitif.
Partai-partai Koalisi Indonesia Maju (KIM) pendukung Prabowo Subianto-Gibran Rakabuming Raka di Pilpres 2024, katanya, juga belum memutuskan kandidat yang akan diusung di keempat provinsi itu. Hingga kini, KIM masih memperhitungkan secara cermat dan matang karena wilayah di Pulau Jawa tergolong sangat strategis.
”Jadi perlu duduk bersama, sementara ini diberi kesempatan semua kader tiap partai boleh mengusulkan. Pada akhirnya kita nanti akan diskusikan bersama untuk dapat mengusulkan satu pasangan calon yang diusulkan, disepakati bersama, diperjuangkan bersama, dimenangkan bersama, dan dikawal bersama sampai selesai,” ujar Riza.
Riza meyakini, jika pasangan calon sudah ditetapkan, persentase pemilih yang belum menentukan pilihan akan semakin kecil. Terlebih, seluruh mesin partai juga akan terus bergerak untuk menyosialisasikan pasangan calon yang telah ditetapkan tersebut.
”Jadi masih cukup banyak waktu, masih ada 40 hari. Tenang. Kami juga terus memanaskan mesin partai kami dan insya Allah cukup waktu,” kata Riza.
Ketua DPP Partai Keadilan Sejahtera (PKS) Ahmad Mabruri juga sepakat bahwa tingginya persentase pemilih yang belum menentukan pilihan karena masyarakat masih agak bingung siapa calon yang akan berkontestasi. Lagi pula, koalisi partai di sejumlah wilayah di Jawa juga belum terbentuk.
”Nanti kalau sudah mulai mengerecut, apalagi sudah ada pasangannya, saya yakin, persentase responden yang belum menentukan pilihan semakin mengecil. Insya Allah waktunya masih agak cukup asal pasangannya sudah jelas dulu,” kata Mabruri.