”Kompas” berkesempatan melihat fregat siluman Angkatan Laut Perancis, La Fayette, saat kapal perang itu sandar di Tanjung Priok, Jakarta. Seperti apa bagian dalam dari kapal siluman ini?
Oleh
WILLY MEDI CHRISTIAN NABABAN
·5 menit baca
WILLY MEDI CHRISTIAN NABABAN
Kapal perang Perancis, fregat siluman La Fayette, bersandar di Tanjung Priok, Jakarta, Rabu (29/3/2023).
Sejak 1996, Angkatan Laut Perancis mengintegrasikan fregat siluman La Fayette sebagai bagian dari armada kapal perangnya. Kapal perang siluman itu dilengkapi teknologi canggih yang membuatnya menjadi bagian dari penggetar utama Perancis dalam diplomasi internasional. Seperti apa bagian dalam dari kapal tersebut dan apa yang membuat kapal itu disebut siluman?
Mulai Sabtu (25/3/2023) hingga Rabu (29/3), salah satu unit fregat La Fayette singgah di Tanah Air, bersandar di Tanjung Priok, Jakarta. Kapal anti-kapal selam itu mengawal kapal perang landing helicopter dock (LHD) Dixmude. Kedua kapal tersebut tergabung dalam Kelompok Pelatihan AL Perancis Jeanne d’Arc.
Di sela-sela misi operasi lima bulan keliling dunia, sejumlah pihak sipil dan militer Indonesia diberi kesempatan mengintip kedua kapal, termasuk fregat La Fayette. Meski demikian, pengambilan gambar tak diizinkan demi alasan kerahasiaan dan keamanan.
Seperti kapal pada umumnya, bagian dalam La Fayette berupa ruangan yang terhubung dengan lorong-lorong menyerupai labirin. Bagian dindingnya melekat sejumlah penghargaan dan foto kenangan personel fregat siluman itu sebelumnya. Baik informasi maupun rambu larangan dalam kapal semuanya dicetak dalam bahasa Perancis.
WILLY MEDI CHRISTIAN NABABAN
Personel Angkatan Laut Perancis disiagakan pada jalan masuk menuju kapal perang Perancis, fregat siluman La Fayette, yang bersandar di Tanjung Priok, Jakarta, Rabu (29/3/2023). Akses untuk masuk ke La Fayette dibatasi dan tidak diperbolehkan membawa alat elektronik ke bagian dalam kapal.
Kata ”défense d'entrer” atau ”dilarang masuk” menghiasi banyak pintu di dalam kapal La Fayette. Sesekali juga terdengar imbauan melalui pengeras suara dalam bahasa Perancis. Aktivitas kru kapal cukup beragam, mulai dari menulis, mendengarkan radio, berdiskusi, latihan tinju, hingga berjaga.
Salah satu teknologi unggul La Fayette adalah kemampuan peluncur umpannya (decoy launcher). Fregat ini dilengkapi dua unit peluncur umpan Dagaie dengan kemampuan gerak 1-axis atau satu arah dan suar flare yang dipasang pada bagian dek senjata. Prinsip kerjanya adalah mengalihkan serangan musuh ke arah tembakan umpan.
Pada 2022, La Fayette diperbarui dalam kemampuan anti-peperangan kapal selam. Bagian badan kapalnya kini dilengkapi dua unit peluncur umpan torpedo (torpedo decoy launcher) yang terpasang dalam posisi tetap. Hal ini berarti kapal perlu bergerak untuk meluncurkan umpan ke arah target yang akan ditangkis.
Di balik segala kecanggihannya, fregat La Fayette tetap menempatkan dua personelnya untuk berjaga di bagian geladak kapal selama 24 jam nonstop. Sistem penjagaan dibagi dalam sif. Hal ini masih diterapkan karena teknologi terkadang tidak mendeteksi secara akurat perbedaan setiap kapal atau pesawat.
Dari segi kemampuan tempur, La Fayette dilengkapi beragam jenis persenjataan berat. Pada bagian depan terdapat French Naval Gun 100 mm yang dapat menembakkan proyektil hingga jarak 16 km. Bagian atas hanggar ada satu konsol rudal hanud jarak dekat Crotale CN2. Dalam satu konsol terdapat delapan rudal sebagai amunisinya.
Pada bagian geladak fregat La Fayette disematkan dua senapan mesin F2 kaliber 20 mm yang dioperasikan secara manual. Selain itu, pada bagian tengah kapal terpasang dua peluncur rudal Exocet MM40 Block 3 yang masing-masing berisi empat sel. Rudal ini mampu menjangkau target berjarak hingga 180 km.
Seluruh persenjataan dikontrol melalui ruang khusus yang hanya dapat dimasuki oleh personel militer AL Perancis. Walakin, sejumlah personel TNI AL tampak diperbolehkan masuk dan berdiskusi terkait persenjataan.
Angkatan Laut Perancis yang baru turun dari kapal perang Perancis, fregat siluman La Fayette di Tanjung Priok, Jakarta, Rabu (29/3/2023).
Sistem navigasi kapal dioperasikan oleh dua pengemudi dan dibantu beberapa orang yang mengurusi peta, radar, serta lainnya. Kemudi fregat La Fayette juga tak lagi menggunakan roda kemudi bulat, melainkan analog kiri-kanan. Meskipun demikian, roda kemudi bulat tetap disediakan di bagian belakang kapal sebagai satu dari lima cadangan sistem kemudi. Dalam sistem komunikasi, fregat La Fayette juga memiliki empat cadangan yang dapat digunakan secara situasional.
Di balik segala kecanggihannya, fregat La Fayette tetap menempatkan dua personelnya untuk berjaga di bagian geladak kapal selama 24 jam nonstop. Sistem penjagaan dibagi dalam sif. Hal ini masih diterapkan karena teknologi terkadang tidak mendeteksi secara akurat perbedaan setiap kapal atau pesawat.
”Kami masih menghargai dan menaruh harapan tinggi pada kejelian manusia. Terutama dalam pendeteksian kapal nelayan atau kapal perang musuh dan pesawat tempur atau burung terbang,” tutur Letnan Demian saat menjelajah fregat La Fayette.
Secara umum, fregat La Fayette berukuran panjang 124 meter dengan bobot 3.900 ton. Kapal berkecepatan maksimal 25 knot dan bisa menempuh perjalanan 5.000 mil laut (9.260 km) atau 50 hari tanpa perlu mengisi bekal ulang. Kapal yang baru diperbarui tahun 2022 ini memiliki 197 kru, sebanyak 20 di antaranya merupakan perempuan.
Kapal fregat La Fayette akan mampir di Indonesia pada Sabtu (25/3/2023) dan akan tinggal selama lima hari.
Pada bagian belakang kapal terdapat landasan yang dapat memuat helikopter berukuran menengah seberat 10 ton. Hal ini seperti satu unit helikopter AS565 MA Panther, SA321 G Super Frelon, atau NH90. Bahkan, kata Demian, landasan terbang itu dapat digunakan hingga ketinggian gelombang 6-9 meter.
Julukan siluman La Fayette terletak pada konstruksi kapal yang minimalis, yakni bagian sisinya memiliki lekukan miring sebesar 10 derajat. Bagian permukaan kapal juga telah dilapisi cat penyerap radar untuk menurunkan kemampuan deteksi dari lawan. Hal itu membuat fregat La Fayette terdeteksi seperti kapal nelayan, kapal sipil, atau kapal berjenis korvet yang membuat musuh meremehkan kemampuan fregat siluman ini.
Fregat ini memang didesain untuk situasi tempur sehingga kemampuannya untuk menjadi kapal siluman penting untuk mengumpulkan informasi. Kapal ini juga dirancang untuk beroperasi jauh dari daratan Perancis dan selama 20 tahun telah melalui berbagai operasi di seluruh dunia, termasuk operasi Enduring Freedom di Afghanistan (Kompas.id, 26/3/2023).
”Operasi di Afghanistan, fregat siluman La Fayette digunakan untuk mengawal kapal lainnya, sama seperti saat ini (mengawal LHD Dixmude). Hingga saat ini, kapal belum pernah menenggelamkan kapal lainnya dan digunakan untuk menjaga pertahanan di kawasan,” tutur Demian saat ditanya mengenai operasi Enduring Freedom.
Makna siluman dalam kapal perang permukaan itu terletak pada desain superstruktur dan material penyerap radar. Era saat ini, semua kapal perang permukaan dibangun menggunakan prinsip desain dan material yang sama.
Perancis mengoperasikan total lima unit fregat siluman kelas La Fayette, di antaranya F 710 La Fayette, F 711 Surcouf, F 712 Courbet, F 713 Aconit, F 714 Guepratte. Tak hanya Perancis, sejumlah negara lain juga mengoperasikan fregat siluman besutan DCN International (sekarang Naval Group) ini. Negara itu di antaranya 3 unit di Arab Saudi dengan kelas Al Riyadh, 6 kapal di Singapura dengan kelas Formidable, dan 6 unit di Taiwan dengan kelas Kang Ding.
Jejak siluman
Menurut pengamat militer dari Binus University Tangguh Chairil, fregat siluman La Fayette termasuk salah satu kapal perang canggih pada masanya. Ini karena kemampuan siluman yang dimiliki La Fayette. Kini, kapal-kapal perang baru telah mengikuti jejak siluman itu.
”Makna siluman dalam kapal perang permukaan itu terletak pada desain superstruktur dan material penyerap radar. Era saat ini, semua kapal perang permukaan dibangun menggunakan prinsip desain dan material yang sama (dengan La Fayette),” tuturnya.
Negara tetangga Indonesia, seperti Singapura, tergolong memiliki fregat siluman Formidable yang cukup canggih. Karena itu, fregat sejenis La Fayette cukup cocok untuk digunakan di perairan Indonesia. Sudahkah TNI Angkatan Laut RI memiliki alutsista ini?
Dua kapal cepat rudal pesanan Kementerian Pertahanan RI dalam proses penyelesaian di Divisi Kapal Perang di PT PAL Indonesia (Persero), Kota Surabaya, Jawa Timur, Kamis (29/9/2022).
Menurut Kepala Dinas Penerangan TNI AL Julius Widjojono, Indonesia memiliki kapal yang mirip dengan La Fayette. Kapal dimaksud, Kapal Perang RI (KRI) Raden Eddy Martadinata 331 dan KRI I Gusti Ngurah Rai 332.
”Kini, PT PAL juga sudah mengembangkan kapal berkemampuan seperti La Fayette, tetapi menggunakan bentuk yang berbeda,” ucapnya.
Setelah singgah di Tanah Air, kapal perang Perancis itu berencana melanjutkan perjalanan keliling dunianya hari ini, Rabu (29/3).