Bakal Cawapres Pendamping Anies Jadi Penentu Nasib Koalisi
Dinamika politik terkait pencalonan presiden dan wakil presiden dinamis. Koalisi Perubahan untuk Persatuan memberi ruang luas kepada Anies Baswedan. Sementara Prabowo Subianto terus menunjukkan kedekatan dengan Jokowi.
Oleh
WILLY MEDI CHRISTIAN NABABAN
·3 menit baca
KOMPAS
Sepakat Usung Anies Baswedan, Koalisi Perubahan Belum Gelar Deklarasi Bersama
Ketua Umum Partai Demokrat Agus Harimurti Yudhoyono kembali menegaskan, pilihan bakal cawapres diserahkan kepada Anies Baswedan.
Analis politik menilai, pilihan Anies akan menentukan masa depan koalisi Demokrat, Nasdem, dan PKS.
Sementara itu, Prabowo Subianto yang kerap mendampingi Presiden Jokowi mengaku sedang belajar tugas kenegaraan.
JAKARTA, KOMPAS — Partai Nasdem, Partai Demokrat, dan Partai Keadilan Sejahtera telah menyerahkan wewenang menentukan bakal calon wakil presiden kepada Anies Baswedan untuk diumumkan bersamaan dengan deklarasi Koalisi Perubahan untuk Persatuan. Nama yang dipilih Anies dinilai analis politik menjadi penentu nasib dan masa depan Koalisi Perubahan untuk Persatuan.
Terkait hal itu, Direktur Eksekutif Parameter Politik Indonesia Adi Prayitno, dihubungi di Jakarta, Minggu (26/3/2023), mengatakan, Anies perlu mempertimbangkan secara matang bakal calon yang akan mendampinginya. Sebab, katanya, langkah yang salah dapat berujung pada bubarnya koalisi. ”Saya kira berpotensi bubar apabila bakal calon presiden bukan dari Partai Demokrat atau PKS. Untuk PKS mungkin dapat tawadhu dalam menerima apa pun keputusan Anies. Namun, hal berbeda dapat terjadi pada Demokrat,” ujarnya.
Partai Demokrat, kata Adi, masih akan memperjuangkan Ketua Umum Partai Demokrat Agus Harimurti Yudhoyono (AHY) untuk mendampingi Anies. Sebab, pasangan Anies-AHY diklaim merupakan representasi oposisi dan memiliki tingkat elektabilitas tinggi.
Kendati begitu, ketiga partai tetap menunjukkan kemesraan dalam setiap pertemuan. Hal ini, lanjut Adi, untuk menampilkan sisi bahwa koalisi mereka solid. Namun, katanya, di belakangnya tetap tersimpan perdebatan. Pilihan lain, Koalisi Perubahan untuk Persatuan dapat mengusung calon alternatif sebagai pendamping Anies. Hal ini dinilai lebih ideal dan mampu mengakomodasi kepentingan ketiga partai anggota koalisi. Namun, calon alternatif dapat menimbulkan pertanyaan mengenai kelaikan nama calon dari PKS atau Partai Demokrat.
KOMPAS/RONY ARIYANTO NUGROHO
Suasana meja utama para tokoh di ballroom Kantor DPP Partai Nasdem di Nasdem Tower, Jakarta, saat acara Buka Bersama Partai Nasdem, Sabtu (25/3/2023). Buka bersama ini dihadiri sejumlah tokoh dan pertinggi partai politik, seperti Ketua Umum Partai Demokrat Agus Harimurti Yudhoyono, bakal calon presiden dari Partai Nasdem Anies Baswedan, dan Ketua Umum Partai Nasdem Surya Paloh. Hadir pula Wakil Presiden ke-10 dan 12 Jusuf Kalla, Ketua Umum Partai Golkar Airlangga Hartarto, Sekretaris Jenderal PKS Habib Abu Bakar Al-Habsyi, serta Wakil Ketua Umum DPP PPP Rusli Effendi.
Adapun nama-nama yang termasuk bakal cawapres Anies di antaranya AHY, Wakil Ketua Majelis Syura PKS yang juga mantan Gubernur Jawa Barat Ahmad Heryawan, dan Gubernur Jawa Timur Khofifah Indar Parawansa (Kompas, 25/3/2023).
Sementara itu, pada Sabtu kemarin, Partai Nasdem menyelenggarakan buka puasa bersama dengan PKS, Partai Demokrat, dan sejumlah tokoh serta petinggi partai lain. Seusai acara, AHY kembali menegaskan bahwa keputusan akhir bakal cawapres diserahkan kepada Anies.
”Kalau kami (KPP) jelas, ketiga partai sudah menandatangani piagam kerja sama. Kami ingin memberi ruang yang luas kepada Mas Anies untuk bisa menentukan pasangannya,” kata AHY.
Terdapat sejumlah kriteria, lanjut AHY, yang hanya diketahui dan dapat ditentukan oleh Anies. Hal ini sudah disepakati dan diserahkan kewenangannya kepada Anies oleh Partai Nasdem, Partai Demokrat, dan PKS. Meskipun Anies sebagai penentu akhir, tetap ada tim yang diminta untuk memberi masukan. Tim ini beranggotakan delapan orang yang terdiri dari partai anggota koalisi dan perwakilan Anies. Kehadiran tim dianggap AHY sebagai ruang penting untuk melibatkan semua pihak terkait. ”Nah, mudah-mudahan hasilnya yang terbaik,” tambah AHY.
ISTIMEWA
Menteri Pertahanan Prabowo Subianto mendampingi Presiden Joko Widodo dalam kunjungan kerja ke Papua meresmikan gedung Papua Youth Creative Hub (PYCH) dan peluncuran produk-produk kreativitas di Kota Jayapura.
Belajar tugas kenegaraan
Di sisi lain, Menteri Pertahanan Prabowo Subianto yang diusung Partai Gerindra menjadi calon presiden kerap terlihat mendampingi Presiden Joko Widodo dalam kunjungan kerja ke sejumlah daerah. Pertengahan Maret lalu, Prabowo bersama Jokowi berkunjung ke Papua. Mereka meresmikan gedung Papua Youth Creative Hub, berinteraksi dengan masyarakat di Pasar Youtefa, hingga meninjau lahan jagung di Kabupaten Keerom.
Menurut Prabowo, seperti disampaikan melalui keterangan pers dari tim media Prabowo, Sabtu malam, kunjungan kerja ini merupakan bentuk perhatian Presiden untuk membimbingnya melakukan tugas kenegaraan. Prabowo juga mengaku banyak belajar dari Jokowi terkait hal itu. ”Saya mengerti bertempur. Saya mengerti perang. Akan tetapi, kalau urusan negara saya sekarang banyak belajar dari Pak Joko Widodo,” ungkapnya dalam sambutannya saat acara Istighosah dan Doa Bersama Rabithah Melayu-Banjar di Kabupaten Tabalong, Kalimantan Selatan, pekan lalu.
Dalam keterangan pers tim media Prabowo juga disebutkan beberapa momen yang menunjukkan relasi Prabowo dan Jokowi sangat baik. Salah satunya, ketika Prabowo mendampingi Presiden dalam kunjungan kerja ke Jayapura, Papua. Dalam rangkaian acara itu, ada momen Prabowo melantunkan lagu ”Ojo Dibandingke” bersama Panglima TNI Laksamana Yudo Margono dan penyanyi lokal.
Saat para penyanyi mengajak Prabowo menyanyikan bagian refrein lagu itu, salah seorang penyanyi mengubah lirik lagu menjadi, ”Di hati ini hanya ada Pak Prabowo”. Namun, Prabowo justru menyebut nama Jokowi. ”Ku berharap engkau mengerti di hati ini, hanya Pak Jokowi,” ucap Prabowo saat bernyanyi sembari disambut tepuk tangan.