Mangkunegara X dan Pesan Tersirat dari Hari Jadi Ke-279 Kota Surakarta
Mangkunegara X memimpin upacara pada Hari Jadi Ke-279 Kota Surakarta, Sabtu (17/2/2024). Ada apa di baliknya?
Oleh
NINO CITRA ANUGRAHANTO
·4 menit baca
Terdapat hal istimewa dalam pelaksanaan upacara Hari Jadi Ke-279 Kota Surakarta, Sabtu (17/2/2024). Pemimpin Pura Mangkunegaran, Kanjeng Gusti Pangeran Adipati Arya (KGPAA) Mangkunegara X, dijadikan inspektur upacara. Sekilas penunjukan itu bisa diartikan sebagai pengakuan atas institusi kultural. Namun, tersirat pula soal isu suksesi kepemimpinan atas jabatan Wali Kota Surakarta.
Unsur budaya begitu kental dalam upacara tersebut. Para pejabat pemerintah daerah yang hadir mengenakan pakaian adat jawa lengkap, mulai dari beskap, jarit batik, blangkon beserta kerisnya bagi laki-laki, sedangkan jarit batik dan kebaya bagi perempuan.
”Latihannya cukup pendek. Baru satu hari. Tetapi, pokoknya dari kemarin senang, he-he-he...,” kata Mangkunegara X, seusai memimpin upacara, di Taman Balekambang, Kota Surakarta, Jawa Tengah, Sabtu pagi.
Bagi Mangkunegara X, didaulat sebagai pemimpin upacara sudah yang kedua kalinya. Kesempatan pertama diperolehnya pada peringatan Hari Kemerdekaan Ke-78 RI pada 2023. Ia berterima kasih kepada Wali Kota Surakarta yang sudah memberikan kesempatan seperti itu kepadanya.
”Dari 17-an (perayaan Hari Kemerdekaan) sampai sekarang hari jadi Kota Solo (Surakarta), dua-duanya momen besar. Tentu bangga dan senang juga,” kata Mangkunegara X.
Lazimnya upacara peringatan hari lahir suatu kota dipimpin kepala daerah setempat. Dengan kondisi itu, seharusnya Wali Kota Surakarta Gibran Rakabuming Raka yang memimpin upacara tersebut. Namun, putra sulung Presiden Joko Widodo itu justru menyerahkannya kepada tokoh lain.
Selain menjabat wali kota, Gibran juga tengah berkontestasi dalam Pemilihan Presiden (Pilpres) 2024. Ia menjadi calon wakil presiden mendampingi Ketua Umum Partai Gerindra Prabowo Subianto. Dari data hitung cepat sementara milik Komisi Pemilihan Umum, pasangan Prabowo-Gibran memimpin perolehan suara dengan 57,95 persen.
Dominannya perolehan suara itu membuat Gibran berpotensi tidak melanjutkan jabatannya ke periode kedua. Lantas, spekulasi berkembang soal sosok penerus Gibran. Mangkunegara X menjadi salah satu yang sering diperbincangkan. Lebih-lebih Gibran ataupun Mangkunegara sama-sama tergolong sebagai pemimpin muda.
”Ya, kita lihat saja ke depannya. Ini belum ada apa-apa,” kata Mangkunegara X sambil tersenyum ketika ditanyai perihal isu tersebut.
Mangkunegara X beranggapan penunjukannya selaku pemimpin upacara sekadar terkait dengan lokasi pemilihan tempat upacara. Taman Balekambang ialah milik keluarga besar Pura Mangkunegaran. Taman itu didirikan Mangkunegara VII, yang merupakan kakek sekaligus pendahulunya.
Semasa kepemimpinan Gibran, situs itu direvitalisasi. Pengerjaannya dimulai sejak 2022. Tahun ini, pemugarannya hampir selesai dan segera bisa digunakan lagi masyarakat sebagai ruang publik di kota itu.
Ya, kita lihat saja ke depannya. Ini belum ada apa-apa.
”Belum tahu. Kita lihat nanti. Saya belum bisa menjawab sekarang. Belum ada (partai politik) yang mendekat,” ucap Mangkunegara X saat ditanyai soal minatnya menduduki jabatan Wali Kota Surakarta.
Gibran mengatakan, penunjukan Mangkunegara X menjadi pemimpin upacara hanya hal biasa. Tokoh-tokoh dari lembaga lain juga pernah dipilihnya untuk menjalankan tugas serupa.
”Sudah biasa seperti itu. Kemarin, ada Ketua Bawaslu (Surakarta) juga menjadi irup (inspektur upacara). Veteran juga pernah. Itu hal biasa di Solo. Tidak harus wali kotanya,” kata Gibran.
Soal pemilihan lokasi upacara, sebut Gibran, hal itu juga tak terkait persoalan politik apa pun. Ia hanya berharap Taman Balekambang bisa segera kembali dimanfaatkan para seniman dan budayawan. Lebih-lebih tempat itu baru saja dipugar. Ia ingin pemerintah bisa banyak berkolaborasi untuk melestarikan kekayaan budaya nusantara, seperti ketoprak, gamelan, dan wayang orang.
Dihubungi terpisah, Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Politik Universitas Gadjah Mada Wawan Mas’udi mengungkapkan, penunjukan Mangkunegara X dapat dipahami melalui sejumlah sudut pandang. Secara personal, penunjukan itu coba memotret kedekatan di antara dua keluarga besar, yakni Pura Mangkunegaran dan Presiden Joko Widodo, yang juga ayah kandung Gibran.
Bentuk kedekatan itu salah satunya dapat dilihat dari dipilihnya Pura Mangkunegaran sebagai lokasi resepsi pernikahan putra bungsu Presiden, yakni Kaesang Pangarep. Presiden pun banyak mendukung revitalisasi lembaga kultural itu lewat beberapa proyek pembangunan. Salah satunya ialah pemugaran Taman Pracima yang diresmikan Januari lalu.
”Ini semacam ada hubungan di level personal keluarga yang tampaknya cukup dekat. Tentu apa yang dilakukan Gibran bukan tiba-tiba. Ini sebagai refleksi atas kedekatan itu,” kata Wawan.
Wawan juga menyoroti aspek simbolis dalam kasus itu. Menurut dia, penunjukan semacam itu bisa dimaknai pula sebagai pengakuan Gibran atas eksistensi lembaga kebudayaan sekelas Pura Mangkunegaran. Itu berkaitan dengan posisi Mangkunegara X sebagai pemimpin dari institusi kultural yang telah hidup begitu lama di kota tersebut.
Di sisi lain, unsur politik, jelas Wawan, juga tidak dapat dilepaskan dalam peristiwa itu. Boleh jadi Gibran seolah tengah melakukan endorsement politik kepada Mangkunegara X selaku sesama pemimpin muda. Sikap semacam itu wajar, apalagi jika ada kedekatan di antara kedua tokoh.
Hanya saja, lanjut Wawan, perkara pencalonan kepala daerah itu membutuhkan peran partai politik. Dalam konteks politik daerah, PDI-P adalah partai yang kuat dan mengakar di tengah masyarakat di Kota Surakarta.
Gibran pun dicalonkan menjadi wali kota, di kota itu, berkat rekomendasi dari partai berlambang banteng tersebut. Namun, ia meninggalkan partai yang mengusungnya menjadi wali kota sewaktu melenggang sebagai cawapres. Relasinya dengan kader-kader dari partai lamanya itu juga sempat meninggi semasa kontestasi Pemilu 2024.
”Nanti harus dilihat dulu perimbangan partai di Surakarta seperti apa. Artinya, wali kota sekarang (Gibran) memang bisa meng-endors. Tetapi, bakal lewat jalur apa secara politik nantinya?” kata Wawan.