Alkes Modern Akan Didistribusikan ke RSUD, Dokter Spesialis Masih Kurang
Kunker Presiden Jokowi ke RSUD di Kalteng mendapati kekurangan jumlah dokter spesialis dan fasilitas RS.
Oleh
NINA SUSILO
·4 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Pemerintah akan mendistribusikan alat kesehatan modern ke rumah-rumah sakit daerah. Namun, jumlah dokter spesialis diakui masih kurang untuk mengoperasikannya. Ruangan untuk mendukung layanan kesehatan di daerah juga perlu ditingkatkan.
Masalah kekurangan dokter spesialis ini masih dialami sejumlah wilayah di Tanah Air. Penambahan sumber daya manusia ini mutlak diperlukan untuk meningkatkan layanan kesehatan masyarakat di daerah.
Presiden Joko Widodo mengakui banyak rumah sakit daerah masih kekurangan dokter spesialis jantung, spesialis saraf, dan spesialis onkologi. ”Memang yang banyak (terjadi), yang enggak ada itu spesialis jantung, saraf, sama untuk yang (menangani penyakit) kanker. Di mana-mana sama,” kata Presiden Jokowi seusai meninjau layanan kesehatan di RSUD Tamiang Layang di Kabupaten Barito Timur, Kalimantan Tengah, Kamis (27/6/2024).
Hadir pula dalam peninjauan itu, antara lain, Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin, Kepala Badan Pangan Nasional Arief Prasetyo Adi, Gubernur Kalimantan Tengah Sugianto Sabran, dan Penjabat (Pj) Bupati Barito Timur Indra Gunawan.
Pemerintah akan mendistribusikan alat kesehatan (alkes) modern, seperti cath lab, mammogram, CT scan, dan MRI. ”Kita harus melihat kesiapan-kesiapan rumah sakit, baik ruangannya, bangunannya, semuanya, kan, ingin kita lihat secara sampling,” kata Presiden Jokowi menjelaskan tujuan kunjungan ke sejumlah rumah sakit daerah.
Sehari sebelumnya, Presiden juga menyambangi RSUD Mas Amsyar Kasongan di Kabupaten Katingan, Kalteng. Di rumah sakit ini terdapat 53 kamar untuk melayani pasien. Presiden pun menilai jumlah kamar masih kurang. Semestinya, rumah sakit daerah bisa memiliki lebih dari 100 kamar.
Presiden juga mengatakan telah meminta Menteri Kesehatan untuk mempertimbangkan relokasi rumah sakit ke lahan baru yang ditawarkan Penjabat Bupati Katingan Saiful. Lahan seluas 5 hektar disiapkan untuk meningkatkan fasilitas dan layanan rumah sakit.
Kalau alatnya dikirim, SDM-nya ada apa tidak? Ada yang siap, ada yang belum siap. Ada yang sudah cukup, masih banyak lagi yang belum cukup.
RSUD Mas Amsyar Kasongan saat ini adalah rumah sakit tipe C dan satu-satunya milik Kabupaten Katingan. Ada 18 dokter spesialis di RSUD ini.
Adapun di RSUD Tamiang Layang Kabupaten Barito Timur terdapat 13 dokter spesialis. Namun, tenaga spesialis di bidang jantung, saraf, dan onkologi masih kurang.
”Kalau alatnya dikirim, SDM-nya ada apa tidak? Ada yang siap, ada yang belum siap. Ada yang sudah cukup, masih banyak lagi yang belum cukup. Itulah yang akan dikejar oleh Pak Menteri Kesehatan,” kata Presiden.
Dalam peluncuran program pendidikan dokter spesialis berbasis rumah sakit pendidikan sebagai penyelenggara utama (PPDS RSPPU) di RSAB Harapan Kita, Jakarta Barat, 6 Mei 2024, Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin menyebutkan Indonesia masih kekurangan sekitar 124.000 dokter umum dan 29.000 dokter spesialis. Saat ini, Indonesia baru bisa menghasilkan 2.700 dokter spesialis per tahun.
Distribusi dokter spesialis pun tidak merata di seluruh wilayah dan hanya terkonsentrasi di Jawa dan kota-kota besar. Data Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) pada 2019 menyebutkan, rasio dokter spesialis di Indonesia pun hanya 0,47 per 1.000 penduduk.
Oleh karena itu, PPDS RSPPU diharapkan bisa mendorong lahirnya lebih banyak dokter spesialis di Indonesia.
Pemerintah saat ini memang sedang mengadakan alat kesehatan secara besar-besaran. Programnya disebut SISOIN sebagai kepanjangan dari Sihren (Strengthening Indonesia’s Healthcare Referral Network), Sophi (Strengthening of Primary Healthcare in Indonesia), dan Inpuls (The Indonesia-Public Laboratory System Strengthening).
Pengadaan ini dibiayai pinjaman dari sindikasi empat lembaga perbankan dunia, yakni Bank Dunia, Asian Infrastructure Investment Bank (AIIB), Asian Development Bank (ADB), dan Islamic Development Bank (IsDB).
Proyek ini bernilai 4 miliar dollar AS atau sekitar Rp 60 triliun dengan asumsi nilai tukar Rp 15.000 per dollar AS. Alat-alat kesehatan ini akan mengisi fasilitas kesehatan masyarakat dan fasilitas laboratorium di 6.500 pulau di Indonesia. Hal ini termasuk 560 rumah sakit rujukan masyarakat, laboratorium kesehatan masyarakat, serta 10.000 puskesmas dan puskesmas pembantu.
Cek harga komoditas
Di Barito Timur, Presiden Jokowi juga mengunjungi Pasar Temenggoeng Djaja Karti. Harga-harga komoditas dinilai stabil. ”Ya, harga-harga baik, misalnya, ayam potong Rp 38.000 (per kilogram), bawang merah-bawang putih Rp 35.000-Rp 40.000 (per kg). Kemudian minyak goreng Rp 16.000 (per liter). Saya kira sama dengan di Jawa, harga-harga baik,” ujarnya.
Kesetaraan harga antara Kalimantan dan Jawa, menurut Presiden, menunjukkan distribusi dan transportasi berjalan baik sampai ke pasar-pasar seluruh daerah. Sepanjang stok tersedia, harga pasti stabil. Sebaliknya, ketika stok berkurang, harga bisa dipastikan naik.
Dari Barito Timur, Presiden juga mengunjungi Kabupaten Barito Selatan, Kalteng. Di wilayah ini, Presiden juga singgah di Pasar Beringin Buntok. Harga di pasar ini juga dinilai stabil.
Sembari mengunjungi pasar-pasar, Presiden juga memberikan bantuan modal kepada para pedagang. Para pedagang pun gembira mendapatkan amplop berisi bantuan modal tersebut.
Sembari mengunjungi pasar-pasar, Presiden juga memberikan bantuan modal kepada para pedagang. Para pedagang pun gembira mendapatkan amplop berisi bantuan modal tersebut.
Di Barito Selatan, Presiden melanjutkan peninjauan di Gudang Bulog Buntok. Selain mengecek ketersediaan beras nasional yang dikelola Bulog, Presiden juga memberikan bantuan 10 kilogram beras dari cadangan pangan pemerintah kepada warga. Di sela sambutannya, kuis berhadiah sepeda pun diberikan.