Tolak Sohibul Iman, PDI-P dan PKB Terus Negosiasi Dapatkan Posisi Cawagub Anies di Jakarta
PKB tidak setuju jika Wakil Ketua Majelis Syuro PKS Sohibul Iman dijadikan pendamping Anies Baswedan,
Oleh
NIKOLAUS HARBOWO
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS – Partai Kebangkitan Bangsa atau PKB tidak setuju jika Wakil Ketua Majelis Syuro Partai Keadilan Sejahtera, Sohibul Iman, ditunjuk untuk mendampingi Anies Rasyid Baswedan sebagai calon wakil gubernur Jakarta. Semua nama, baik berasal dari PKB maupun Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan, masih digodok untuk dicari yang paling tepat disandingkan dengan Anies.
Sebelumnya, DPP Partai Keadilan Sejahtera (PKS) memutuskan bakal mengusung Anies Baswedan dan Sohibul Iman sebagai calon gubernur-calon wakil gubernur (cagub-cawagub) Jakarta. Keputusan ini diambil setelah DPP mendengarkan masukan dari DPW PKS.
Ketua Umum PKB Muhaimin Iskandar saat ditemui di Kompleks Parlemen, Jakarta, Senin (1/7/2024), mengatakan, DPP PKB sudah menerima masukan dari DPW PKB untuk mengusung Anies sebagai cagub Jakarta. Ia pun tak memungkiri bahwa Anies merupakan cagub terkuat yang bakal diusung PKB. Kini, DPP sedang menggodok cawagub yang cocok mendampingi Anies.
”DPP tinggal menunggu pasangan yang cocok siapa, yang memungkinkan siapa. Jadi, masih menunggu proses pemasangan-pemasangan,” ujar Muhaimin.
Sejauh ini, lanjut Muhaimin, pemasangan Anies-Sohibul sebagai cagub-cawagub Jakarta masih merupakan usulan PKS dan belum disepakati lintas partai. PKB memiliki alternatif nama lain. Namun, ia enggan mengungkapkan alternatif nama tersebut karena masih harus dimusyawarahkan dengan partai-partai yang telah bersedia mendukung Anies.
”Ya, pasti akan ada musyawarah, ya. Tetapi, kami belum, belum memiliki niat memasangkan dengan Sohibul Iman,” tegas Muhaimin.
Ia tak memungkiri salah satu partai yang tengah dijajaki komunikasi ialah Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDI-P). Ia telah bertemu dengan Ketua DPP PDI-P Said Abdullah pada 30 Mei 2024 lalu untuk membicarakan masalah Pilgub Jakarta dan Pilgub Jawa Timur. Dalam kesempatan tersebut, belum ada kesepakatan mengenai calon yang disepakati oleh kedua partai untuk diusung di Pilgub Jakarta dan Pilgub Jawa Timur.
Masih pencocokan hasil survei, masih pencocokan potensi masing-masing dan yang paling memungkinkan.
”Masih pencocokan hasil survei, masih pencocokan potensi masing-masing dan yang paling memungkinkan. Jadi, masih ada beberapa alternatif (nama),” ungkap Muhaimin.
Mencari kesamaan
Ditemui secara terpisah, Said Abdullah menyampaikan bahwa PDI-P, PKB, dan partai lain kini terus mendiskusikan pasangan calon yang berpeluang besar menang. Hal yang terpenting, menurutnya, adalah pasangan yang diusung harus bisa menarik kerja sama bagi partai lain.
”Semakin banyak teman, semakin baik. Karena, Jakarta itu tingkat kebhinekaannya juga tinggi, maka lebih baik banyak kerja sama dengan partai politik,” tutur Said.
Ia pun mengungkapkan bahwa komunikasi antara dirinya dan Muhaimin tidak hanya sekadar mencocokkan nama, melainkan pendekatannya adalah mencari kesamaan antara PDI-P dan PKB. Sebab, selain berbicara soal Pilgub Jakarta, didiskusikan juga mengenai pasangan calon yang akan diusung bersama di Pilgub Jatim.
Untuk Pilgub Jatim, misalnya, ada sejumlah nama yang bisa diusung, mulai dari Menteri Sosial Tri Rismaharini, Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi (Menpan dan RB) Abdullah Azwar Anas, hingga mantan Ketua Pengurus Wilayah Nahdlatul Ulama Jatim KH Marzuki Mustamar.
”Berbagai pilihan masuk. Apakah kami orang pertama (cagub) atau PKB orang pertama (cagub). Pembicaraannya masih berlanjut semua,” ungkap Said.
Untuk di Jakarta sendiri, PDI-P akan memprioritaskan mantan Panglima TNI Andika Perkasa untuk maju. Selain Andika, nama Tri Rismaharini juga termasuk yang berpotensi untuk diusung. Kini, nama-nama itu masih terus ditawarkan ke partai-partai lain.
Ia tak memungkiri bahwa nama Anies juga menjadi bagian pertimbangan. ”Iya, Mas Anies bagian dari pertimbangan. Namun, ini masih proses-proses awal yang belum masuk dalam rapat DPP dan belum dilaporkan kepada Ibu Ketua Umum Megawati Soekarnoputri,” katanya.
Menanti kejutan
Sementara itu, Wakil Ketua Umum Partai Gerindra Habiburokhman menegaskan, partainya hingga kini belum memutuskan siapa cagub-cawagub yang bakal diusung di Jakarta. Namun, merujuk pengalaman Pilgub Jakarta sebelum-sebelumnya, selalu ada kejutan di menit-menit akhir.
Kita ingat dulu Pak Jokowi adalah kejutan, tiba-tiba Gerindra dan PDI-P yang semula mau mencalonkan kembali Pak Fauzi Bowo, (kemudian justru) mencalonkan Pak Jokowi. Begitu juga Pak Anies diputus pada last minute.
Menurut Habiburokhman, banyak calon gubernur kejutan yang justru menang ketika bertarung di Pilgub Jakarta. Seperti halnya ketika Jokowi maju di Pilgub Jakarta pada 2012. Begitu pula Anies Rasyid Baswedan di Pilgub Jakarta 2017.
”Banyak calon baru yang calon kejutan akhirnya bisa menang. Kita ingat dulu Pak Jokowi adalah kejutan, tiba-tiba Gerindra dan PDI-P yang semula mau mencalonkan kembali Pak Fauzi Bowo, (kemudian justru) mencalonkan Pak Jokowi. Begitu juga Pak Anies diputus pada last minute,” ungkap Habiburokhman.
Karena itu, lanjut Habiburokhman, bukan tidak mungkin Gerindra juga akan memutuskan dukungan kepada calon tertentu mejelang pendaftaran cagub-cawagub. ”Nah, yang begini-beginian ternyata kansnya besar menang di Jakarta. Jadi, memang saya juga yakin bahwa akan ada kejutan di Pilkada Jakarta ini,” katanya.