Koalisi Indonesia Bersatu Inginkan Capres dari Internal Koalisi
Koalisi Indonesia Bersatu yang terdiri dari Partai Golkar, PAN, dan PPP inginkan capres yang diusung, dipilih dari internal koalisi. Hingga kini, koalisi ini membuka diri bagi parpol lain jika ada yang ingin bergabung.
Oleh
Ayu Nurfaizah
·2 menit baca
RENY SRI AYU ARMAN
Tiga pimpinan partai masing-masing Ketua Umum Partai Golkar Airlangga Hartarto, Ketua Umum PAN Zulkifli Hasan, dan Ketua Umum PPP Muhamad Mardiono duduk bersama adalam acara Silaturahmi Nasional Koalisi Indonesia Bersatu di Makassar, Minggu (6/11/2022). Koalisi segera mengumumkan calon presiden.
JAKARTA, KOMPAS — Kendati belum menentukan figur calon presiden dan wakil presiden, Partai Golongan Karya bersama Partai Amanat Nasional dan Partai Persatuan Pembangunan yang tergabung dalam Koalisi Indonesia Bersatu menginginkan figur capres dari internal koalisi. Hingga saat ini ketiga partai ini pun membuka diri terhadap partai politik lain untuk bergabung dalam koalisi.
Golkar masih akan tetap mengusulkan ketua umumnya, Airlangga Hartarto, sebagai capres.
Figur capres dan cawapres dalam KIB akan dibahas antara ketua umum partai.
Untuk capres yang akan diusung, KIB masih menggodok sejumlah nama yang telah dibahas di internal koalisi.
Ketua DPP Partai Golkar Ace Hasan Syadzily mengatakan, saat ini Koalisi Indonesia Bersatu (KIB) belum membahas calon presiden (capres) dan calon wakil presidennya (cawapres). Golkar masih akan tetap mengusulkan ketua umumnya, yaitu Airlangga Hartarto sebagai capres.
”Saya kira clue dari KIB sudah sangat jelas, kami menginginkan capres dari internal koalisi,” katanya seusai kuliah umum di Golkar Institute, Kemanggisan, Palmerah, Jakarta Barat, Senin (13/3/2023).
Ia menjelaskan, potensi bergabung dengan parpol dan koalisi lain untung mengusung capres dan cawapres masih sangat dinamis dan terbuka. Hal itu termasuk kemungkinan berkoalisi dengan parpol lain untuk mendukung Ganjar Pranowo ataupun Prabowo Subianto sebagai bakal capres atau cawapres.
TANGKAPAN LAYAR KOMPAS TV
Ketua DPP Partai Golkar Ace Hasan Syadzily pada acara Satu Meja The Forum bertajuk Silaturahmi Politik dan Arah Koalisi yang disiarkan Kompas TV, Rabu (11/5/2022) malam.
Minggu lalu, saat kunjungan kerja di Kebumen, Jawa Tengah, Presiden Joko Widodo tampil bersama Prabowo yang hadir sebagai Menteri Pertahanan dan Ganjar selaku Gubernur Jawa Tengah. Banyak pihak berspekulasi bahwa kehadiran Presiden yang tampil bersama dengan Prabowo dan Ganjar itu sebagai sinyal dari Presiden untuk mendukung kedua figur tersebut maju dalam Pemilihan Presiden (Pilpres) 2024.
”Kemungkinan konfigurasi masih sangat dinamis. Figur capres dan cawapres dalam KIB akan dibahas antara ketua umum partai. Adapun keputusan politik yang diambil tidak dapat dilepaskan dari dinamika partai dan koalisi yang lain,” sebut Ace.
Sekertaris Jenderal Partai Amanat Nasional (PAN) Eddy Soeparno mengatakan, KIB tidak akan tergesa-gesa mengumumkan kandidat capres dan cawapresnya sekalipun parpol lain sudah mengusung figur tertentu.
”Masih ada 11 bulan menjelang Pilpres 2024 dan 6 sampai 7 bulan lagi sebelum batas pendaftaran capres dan cawapres. Segala kemungkinan masih terbuka, proses politiknya masih dinamis. Biasanya, penetapan capres dan cawapres dilakukan pada menit-menit terakhir menjelang batas pendaftaran,” kata Eddy yang dihubungi terpisah.
Saat ini KIB masih menggodok sejumlah nama yang telah dibahas di internal koalisi. Dalam hal ini, internal KIB memiliki pandangan beragam terkait kandidat capres dan cawapres yang akan diusung dalam Pilpres 2024. ”Siapa pun yang diajukan oleh KIB tujuannya agar kandidat tersebut dapat diterima dan dipilih dengan baik oleh rakyat sehingga menang dalam Pilpres 2024,” ujarnya.
Presiden Joko Widodo bersama Menteri Pertahanan Prabowo Subianto dan Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo saat meninjau panen raya padi dan berdialog dengan petani di Desa Lajer, Kecamatan Ambal, Kabupaten Kebumen, Provinsi Jawa Tengah, Kamis (9/3/2023).
Sinyal ”koalisi superbesar”
Direktur Eksekutif Institute for Democracy & Strategic Affairs (Indostrategic) Ahmad Khoirul Umam menjelaskan, Jokowi ingin menunjukkan sinyal dukungan terhadap pasangan Prabowo-Ganjar maupun Ganjar-Prabowo yang merepresentasikan ”koalisi superbesar” antara Partai Demokrasi Indonesia Pejuangan (PDI-P) dan Partai Gerindra.
”Pasangan ini dapat menjadi titik temu kekuatan antara KIB, Koalisi Indonesia Raya (Partai Gerindra dan Partai Kebangkitan Bangsa), dan PDI-P itu sendiri,” katanya saat dihubungi terpisah.
Gabungan kekuatan antara Prabowo dan Ganjar didukung Jokowi sebab bisa menghadirkan optimisme kemenangan yang lebih besar. Gimik dukungan dari Jokowi ini juga memperlihatkan preferensi presiden yang mampu memberikan pengaruh cukup signifikan terhadap jumlah pemilih.
”Jokowi masih memiliki pengaruh terhadap sel-sel politik yang bisa dimanfaatkan sebagai jaringan relawan dan tim pemenangan. Namun, preferensi presiden ini tidak boleh berujung pada politisasi dan mobilisasi dukungan instrumen negara. Hal ini seperti potensi penyalahgunaan lembaga-lembaga negara yang dimobilisasi untuk memenangkan atau mengalahkan kekuasaan tertentu,” ujar Ahmad.
Meskipun demikian, Ahmad menilai, masih ada tantangan dalam mengusung pasangan Prabowo dan Ganjar ini. Berbeda dari Prabowo yang lebih dulu diajukan sebagai capres oleh Gerindra, Ganjar merupakan kader PDI-P yang belum tentu diajukan sebagai capres.
Ahmad menilai, kartu permainan PDI-P dalam pilpres masih berada di tangan Puan Maharani, putri Ketua Umum PDI-P Megawati Soekarno Putri. Hingga saat ini, PDI-P belum menentukan pasangan capres dan cawapresnya.