DPC PDI-P Kota Surakarta Kembali Protes Spesimen Surat Suara Simulasi
DPC PDI-P Kota Surakarta kembali memprotes spesimen surat suara simulasi pemungutan. Ada empat kolom untuk surat capres.
SURAKARTA, KOMPAS — Dewan Pimpinan Cabang PDI-Perjuangan Kota Surakarta kembali memprotes spesimen suara yang digunakan dalam simulasi pemungutan. Spesimen menampilkan empat kolom pasangan calon presiden dan calon wakil presiden. Padahal, nantinya hanya ada tiga pasangan yang akan berkontestasi pada Pemilu 2024.
”Ini tadi kami tanya kepada pemilih yang sudah mencoblos. Ada yang menyampaikan, ’kotak presidennya kok ada empat? Yang satu calonnya siapa?’,” kata Wakil Ketua Bidang Organisasi, Keanggotaan, dan Rekrutmen Dewan Pimpinan Cabang (DPC) PDI-P Kota Surakarta, YF Sukasno, yang ikut memantau pelaksanaan simulasi tersebut.
Baca Berita Seputar Pemilu 2024
Baca juga: Spesimen Surat Suara untuk Simulasi Diprotes PDI-P Surakarta
Sukasno juga pernah menyampaikan protes serupa beberapa waktu lalu. Saat itu, protesnya terkait spesimen surat suara yang hanya menampilkan dua kolom pasangan calon presiden dan calon wakil presiden. Namun, jumlah kolom yang tidak sesuai kembali terulang.
”Sebelum digelar ini (simulasi), kami diundang rapat oleh KPU. Saya menyampaikan, surat suaranya dibuat tetap tiga kolom. Kalau perlu, tidak usah diberi nomor. Cukup kotak kosong tiga kolom,” kata Sukasno.
Baca juga: Kaesang Ajak Warga ke TPS Tanpa Harus Pilih PSI
Anggota Divisi Teknis KPU Kota Surakarta, Jati Narendro, menjelaskan, spesimen surat suara itu diperolehnya dari KPU RI. Sebagai lembaga hierarkis, ia sekadar mengikuti arahan lembaga yang tingkatannya lebih tinggi.
Surat perintah untuk mengadakan simulasi diterima oleh KPU Kota Surakarta sejak 6 Januari 2024. Pelaksanaan simulasi juga harus dilakukan pada bulan yang sama dari diterimanya surat perintah.
Menurut Jati, simulasi itu hanya untuk memantapkan panitia jelang pelaksanaan pemilu. Dari simulasi itu, kata dia, bisa diketahui apa-apa saja hal yang perlu ditambahkan. Khususnya untuk membuat pelaksanaan pemungutan suara seefektif mungkin.
”Ini diadakan untuk mengukur efektivitas dan efisiensi. Spesimen surat suaranya juga spesimen simulasi. Gambar-gambarnya juga bukan sebenarnya. Partainya juga partai-partai buah. Nomor urutnya juga acak,” kata Jati.