SURABAYA, KOMPAS — Program R41 atau refurbishment (perbaikan) 41 Kapal Republik Indonesia membuktikan kemandirian dalam modernisasi alat utama sistem persenjataan atau alutsista. Saat ini, 25 kapal selesai diperbaiki badannya. Program R41 yang berdurasi dua tahun ini direncanakan selesai pada November 2024.
Demikian ditegaskan oleh Komisaris Utama PT PAL Indonesia (Persero) Didit Herdiawan sebelum acara Keel Laying Landing Dock Philippine ke-1 di kawasan aktivitas perusahaan di Surabaya, Jawa Timur, Senin (22/1/2024). PAL sebagai bagian dari induk usaha Defend ID (Defence Industry Indonesia) menjadi lead integrator bagi sembilan galangan kapal nasional yang ditunjuk untuk program R41.
”Dengan adanya program R41 berarti, PT PAL sudah mampu memproduksi, memperbaiki, dan memodernisasi alutsista di dalam negeri sebagai salah satu tolok ukur penting dalam konsepsi pertahanan,” kata Didit.
Pada Senin ini, tengah dilaksanakan perbaikan bagi KRI Raden Eddy Martadinata 331 jenis fregat, KRI Usman-Harun 359 jenis korvet, KRI Malahayati 362 jenis fregat, dan KRI Halasan 630 jenis kapal cepat rudal. Dari empat bahtera itu, dua di antaranya dibangun di PAL, yakni REM-331 dan Halasan-630, dengan sistem senjata yang canggih.
Program R41 bertujuan mendukung performa TNI, terutama Angkatan Laut sehingga memiliki alutsista yang modern, canggih, andal, dan berdaya tangkal. Kapal-kapal yang masuk dalam program perbaikan ialah jenis Fast Patrol Boat (FPB) Class, Parchim Class, Corvette Fatahillah Class, PKR Class, KCR Class, Sigma Class, dan MRLF Bung Tomo Class. Kapal perlu diperbaiki ketika diperlukan peremajaan atau peningkatan performa mesin, badan, baling, platform, radar, komunikasi, dan senjata. Perbaikan agar armada bahtera tempur itu memenuhi kekuatan pokok minimum (minimum essential force/MEF) untuk operasi militer perang dan selain perang.
Dengan adanya program R41 berarti, PT PAL sudah mampu memproduksi, memperbaiki, dan memodernisasi alutsista di dalam negeri sebagai salah satu tolok ukur penting dalam konsepsi pertahanan"
Koordinasi sembilan galangan kapal
Direktur Utama PAL Kaharuddin Djenod menambahkan, program R41 berjalan agak singkat dengan target selesai dalam dua tahun sejak penandatanganan kontrak pada November 2022. PAL bukan kontraktor tunggal pelaksana, melainkan mengoordinasi sembilan galangan kapal nasional agar program dapat berjalan dengan baik dan maksimal.
Tujuannya agar terpenuhi fungsi dan peningkatan sebagai kapal kombatan utama.
Djenod melanjutkan, program berjalan dengan skema multitahun. PAL akan menangani kapal-kapal utama dan canggih. Proyek, antara lain, terdiri dari perbaikan platform, penggantian atau peningkatan sistem navigasi dan sistem komunikasi, ship conversion, penambahan senjata terintegrasi combat management system (CMS), pemasangan peluru kendali (rudal) surface to surface missile (SSM), dan repowering. ”Tujuannya agar terpenuhi fungsi dan peningkatan sebagai kapal kombatan utama,” ujarnya.
Didit mengatakan, dalam waktu singkat, program harus dijalankan secara simultan atau bukan bergiliran. Dengan simultan, diharapkan tidak terjadi gangguan pada kewajiban operasi militer yang diemban TNI AL. Kapal-kapal yang masuk program R41 telah didata dan dikategori. Begitu ada galangan siap, sedangkan kapal sedang tidak bertugas, maka masuk dalam masa perbaikan. Masa perbaikan bergantung tingkat kebutuhan, tetapi dalam kurun 3-12 bulan.
Sampai sejauh ini, sudah sebanyak 25 kapal selesai perbaikan badannya.
”Sampai sejauh ini, sudah sebanyak 25 kapal selesai perbaikan badannya,” kata Didit. Program yang akan menguras waktu jika terkait persenjataan. Pembelian sampai pemasangan senjata canggih bergantung pada kesiapan produsen sehingga bisa menghabiskan waktu bertahun-tahun.
Didit melanjutkan, program R41 didanai dari pinjaman luar negeri. Meski demikian, program ini bernilai tambah bagi industri pertahanan dalam negeri dalam aspek material atau ekonomi dan sifat strategisnya.
Kepala Biro Humas Kementerian Pertahanan Edwin Sumantha mengatakan, program R41 ini merupakan upaya untuk meningkatkan kesiapan operasional TNI AL. Ia mengatakan, walau dengan anggaran yang ada, Kemenhan menunjuk PT PAL melakukan perbaikan agar tugas TNI AL bisa terlaksana.
Menurut catatan Kompas, kesepakatan R41 antara Kemenhan dan PT PAL dilaksanakan dalam IndoDefence 2022. ”Ke depan, kita akan lihat lagi tingkat kesiapan operasional TNI AL, apakah akan diadakan program perbaikan atau memang harus beli baru. Itu semua harus dievaluasi,” kata Edwin.
Saat ini, PAL juga sedang mengerjakan pembuatan kapal perang bagi negara lain, misalnya Filipina dan Uni Emirat Arab. Dalam aspek ekonomi, PAL telah mengalami lonjakan pendapatan yang belum pernah terjadi. Sampai dengan 2020, pendapatan tahunan tertinggi ialah Rp 1,6 triliun. Tahun-tahun berikutnya naik menjadi Rp 1,8 triliun, Rp 2,5 triliun, dan Rp 3,6 triliun. Selain itu, PAL kian dipercaya dunia dan dilihat dari peningkatan nilai kontrak dari maksimal sepanjang sejarah hanya Rp 2,6 triliun menjadi Rp 36 triliun mulai tahun ini. (BRO/ETA/EDN)