Kesempatan Tak Datang Berkali-kali, untuk Kemajuan Bangsa Jokowi Akui Cawe-cawe
Presiden Jokowi menegaskan dirinya akan cawe-cawe dalam Pemilu 2024 demi kepentingan negara. Kesempatan Indonesia untuk melompat menjadi negara maju tidak datang berkali-kali.
Oleh
CYPRIANUS ANTO SAPTOWALYONO, NINA SUSILO
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS – Suatu negara hanya diberi kesempatan satu kali untuk maju atau tidak sama sekali. Republik Indonesia dalam kurun waktu 13 tahun ke depan memiliki kesempatan untuk melompat menjadi negara maju. Keberlanjutan kebijakan strategis pemerintahan saat ini dinilai penting demi mewujudkan Indonesia sebagai negara maju tersebut. Namun, hal itu sangat ditentukan oleh kepemimpinan nasional ke depan.
Demikian, antara lain, substansi yang disampaikan Presiden Joko Widodo saat bertemu dengan para pemimpin redaksi di Istana Negara, Jakarta, Senin (29/5/2023). Isi pertemuan tersebut diperoleh awak media dari sejumlah pemimpin redaksi seusai acara yang berlangsung sekitar dua jam mulai pukul 16.30.
Presiden Jokowi pada kesempatan itu menyebutkan dirinya cawe-cawe demi kepentingan negara. ”Untuk kepentingan negara, tadi Presiden bilang cawe-cawe. Cawe-cawe untuk kepentingan negara,” kata Pemimpin Redaksi Kompas Sutta Dharmasaputra seusai pertemuan.
Presiden Jokowi menuturkan bahwa dirinya cawe-cawe untuk kepentingan yang positif, termasuk dalam hal ini tidak menggunakan kekuasaan TNI dan Kepolisian Negara Republik Indonesia (Polri). Dia pun menegaskan cawe-cawe untuk negara, bukan cawe-cawe untuk kepentingan politik praktis. ”Cawe-cawe untuk negara, (untuk) kepentingan nasional. Bukan untuk kepentingan capres-cawapres,” kata Sutta menyitir Presiden.
Cawe-cawe untuk negara, (untuk) kepentingan nasional. Bukan untuk kepentingan capres-cawapres.
Tak biarkan kesempatan maju hilang
Menteri Sekretaris Negara Pratikno pun menambahkan bahwa cawe-cawe di sini identik dengan ikut bertanggung jawab dan tidak membiarkan.
Pada kesempatan tersebut Kepala Negara pun mencontohkan beberapa negara yang sebenarnya memiliki kesempatan maju. Namun, sampai sekarang tetap menjadi negara berkembang. Negara di Amerika Latin, misalnya, sejak dekade tahun 1970-an sudah menjadi negara berkembang, tetapi sampai sekarang tetap menjadi negara berkembang.
Demikian juga Afrika Selatan yang tidak dapat mengambil kesempatan menjadi negara maju. Adapun contoh negara yang berhasil melompat menjadi negara maju adalah Korea Selatan. Korea Selatan maju karena masuk ke rantai pasok global. ”Republik Indonesia hanya diberi waktu 13 tahun ke depan. Kalau bisa melompat, bisa jadi negara maju,” ujar Sutta mengutip inti pernyataan Presiden Jokowi.
Kesempatan Indonesia melompat maju ini, antara lain karena faktor bonus demografi. Menurut Presiden Jokowi, kunci kemajuan juga ada pada hilirisasi. ”Tapi pemimpinnya harus punya nyali,” ujar Sutta sembari mengutip bahwa hal yang juga harus dilanjutkan adalah penuntasan ekosistem kendaraan listrik.
Beberapa kebijakan strategis lain yang dinilai perlu dilanjutkan, antara lain pembangunan Ibu Kota Nusantara (IKN) dan transisi energi bersih. Karena itu, hal yang penting, menurut Presiden Jokowi, adalah perbaikan dan percepatan. ”Artinya, perbaikan, percepatan, bukan perubahan,” ujar Sutta.
Presiden Jokowi pun ingin memastikan Pemilu serentak 2024 dapat berlangsung secara demokratis, jujur, dan adil.
Senada, GM News n Current Affairs KompasTV Yogi Nugraha mengatakan, Presiden Jokowi sangat rileks dan membahas mengenai pentingnya 13 tahun ini untuk Indonesia memanfaatkan bonus demografinya. Oleh karena itu, Pemilu 2024, 2029, dan 2034 dinilai sangat penting.
Presiden juga menilai perlu dirinya cawe-cawe dalam Pemilu Presiden 2024. ”Ada lebih dari tujuh kali Pak Presiden mengatakan cawe-cawe,” kata Yogi.
”Ini saya tidak akan menggunakan tentara, saya tidak akan menggunakan polisi, bahwa saya punya cara cawe-cawe, dan saya tahu persis bagaimana cara berpolitik yang baik. ”
Namun, lanjutnya, Presiden menggarisbawahi bahwa ini tidak ada kaitan dengan penyalahgunaan kekuasaan (abuse of power) sebagai presiden. ”Ini saya tidak akan menggunakan tentara, saya tidak akan menggunakan polisi, bahwa saya punya cara cawe-cawe, dan saya tahu persis bagaimana cara berpolitik yang baik,” tutur Yogi menirukan kalimat Presiden.
Presiden Jokowi mengelak menyebutkan siapa calon presiden yang didukungnya. Dia menilai hal ini masih sangat jauh dan menjadi urusan partai politik.
Hal yang juga dinilai penting pada Pemilu 2024, menurut Presiden Jokowi, bukan soal perubahan melainkan percepatan atau akselerasi. ”Karena, menurut Presiden, kan banyak yang sudah dikerjakan, baik hilirisasi dan lain-lain. Tadi, yang penting itu tadi, bukan perubahan, tetapi akselerasi atau percepatan,” tambah Yogi.
Sementara itu, pegiat media Helmy Yahya membenarkan bahwa pada pertemuan tersebut Presiden membahas perihal cawe-cawe di Pemilu 2024.
Seperti dalam pertemuan Presiden Jokowi dengan tamu-tamunya, perbincangan santai ini dilakukan sembari makan sore. Jamuan berupa sate padang, siomay, dan pempek terhidang dan dinikmati bersama sembari mengobrol santai. (CAS/INA)