Sidarto Danusubroto genap berusia 87 tahun pada 11 Juni 2023. Ada pesan yang disampaikan tokoh yang menjadi abdi negara yang mengalami pemerintahan tujuh presiden ini.
Oleh
NORBERTUS ARYA DWIANGGA MARTIAR
·4 menit baca
Bagi Sidarto Danusubroto yang genap berusia 87 tahun pada 11 Juni 2023, perjalanan hidupnya memang istimewa. Pengalaman mendampingi Bung Karno sebagai ajudan menempanya hidupnya menjadi politisi yang mampu melewati banyak pemerintahan.
Sidarto atau yang akrab disapa Opa Darto pernah mengemban tugas sebagai ajudan Presiden pertama RI, Bung Karno, pada 1967-1968 ketika ia masih mengemban tugas sebagai anggota kepolisian. Dalam bertugas sebagai Korps Bhayangkara, Sidarto menuntaskan karya pengabdiannya sebagai Kepala Kepolisian Daerah Jawa Barat pada 1991.
Sidarto juga dikenal sebagai politisi yang meniti karier politiknya di Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan. Ia pernah menjadi anggota DPR (1999-2014) dan menjabat sebagai Ketua MPR (2013-2014). Tidak berhenti, Sidarto mendapatkan tugas sebagai anggota Dewan Pertimbangan Presiden sejak 2015 hingga sekarang.
Itu berarti Sidarto telah mengalami masa pemerintahan tujuh presiden RI, mulai dari Bung Karno hingga Presiden Joko Widodo. Menilik perjalanan panjang tugas dan pengabdiannya, tidak berlebihan ketika pada 2020 Sidarto diberi penghargaan Museum Rekor-Dunia Indonesia sebagai abdi negara dengan pengabdian terlama.
”Saya mensyukuri bahwa dalam usia yang tidak muda lagi, hari ini saya masih berkarya. Selama ini, maintain trust, mengabdi tujuh presiden itu tidak sederhana. Dan ini saya lakukan dengan ridho dan berkat-Nya,” kata Sidarto dalam acara Syukuran Ulang Tahun ke-87 yang dilangsungkan pada Minggu (11/6/2023) di Auditorium Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat.
Di dalam acara syukuran tersebut, hadir berbagai tokoh nasional, antara lain Ketua Dewan Pertimbangan Presiden Wiranto, Ketua MPR Bambang Soesatyo, Sekretaris Jenderal PDI-P Hasto Kristiyanto, serta putra sulung Bung Karno, Guntur Soekarno. Hadir pula Menteri PUPR Basuki Hadimuljono, Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi, Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin, Kapolri Jenderal (Pol) Listyo Sigit Prabowo, serta Kepala Staf TNI Angkatan Darat Jenderal Dudung Abdurachman.
Para tokoh penting maupun pimpinan berbagai instansi terus mengalir dan memberikan ucapan selamat kepada Sidarto. Tidak hanya dikelilingi para tokoh, keluarga besar Sidarto, mulai dari anak hingga cicit juga turut hadir.
Di hari bahagianya, Sidarto membagikan pandangannya bahwa sejarah bangsa Indonesia adalah karma politik. Ia mengingat penugasannya sebagai ajudan Bung Karno membuatnya dibebaskan dari tugasnya sebagai polisi selama empat tahun hingga akhirnya statusnya direhabilitasi. Dari pengalaman panjangnya, Sidarto sampai pada kesimpulan bahwa pemimpin bangsa Indonesia haruslah sosok yang dapat menghormati kebinekaan dan keberagaman.
”Kalau Indonesia saya umpamakan rumah bangsa, fondasi dasar adalah Pancasila. Tiangnya UUD 45, atap dindingnya adalah NKRI dan penghuninya adalah Bhinneka Tunggal Ika. Tidak bisa ditawar lagi,” kata Sidarto.
Keteguhan prinsip tersebut disampaikan oleh Guntur yang akrab disapa Mas Tok ketika Sidarto atau yang dipanggilnya dengan sebutan ”Kak Darto” mulai bertugas menjadi ajudan Bung Karno. Meski Bung Karno dikarantina atau ditahan oleh Orde Baru, Sidarto tetap melayani Bung Karno sekuat tenaga. Sidarto tetap memantau kondisi maupun kesehatan Bung Karno setiap hari.
Sidarto pula yang menenteramkan hati Mas Tok ketika rantang berisi sayur lodeh bagi Bung Karno diperiksa dan diaduk oleh petugas jaga dengan menggunakan bayonet. Sidarto memintanya untuk tetap tenang dan menerimanya. ”Di situ saya benar-benar melihat Kak Sidarto berusaha melayani sekuat tenaga, membuat Bung Karno gembira, optimistis, dengan berbagai usaha yang kreatif menurut pendapat saya,” tutur Mas Tok.
Dengan pengalaman panjang sebagai sosok yang mengalami banyak era kepemimpinan, politikus dan aktivis Nadhlatul Ulama, Yenny Wahid, memandang Sidarto sebagai sosok begawan. Dalam dunia pewayangan, Yenny melihat Sidarto tak ubahnya sebagai Begawan Abiyasa yang memiliki kemampuan untuk mengantar para calon raja.
Demikian pula Sidarto juga memiliki pengalaman mengantar putra bangsa menjadi presiden, yakni Joko Widodo. ”Begitu kesan saya terhadap beliau,” kata Yenny.
Bagi budayawan Sujiwo Tejo, Sidarto adalah perawat bangsa. Dalam pandangannya, rasa kebangsaan Sidarto telah menjadi jiwanya. Oleh karena itu, tidak mengherankan ketika jiwa kebangsaan tersebut erat dengan Pancasila sebagai dasar negara yang harus terus dirawat.
Melalui sebuah tembang macapat yang ditujukan kepada Sidarto, Sujiwo berharap agar Sidarto dapat menjadi penuntun serta merawat bangsa. Dengan tekun merawat bangsa, maka Indonesia akan tetap lestari.
Tidak hanya menjadi panutan bagi bangsa, Sidarto ternyata menjadi panutan bagi politisi. Hal itu diungkapkan Ketua Komisi I DPR dari Fraksi Partai Golkar Meutya Hafid. Menurut Meutya, Sidarto-lah yang mendorong dan mendukungnya untuk masuk ke Komisi I dan menjadi Ketua Komisi I.
”Teman politisi tidak banyak. Waktu itu sungguh tidak terbayangkan. Namun, beliau meyakinkan saya dengan mengatakan, kamu itu punya potensi,” tutur Meutya.
Selain dukungan, Meutya mengaku banyak belajar dari Sidarto. Hal itu dilakukannya selama dalam perjalanan ketika mereka melakukan kunjungan kerja di berbagai negara.
Pesan Opa Darto
Berdasarkan pengalamannya, Sidarto berpesan agar ke depan rakyat Indonesia memilih sosok pemimpin yang menghormati kebinekaan dan keberagaman serta meneruskan program dan warisan Presiden Jokowi. Sebab, dengan menghormati kebinekaan dan keberagaman, Indonesia masih tetap bertahan hingga 77 tahun.
Terkait hal itu, Sidarto menceritakan debat antara Bung Karno dengan Presiden Yugoslavia kala itu, Josip Broz Tito. Saat itu, Presiden Tito mengatakan bahwa Yugoslavia kuat karena memiliki senjata yang kuat. Kemudian, Bung Karno menjawab dengan mengatakan bahwa bangsa Indonesia akan disatukan dengan dasar Pancasila.
”Dan terbukti Pancasila telah merekatkan banyak suku bangsa, adat, dan bahasa selama 77 tahun. Pertahankan itu,” kata Sidarto.