Tiga Koalisi Bakal Capres Tak Terusik Isu Dua Poros
Pengamat melihat, wacana untuk memasangkan Ganjar Pranowo dengan Prabowo Subianto sebagai gagasan yang rumit. Mengapa demikian?
Oleh
KURNIA YUNITA RAHAYU
·5 menit baca
KOMPAS/HAS/RON
(kiri ke kanan) Ganjar Pranowo, Prabowo Subianto, Anies Baswedan.
JAKARTA, KOMPAS — Sekalipun kemungkinan terbentuknya dua poros koalisi kembali mengemuka, tiga gabungan partai politik yang telah terbentuk masih bekerja sesuai dengan rencana. Salah satunya dengan membentuk tim serta menyusun strategi pemenangan. Begitu pula dengan penentuan bakal calon wakil presiden.
Persiapan strategi pemenangan untuk menghadapi Pemilihan Presiden (Pilpres) 2024 salah satunya digencarkan Koalisi Indonesia Maju (KIM). Wakil Ketua Umum Partai Gerindra Habiburokhman mengatakan, setelah bergabungnya Partai Demokrat, komunikasi antarketua umum partai politik (parpol) anggota koalisi terus bergulir. Komunikasi dimaksud ditujukan untuk merumuskan visi, misi, dan program yang akan diusung oleh bakal calon presiden (capres) yang mereka usung, yakni Prabowo Subianto, Menteri Pertahanan sekaligus Ketua Umum Partai Gerindra.
”Saat ini, koalisi pendukung Pak Prabowo, Koalisi Indonesia Maju, sudah berbicara hal teknis. Bukan lagi soal wacana-wacana besar, gagasan-gagasan besar, tetapi soal visi, misi, dan program perjuangan,” kata Habiburokhman di Jakarta, Jumat (22/9/2023).
Menurut dia, perumusan strategi pemenangan itu tidak terpengaruh oleh bergulirnya wacana pembentukan dua poros koalisi dengan memasangkan Prabowo dengan bakal capres dari Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDI-P), Ganjar Pranowo. Pihaknya siap untuk mengikuti kontestasi, baik yang terdiri dari tiga ataupun dua pasangan calon (paslon). ”Koalisi ini sudah semakin solid. Apakah nanti akan ada dua poros, tiga poros, kita ikut saja yang mana. Yang jelas, Pak Prabowo akan tetap maju sebagai capres,” ujar Habiburokhman.
Ia menegaskan, dukungan kepada Prabowo untuk menjadi bakal capres merupakan keputusan resmi Gerindra yang dihasilkan melalui rapat pimpinan nasional, pertengahan Agustus 2022. Hal itu juga mendapatkan dukungan dari sejumlah parpol yang kini bergabung di KIM, yakni Partai Golkar, Partai Demokrat, Partai Amanat Nasional (PAN), Partai Gelora, dan Partai Garuda.
Begitu juga yang terjadi pada Ganjar. Setelah ditetapkan sebagai bakal capres PDI-P, kini setidaknya ada tiga parpol yang mendukung, yakni Partai Persatuan Pembangunan (PPP), Partai Perindo, dan Partai Hanura.
Oleh karena itu, menurut Habiburokhman, tidak mudah mengubah untuk keputusan yang telah menetapkan Prabowo dan Ganjar sebagai bakal capres dari parpol dan koalisi masing-masing. Hingga saat ini, Gerindra pun belum melihat titik tengah untuk menjembatani situasi tersebut. ”Tentu kita tidak akan memaksakan diri, tigak mungkin dalam satu koalisi ada dua capres, berarti bisa maju dua-duanya,” ucapnya.
Wacana memasangkan Ganjar dengan Prabowo yang sempat berembus pada awal 2023 kembali mengemuka dari Ketua DPP PDI-P Puan Maharani. Saat menjawab pertanyaan awak media di Kompleks Parlemen, Jakarta, Kamis lalu, ia mengatakan, kemungkinan itu terbuka. Apalagi, dalam rentang waktu sebulan jelang tahapan pencalonan presiden dan wakil presiden pada 19 Oktober-25 November mendatang, masih mungkin terjadi dinamika yang mengubah situasi saat ini. Semua parpol dan gabungan parpol pun membuka kemungkinan untuk bertemu dan menyepakati hal-hal yang dianggap baik untuk kepentingan bangsa.
BPMI SEKRETARIAT PRESIDEN/LAILY RACHEV
Presiden Joko Widodo bersama Menteri Pertahanan Prabowo Subianto dan Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo saat meninjau panen raya padi dan berdialog dengan petani di Desa Lajer, Kecamatan Ambal, Kabupaten Kebumen, Provinsi Jawa Tengah, Kamis (9/3/2023).
Sekretaris Jenderal PDI-P Hasto Kristiyanto seusai memimpin Rapat Kerja Daerah (Rakerda) PDI-P Gorontalo, Jumat, menegaskan, keputusan partainya tak berubah. Siapa pun yang akan menjadi pasangan Ganjar, mantan Gubernur Jawa Tengah itu tetap akan menjadi bakal capres, bukan cawapres. ”Jadi, siapa yang akan mendampingi Pak Ganjar Pranowo, posisinya Pak Ganjar adalah capres yang diusung PDI-P, PPP, Hanura, dan Perindo. Kami saling melengkapi, tidak beririsan, tetapi saling memperkuat basis pemilih dan didukung relawan,” kata Hasto.
Ia menambahkan, proses penentuan cawapres untuk Ganjar masih berlanjut. Ada beberapa nama yang selama ini dihubungkan dengan Ganjar. Mereka, di antaranya, ialah Menteri Koordinator Bidang Politik, Hukum, dan Keamanan Mahfud MD, Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif yang juga Wakil Ketua Umum PPP Sandiaga Salahuddin Uno, Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Erick Thohir, dan mantan Panglima TNI Andika Perkasa. Tak hanya dikaji, calon pendamping Ganjar juga telah didiskusikan oleh Ketua Umum PDI-P Megawati Soekarnoputri dengan para ketua umum parpol pendukung Ganjar dan Presiden Joko Widodo.
”Siapa yang akan mendampingi Pak Ganjar sudah mengalami kajian yang mendalam, tinggal menunggu momentum yang tepat nantinya akan diumumkan oleh Ibu Megawati,” kata Hasto.
Juru Bicara PPP Doni Usman Tokan menambahkan, para ketua umum parpol pendukung Ganjar memang terus berdiskusi untuk menentukan bakal cawapres. Namun, PPP yang mengusulkan Sandiaga Salahuddin Uno akan menyerahkan keputusan akhir sepenuhnya kepada Megawati Soekarnoputri. PPP tidak menutup diri untuk mendukung calon lain untuk menjadi bakal cawapres.
”Kami berhadap Pak Sandiaga menjadi pilihan Ibu Mega. Namun, jika bukan takdirnya, maka PPP berharap cawapresnya ada irisannya dengan PPP,” kata Doni.
Ia menambahkan, selain membahas penentuan cawapres, para ketua umum juga telah menginstruksikan jajaran parpol untuk fokus merumuskan strategi pemenangan Ganjar sebagai capres 2024. Semakin mendekati pendaftaran, situasi politik semakin dinamis. Wacana yang berkembang di luar koalisi pun selalu ada. ”Saat sekarang, kami ingin Mas Ganjar terus turun menyapa rakyat, mendengarkan keinginan rakyat, menyerap aspirasi masyarakat,” ujar Doni.
Tim pemenangan
Meski belum memiliki bakal cawapres, gabungan parpol pendukung Ganjar telah membentuk tim pemenangan nasional (TPN) yang dipimpin oleh Ketua Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Arsjad Rasjid. Andika Perkasa, mantan Wakil Kepala Polri Gatot Eddy Pramono, dan Ketua Harian Nasional Partai Perindo Muhammad Zainul Majdi menjabat sebagai wakil ketua TPN Ganjar Pranowo.
Selain KIM dan gabungan parpol pendukung Ganjar, Koalisi Perubahan yang terdiri dari Partai Kebangkitan Bangsa (PKB), Partai Nasdem, dan Partai Keadilan Sejahtera (PKS) juga tetap menyiapkan strategi pemenangan pasangan bakal capres dan cawapres Anies Baswedan dan Muhaimin Iskandar. Menurut Anies, wacana pembentukan dua poros bukan persoalan yang menjadi fokus bagi dirinya dan Muhaimin. Pihaknya justru kini telah membentuk tim yang akan mengonsolidasikan berbagai unsur di koalisi.
”Kami konsentrasi kepada koalisi. Kami sudah solid, siap menyongsong pemilu dan pilpres. Jadi, nanti apakah akan ada berapa pasang dan lain-lain itu adalah non-isu. Isu bagi kami adalah bagaimana kami siap mengantisipasi,” kata Anies seusai pembentukan Badan Pekerja Anies-Muhaimin (Baja Amin) di Jakarta, Jumat siang.
KOMPAS/WILLY MEDI CHRISTIAN NABABAN
Bakal calon presiden dari Koalisi Perubahan, Anies Baswedan (tengah), bersama bakal calon wakil presiden, Muhaimin Iskandar, seusai rapat mengenai Badan Pekerja Anies-Muhaimin (Baja Amin) di Markas Koalisi Perubahan, Jakarta, Jumat (22/9/2023).
Baja Amin, lanjutnya, berisi 15 anggota yang terdiri dari tiga utusan dari Anies, Muhaimin, dan tiga parpol anggota koalisi. Tim ini menggantikan tugas Tim Delapan saat Koalisi Perubahan masih terdiri dari Nasdem, PKS, dan Partai Demokrat. Tugas dimaksud meliputi persiapan pendaftaran, pemenangan, perumusan visi, misi, dan program, komunikasi publik, serta menggagas anggota tim pemenangan.
Ilusi politik
Direktur Eksekutif Parameter Politik Indonesia Adi Prayitno melihat, wacana memasangkan Ganjar dengan Prabowo adalah gagasan yang rumit. Sulit bagi salah satu dari mereka untuk ditempatkan sebagai cawapres. ”Menduetkan Ganjar dengan Prabowo atau Prabowo dengan Ganjar merupakan ilusi politik yang di atas kertas sangat sulit diwujudkan,” ujarnya.
Menurut Adi, ide tersebut bisa terwujud jika tiga elite kunci politik nasional bertemu untuk membicarakan kemungkinan ini. Elite kunci dimaksud adalah Megawati, Prabowo, dan Jokowi. Sebelum hal itu terlaksana, setiap koalisi diprediksi bakal tetap mempersiapkan langkah pemenangan sesuai dengan rencana masing-masing.
”Tanpa kesepakatan ketiga orang ini, wacana tersebut sulit, bahkan utopis karena kedua kubu ngotot untuk menjadi capres,” katanya.