Partisipasi PSU Rendah, Caleg Peraih Kursi DPR Diprediksi Tak Berubah
Hasil PSU di Kuala Lumpur tidak akan berpengaruh signifikan pada raihan suara parpol dan caleg di dapil DKI Jakarta II.
Oleh
IQBAL BASYARI, DARI KUALA LUMPUR, MALAYSIA
·4 menit baca
KUALA LUMPUR, KOMPAS — Tingkat partisipasi pemilih dalam pemungutan suara ulang atau PSU di Kuala Lumpur, Malaysia, diperkirakan lebih rendah dibandingkan saat pemungutan suara pada 11 Februari lalu. Sejumlah calon anggota legislatif dari daerah pemilihan DKI Jakarta II optimistis hasil PSU tidak mengubah komposisi kandidat dengan raihan suara terbanyak yang akan mendapatkan kursi DPR.
Proses PSU di Kuala Lumpur, baik pencoblosan langsung di tempat pemungutan suara luar negeri (TPSLN) maupun melalui kotak suara keliling (KSK), telah selesai pada Minggu (10/3/2024) petang waktu setempat dan dilanjutkan dengan penghitungan suara. Hingga Senin (11/3/2024) sore, rekapitulasi suara untuk 22 TPSLN dan 120 titik KSK masih berlangsung.
Baca Berita Seputar Pemilu 2024
Pahami informasi seputar pemilu 2024 dari berbagai sajian berita seperti video, opini, Survei Litbang Kompas, dan konten lainnya.
Anggota Komisi Pemilihan Umum (KPU), Idham Holik, mengatakan, KPU masih menghitung tingkat partisipasi pemilih saat PSU di Kuala Lumpur, Malaysia. Namun, partisipasi pemilih pada PSU diperkirakan lebih rendah dibanding saat pemungutan suara pada 11 Februari lalu.
Berdasarkan proses rekapitulasi suara di Kuala Lumpur, partisipasi di dua KSK yang paling awal dihitung, misalnya, kurang dari 100 pemilih. Begitu pula KSK 10 hanya ada 44 surat suara yang telah dicoblos dan di KSK 100 hanya ada 12 pemilih yang menyalurkan hak pilih mereka.
”Tren partisipasi pemilih dalam beberapa PSU sering kali menurun. Bisa jadi karena pemilih sudah mengetahui tren perolehan suara dari dalam negeri sehingga tidak lagi antusias mencoblos,” katanya saat ditemui di Kuala Lumpur, Malaysia, Senin (11/3/2024).
Saat pemungutan suara melalui metode pos, KSK, dan TPSLN pada 11 Februari lalu, sedikitnya 78.000 pemilih menggunakan hak pilihnya. Sementara itu, jumlah warga negara Indonesia yang masuk daftar pemilih untuk PSU sebanyak 62.217 orang.
Anggota Badan Pengawas Pemilu (Bawaslu) Lolly Suhenty mengatakan, hasil pemantauan di sejumlah TPSLN dan KSK menunjukkan partisipasi pemilih pada PSU memang rendah. Jumlah pemilih yang menggunakan hak pilih rata-rata hanya 100 orang di tiap-tiap TPS. Padahal, dengan jumlah pemilih sebanyak 62.217 orang, semestinya satu TPS melayani 1.900 pemilih. Karena itu, Bawaslu memperkirakan, partisipasi pemilih saat PSU berkisar 15 persen dari jumlah DPT atau kurang dari 10.000 pemilih.
”Kalau melihat tingkat partisipasi hari ini, nampaknya harus legawa karena sepertinya jauh sekali dibandingkan 11 Februari lalu,” tuturnya.
Tak berpengaruh
Partisipasi pemilih yang diperkirakan rendah pada PSU di Kuala Lumpur membuat sejumlah calon anggota legislatif (caleg) dari daerah pemilihan (dapil) DKI Jakarta II yakin, hasil PSU tidak akan banyak berpengaruh pada raihan suara mereka. Komposisi caleg dengan suara terbanyak serta lolos mendapatkan kursi DPR pun diperkirakan tak berubah.
PSU di Kuala Lumpur tidak akan berpengaruh pada perolehan suara partai serta komposisi caleg dengan suara terbanyak di dapil DKI Jakarta II. Ini karena partisipasi pemilih dalam PSU di Kuala Lumpur relatif rendah.
Berdasarkan hasil rekapitulasi suara yang dilakukan KPU Provinsi DKI Jakarta, Jumat (8/3/2024), caleg dengan suara terbanyak pertama di dapil DKI Jakarta II adalah Hidayat Nur Wahid dari PKS (205.545 suara). Disusul Himmatul Aliyah dari Partai Gerindra di posisi kedua (68.445 suara), Abraham Sridjaja dari Partai Golkar di posisi ketiga (60.906 suara), dan di posisi keempat ada Ida Fauziyah dari PKB (60.180 suara) yang kini menjabat Menteri Ketenagakerjaan.
Caleg dengan perolehan suara terbanyak keenam adalah Kurniasih Mufidayati yang juga berasal dari PKS (56.982 suara). Di posisi keenam ada Melani Leimena Suharli dari Partai Demokrat (53.763 suara), disusul Once Mekel dari PDI-P di posisi ketujuh (47.896 suara), dan Uya Kuya dari PAN di peringat kedelapan (46.326 suara). Selanjutnya caleg dengan raihan suara terbanyak kesembilan dan kesepuluh berasal dari PDI-P, yakni Masinton Pasaribu (44.243 suara) dan Eriko Sutarduga (40.880 suara).
Saat ditemui di sela-sela proses rekapitulasi suara di Kuala Lumpur, Kurniasih Mufidayati mengaku optimistis PKS menjadi partai politik dengan suara terbanyak di dapil DKI Jakarta II. Hasil PSU di Kuala Lumpur tidak akan memengaruhi perolehan suara sementara di Dapil DKI Jakarta II yang meliputi Jakarta Pusat, Jakarta Selatan, dan luar negeri.
Dengan demikian, PKS diyakini tetap bisa mempertahankan dua kursi DPR seperti pada Pemilu 2019. ”Penghitungan kami, PKS mendapatkan kursi pertama dan ketujuh,” kata Kurniasih.
Senada dengan Kurniasih, Uya Kuya juga meyakini hasil PSU di Kuala Lumpur tidak akan berpengaruh pada perolehan suara partai serta komposisi caleg dengan suara terbanyak di Dapil DKI Jakarta II. Ini karena partisipasi pemilih dalam PSU di Kuala Lumpur relatif rendah.
Uya optimistis, PAN akan tetap meraih satu kursi DPR dari Dapil DKI Jakarta II. ”Kalau melihat partisipasi pemilih, PSU tidak akan berpengaruh kepada perolehan kursi untuk PAN,” ujar Uya, yang menjadi caleg dengan perolehan suara terbanyak dari PAN.