Sejumlah Parpol Konsisten Usung Bakal Capresnya
Pengamat melihat, meski berdasarkan hasil survei, Ganjar Pranowo, Prabowo Subianto, dan Anies Baswedan, memiliki elektabilitas tertinggi sebagai capres, ketiganya belum tentu didaftarkan parpol ke KPU.
/https%3A%2F%2Fasset.kgnewsroom.com%2Fphoto%2Fpre%2F2022%2F10%2F26%2F043bb3b1-bfeb-4e68-bcbc-549f9762c86b_jpg.jpg)
(kiri ke kanan) Ganjar Pranowo, Prabowo Subianto, Anies Baswedan
> Nasdem dan Demokrat konsisten mengusung Anies Baswedan sebagai bakal capres di Pilpres 2024 meski elektabilitas Anies turun.
> Gerindra memetakan kekuatan dan kelemahan bakal capresnya, Prabowo Subianto, dari hasil survei.

Baca Berita Seputar Pilkada 2024
> Pengamat melihat keputusan soal capres dan cawapres tak hanya ditimbang dari survei, tetapi dari berbagai faktor lain yang terkait kebijakan elite parpol.
JAKARTA, KOMPAS — Sejumlah partai politik tak terusik dengan capaian elektabilitas dari bakal calon presiden mereka yang kurang memuaskan. Partai politik akan terus berupaya menggenjot elektabilitas bakal calon. Selain itu, koalisi partai politik untuk mengusung bakal calon pun bakal terus dibangun.
Mengacu hasil survei Litbang Kompas periode 25 Januari—4 Februari 2023, sejumlah figur yang telah dideklarasikan partai politik (parpol) sebagai bakal calon presiden (capres) untuk Pemilihan Presiden (Pilpres) 2024, meraih hasil elektabilitas yang tidak signifikan.
Ketua Umum sekaligus bakal capres Partai Gerindra, Prabowo Subianto, misalnya, elektabilitasnya hanya beranjak sedikit dari survei Oktober 2022. Pada survei Oktober, elektabilitasnya 17,6 persen sedangkan survei Januari 2023, 18,1 persen. Capaian itu menempatkannya di peringkat kedua elektabilitas tertinggi sebagai capres di bawah Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo, tetapi jika ditilik ke belakang, elektabilitas Prabowo cenderung menurun. Survei Januari 2022, elektabilitasnya 20,5 persen sedangkan Juni 2022, 22 persen.
Tak hanya Prabowo, elektabilitas dari bakal capres Nasdem, Anies Baswedan, juga kurang memuaskan. Elektabilitasnya sebesar 13,1 persen atau turun dari survei pada Oktober 2022, yakni 16,5 persen. Padahal elektabilitas pada Oktober merupakan yang tertinggi dibandingkan dengan hasil survei Januari 2022 (14,2 persen) dan Juni 2022 (12,6 persen).

Ketua Umum Partai Nasdem Surya Paloh seusai bertemu Ketua Umum Partai Demokrat Agus Harimurti Yudhoyono di Kantor Dewan Pimpinan Pusat (DPP) Demokrat, Jakarta, Rabu (22/2/2023), menghargai hasil survei yang dilakukan sejumlah lembaga. Hal itu diakui bisa menjadi indikator pencapaian parpol dan bakal capres dalam kurun waktu tertentu, tetapi perjalanan menuju Pilpres 2024 masih panjang. “Masih panjang perjalanan, nah kita lihat ke depan,” ucapnya.
Langkah ke depan yang dimaksud, tetap mencalonkan Anies. Karena itu, upaya pembentukan Koalisi Perubahan bersama dengan Demokrat dan Partai Keadilan Sejahtera (PKS) pun terus berlanjut. Salah satunya dilakukan Surya melalui pertemuan selama sekitar 2,5 jam dengan Agus Harimurti.
Mengenai bakal calon wakil presiden pendamping Anies, Surya menilai Agus Harimurti lebih dari pantas mendampingi Anies. Namun, keputusan akhir diserahkan pada Anies seperti komitmen awal dari Nasdem saat mendeklarasikan Anies.
Baca juga: Surya Paloh Sebut Agus Harimurti Yudhoyono Pantas Jadi Cawapres
Sikap sudah final
Keseriusan untuk membangun Koalisi Perubahan dan mencalonkan Anies juga ditekankan oleh Agus. Ia mengatakan, sikap politik Demokrat sudah final. Pihaknya tak hanya mendukung Anies sebagai bakal capres, tetapi juga menyerahkan keputusan penentuan bakal cawapres kepada Anies.
/https%3A%2F%2Fasset.kgnewsroom.com%2Fphoto%2Fpre%2F2023%2F02%2F22%2F9332614e-023b-4ef8-8908-1522c4289d1a_jpeg.jpg)
Ketua Umum Partai Nasdem Surya Paloh (kanan) dan Ketua Umum Partai Demokrat Agus Harimurti Yudhoyono jumpa pers seusai pertemuan di kantor DPP Partai Demokrat, Jakarta, Rabu (22/2/2023).
”Sikap dan posisi politik Partai Demokrat yang kami sampaikan 23 Januari lalu itu resmi dan bukan sekadar test the water, bukan hanya uji coba saja. Akan tetapi, telah melalui proses konsultasi dan komunikasi yang intensif antara saya sebagai ketua umum dan Ketua Majelis Tinggi Demokrat Susilo Bambang Yudhoyono, dan tentunya berbagai masukan dari pihak internal,” kata Agus.
Dukungan terhadap Anies dan pembentukan Koalisi Perubahan juga telah disampaikan oleh sejumlah elite PKS. Sikap ini menurut rencana, akan ditindaklanjuti melalui mekanisme partai, yakni Musyawarah Majelis Syuro yang hasilnya diumumkan, hari ini (23/2).
Dihubungi terpisah, Wakil Ketua Umum Gerindra Irfan Yusuf Hasyim mengakui, parpolnya selalu memantau hasil survei untuk dijadikan bahan pembanding dengan hasil survei internal. “Dari perbandingan itu pula, Gerindra akan melihat kekuatan dan kelemahan (dari Prabowo),” ujarnya.
Gerindra pun akan tetap berupaya meningkatkan elektabilitas Prabowo. Keputusan mengusung Prabowo sebagai bakal capres tetap diupayakan dan dikomunikasikan dengan mitra koalisi. Hingga kini, Gerindra telah berkoalisi dengan Partai Kebangkitan Bangsa. Namun, tak tertutup kemungkinan ada parpol lain bergabung. sehingga nantinya soal capres-cawapres akan dibahas pula dengan parpol tersebut.
Baca juga: Survei "Kompas": Ganjar Teratas, Prabowo dan Anies Masih Fluktuatif
/https%3A%2F%2Fasset.kgnewsroom.com%2Fphoto%2Fpre%2F2022%2F08%2F13%2F40343c62-7075-45a8-aca1-5973fb3f9709_jpg.jpg)
Ketua Umum Partai Gerindra Prabowo Subianto (kiri) dan Ketua Umum Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) Muhaimin Iskandar mendeklarasikan koalisi antara Partai Gerindra dengan PKB dalam pemilu 2024 di Sentul, Bogor, Jawa Barat, Sabtu (13/8/2022).
Direktur Eksekutif Algoritma Research and Consulting Aditya Perdana mengatakan, konstelasi pilpres masih dinamis. Meski berdasarkan hasil survei berbagai lembaga posisi tiga besar konsisten ditempati oleh Ganjar, Prabowo, dan Anies, ketiganya belum tentu akan menjadi capres yang didaftarkan oleh parpol ke Komisi Pemilihan Umum. Apalagi, PDI-P sebagai satu-satunya parpol yang bisa mengusung bakal capres tanpa berkoalisi, belum mengungkapkan calonnya.
Aditya menambahkan, ketidakpastian itu bertambah kuat karena keputusan mengusung capres dan cawapres tak hanya ditimbang dari survei, tetapi juga dari berbagai faktor lain yang terkait kebijakan elite parpol. Di tengah fluktuasi elektabilitas capres pilihan publik, para elite masih harus bernegosiasi untuk mencapai titik temu terkait dengan visi dan misi, program kerja, maupun kecocokan antarparpol untuk mengusung salah satu tokoh.