Dua Kecelakaan di Balik Operasi Kaki Kiri Prabowo Subianto
Kaki kiri Prabowo Subianto dioperasi karena dua kali kecelakaan yang menimpanya empat dekade lalu. Apa kecelakaan itu?
Oleh
KURNIA YUNITA RAHAYU
·4 menit baca
Cedera kaki Prabowo Subianto tak bisa disembunyikan. Kendati tetap enerjik beraktivitas, terutama dari panggung ke panggung saat berkampanye sebagai calon presiden 2024 lalu, beban lebih berat pada kaki kirinya tetap selalu terlihat. Ada apa dengan kaki kiri Presiden terpilih 2024—2029 itu?
Prabowo mengungkapnya lewat sebuah unggahan di akun Instagram resmi @prabowo, Minggu (30/6/2024). Unggahan yang terdiri dari tiga foto itu menampilkan Prabowo mengenakan sarung coklat berbalut piyama panjang bergaris merah hitam serta menggunakan sandal karet tengah berada di dalam kamar rumah sakit.
Di kamar yang sebagian dindingnya berlapis kayu serta berhias lukisan Pangeran Diponegoro tersebut, Prabowo duduk dan bercengkrama bersama Presiden Joko Widodo dan anak semata wayangnya, Regowo Hediprasetyo. Tampak pula ajudan Prabowo, Mayor (Inf) Teddy Indra Wijaya yang bersiaga di depan pintu.
“Seperti sudah diketahui banyak pihak, saya pernah mengalami dua kali kecelakaan terjun payung saat bertugas di TNI pada tahun 80-an di kaki kiri saya, cedera ini selama ini masih saya rasakan,” ungkap Prabowo melalui unggahan tersebut.
Dalam sebuah siniar yang diunggah akun Instagram @dekade08, Prabowo bercerita bahwa kecelakaan dimaksud terjadi dalam latihan terjun payung di Jerman. Tak hanya itu, ia juga pernah jatuh di sebuah tebing yang berada di daerah operasi militer. Di tebing itu, Prabowo tak mampu lagi menahan beban yang dibawa sambil berpegangan di pohon-pohon. Beruntung ia diselamatkan oleh anak buahnya.
Dari dua kecelakaan itu, tambah Prabowo, seluruhnya terjadi pada kaki yang sama. Namun, kala itu Prabowo yang masih berusia 30-an tahun belum merasakan dampak apa-apa. “Terasanya, ya, baru sekarang-sekarang ini,” tuturnya.
Pada dekade 1980-an, Prabowo memang pernah berada di Jerman. Dalam autobiografi “Kepemimpinan Militer, Catatan dari Pengalaman Letjen TNI (Purn) Prabowo Subianto”, Prabowo berkisah bahwa dirinya pernah mengikuti pendidikan di sekolah pasukan antiteror GSG9 di Jerman Barat pada tahun 1981.
Saat itu, ia dan Mayor (Inf) Luhut Pandjaitan ditugaskan oleh Kepala Staf Angkatan Darat (KSAD) Jenderal LB Moerdani dan Wakil Panglima ABRI Laksamana Sudomo untuk mempelajari soal antiteror dari pasukan terbaik di dunia kala itu. “Kalian berdua harus berangkat ke sana belajar dan kembali. Sesudah itu kalian membentuk dan melatih pasukan antiteror kita,” tulis Prabowo menirukan ucapan LB Moerdani kepada dirinya dan Luhut.
Selain tugas di Jerman, pada tahun tersebut Prabowo juga kerap bertugas di Timor Timur yang kala itu berstatus daerah operasi militer. Dalam buku yang sama, Prabowo mengatakan, pada tahun 1983 saat baru saja menjadi menantu Presiden Soeharto, ia yang berpangkat kapten sudah dua kali bertugas di Timor Timur. Pertama, ia menjadi Komandan Pleton Grup 1 Koppasandha (sekarang Kopassus) pada 1976.
Dua tahun setelahnya, ia kembali bertugas di Timor Timur sebagai Komandan Kompi Parako dengan nama sandi Chandraca 8. “Pasukan saya ketika itu merupakan kompi pemukul cadangan yang langsung di bawah kendali komandan sektor,” ungkap Prabowo.
Pada tahun 1985, Prabowo diangkat sebagai Komandan Batalyon Infanteri Lintas Udara 328/Kostrad. Batalyon itu pun pernah diperintahkan untuk menjalankan operasi di Timor Timur. Prabowo mengaku, kepemimpinannya di batalyon tersebut tidak terlepas dari berbagai saran yang disampaikan melalui cerita dari Soeharto, yang tidak hanya Presiden dan Panglima tertinggi ABRI saat itu tetapi juga ayah mertuanya.
“Apa yang beliau ceritakan kepada saya itulah yang saya laksanakan sebagai Komandan Batalyon 328. Itulah yang membuat Batalyon 328 selama bertahun-tahun menjadi sangat andal dan diakui banyak kalangan sebagai salah satu batalyon yang paling tajam,” ujar Prabowo.
Empat dekade setelah perjalanan Prabowo sebagai prajurit dan dua kecelakaan terjun payung yang dialami, kaki kiri Prabowo dioperasi pada akhir Juni lalu. Operasi besar terhadap kaki Menteri Pertahanan itu dilakukan oleh Brigadir Jenderal TNI (Purn) dr Robert Hutauruk, Kolonel dr Sunaryo, dr Siska Widayati, dan dr Thomas yang merupakan tim dari Rumah Sakit Pusat Pertahanan Negara (RSPPN) Panglima Besar Soedirman, Jakarta.
RSPPN merupakan rumah sakit yang diinisiasi oleh Kementerian Pertahanan saat pandemi Covid-19 terjadi pada 2020. Rumah sakit itu diresmikan oleh Presiden Joko Widodo didampingi Prabowo pada Februari lalu.
Ketua Komisi I DPR Meutya Hafid mengapresiasi pilihan Prabowo untuk menjalani operasi di RSPPN. Menurut dia, itu menunjukkan kepercayaan terhadap kualitas rumah sakit, teknologi, dan kapasitas tenaga kesehatan di dalam negeri. Hal itu diyakini bisa meningkatkan kepercayaan masyarakat terhadap pelayanan kesehatan di Indonesia. Apalagi, operasi yang dilakukan masuk dalam kategori operasi besar.
"Saya tentunya juga mendoakan kepada Pak Prabowo Subianto agar segera pulih dan come back stronger untuk meneruskan tugas dalam melayani masyarakat dan negara Indonesia,” ujar politisi Partai Golkar, salah satu partai politik pengusung Prabowo pada Pemilihan Presiden 2024 lalu itu.
Setelah menjalani operasi, kaki Prabowo memang harus pulih dan lebih kuat. Sebab, jika 40 tahun lalu kedua kaki itu menopang berbagai tugas ketentaraan, maka lima tahun ke depan ia mengemban tugas yang jauh lebih berat, yakni bertanggung jawab atas kemaslahatan seluruh rakyat Indonesia.