Kerja Sama Entitas Keagamaan Atasi Problem Kemanusiaan
Entitas keagamaan itu penting karena memiliki daya untuk menginspirasi, memotivasi, dan memobilisasi umat yang memiliki loyalitas untuk melakukan kerja-kerja kemanusiaan.
Oleh
Raynard Kristian Bonanio Pardede
·4 menit baca
KOMPAS/RONY ARIYANTO NUGROHO
Sejumlah elemen masyarakat dari lintas agama menyapa para tokoh pemuka agama yang hadir perayaan Hari Toleransi Internasional di Tugu Kujang, Kota Bogor, Jawa Barat, Rabu (16/11/2022).
JAKARTA, KOMPAS — Persaudaraan antarumat manusia di dunia dinilai menjadi salah satu kunci mengatasi masalah menahun global dan nasional, seperti krisis pangan, konflik, dan kemiskinan. Di Indonesia, menjaga persaudaraan dan kerukunan antarumat beragama juga penting untuk mencegah perpecahan, khususnya menjelang Pemilu 2024.
Dalam acara peringatan Hari Persaudaraan Kemanusiaan Internasional dan Kerukunan Antarumat Beragama 2023, Ketua Majelis Permusyawaratan Rakyat Bambang Soesatyo menjelaskan, dunia menghadapi krisis multidimensional mulai dari masalah konflik, pangan, hingga keadilan sosial. Untuk mengatasinya, dibutuhkan kerja sama antarumat manusia.
Sebagai bagian dari upaya untuk mempererat kerja sama itu, pada 2019, Paus Fransiskus dan Imam Besar Al-Azhar Syekh Ahmad Al Tayeb menandatangani deklarasi Human Fraternity atau Persaudaraan Kemanusiaan. Deklarasi berisikan seruan perdamaian agar manusia hidup berdampingan dengan damai. Bambang berharap masyarakat Indonesia juga turut menjalankan amanah dalam deklarasi tersebut sebagai bentuk dukungan persaudaraan. ”Deklarasi tersebut merepresentasikan keinginan kuat umat beragama untuk membangun sinergi dan berkolaborasi serta berkontribusi aktif dalam mewujudkan dunia yang damai,” ucapnya di Jakarta, Minggu (5/2/2023).
Kehadiran deklarasi tersebut juga menjadi salah satu kritik atas kondisi dunia yang kini sedang tidak baik-baik saja. Bambang menyebut konsepsi kehidupan dunia yang damai, adil, dan sejahtera masih sebatas utopia saja karena belum benar terwujud dan dirasakan banyak orang.
KOMPAS/RADITYA HELABUMI
Ketua MPR Bambang Soesatyo
”Indeks perdamaian global terus-menerus memburuk dan mengalami penurunan hingga 3,2 persen. Penghormatan terhadap HAM juga melemah. Selain itu, 345 juta penduduk dunia mengalami kelaparan akut, di mana 19.700 orang meninggal dunia setiap hari. Artinya, setiap empat detik tercatat satu orang meregang nyawa karena kelaparan,” paparnya.
Kondisi ini mengisyaratkan kerja sama, khususnya antarumat beragama. Bambang meyakini, kerja sama yang didasarkan pada entitas keagamaan memiliki peran penting dan strategis untuk menjawab persoalan kemanusiaan. Untuk itu, dunia menunggu keberpihakan dan komitmen umat beragama.
”Entitas keagamaan itu penting karena memiliki daya untuk menginspirasi, memotivasi, dan memobilisasi umat yang memiliki loyalitas melakukan kerja kemanusiaan. Lalu, nilai moralitas agama mengajarkan kepedulian dan kepekaan sosial sebagai sarana dan jalan pengabdian kepada Tuhan,” tambahnya.
Dalam konteks Indonesia, Bambang menambahkan, masyarakat Indonesia yang identik dengan semangat kemajemukan diharapkan mulai mengurangi perilaku dominatif, individualistis, dan materialistis agar setiap perbedaan dapat dijembatani dengan baik.
KOMPAS/HENDRA A SETYAWAN
Suasana simulasi pemungutan dan penghitungan suara Pemilu 2024 di Kantor Komisi Pemilihan Umum, Jakarta, Selasa (22/3/2022).
Ke depan, tantangan kebangsaan yang Indonesia hadapi akan semakin kompleks dan dinamis, apalagi dalam waktu dekat masyarakat akan menyongsong Pemilu 2024. Bambang berharap, dalam menjalani tahun politik, kedamaian serta keteduhan harus menjadi nilai utama dalam berdemokrasi.
”Kita sama-sama tahu dan paham, karena sejarah mencatat bahwa setiap penyelenggaraan pemilu hampir selalu meninggalkan residu ketegangan politik, rakyat terpolarisasi pada kutub-kutub berseberangan, yang jika tidak dikelola dengan baik akan memuncak menjadi konflik horizontal. Di sinilah peran Bapak Ibu sekalian para pemuka agama,” tuturnya.
Tali persaudaraan
Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (NU) Yahya Cholil Staquf menjelaskan, sejak awal organisasinya mendukung deklarasi Human Fraternity. Isi dokumen tersebut mewakili kerangka pemikiran Trilogi Ukhuwah yang dicetuskan Rais Aam PBNU Kiai Haji Ahmad Siddiq pada Muktamar Ke-27 NU tahun 1984 di Situbondo, Jawa Timur.
”Trilogi Ukhuwah atau trilogi persaudaraan, yaitu ukhuwah islamiyah (persaudaraan antarsesama umat Islam), ukhuwah wathaniyah (persaudaraan dalam ikatan kebangsaan), dan ukhuwah basyariyah (persaudaraan antarumat manusia). Nilai ini intinya mengajarkan akan persaudaraan dan kerukunan,” katanya.
KOMPAS/RHAMA PURNA JATI
Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama Yahya Cholil Staquf di Palembang, Sumatera Selatan, Jumat (4/3/2022) malam.
Gus Yahya menambahkan, pengamalan paham ini tidak dapat dipisahkan satu dengan yang lain, tetapi harus dilaksanakan secara simultan. Hal ini karena prinsip dasar dari pemikiran ini bertujuan untuk membangun masyarakat yang rukun dan penuh toleransi. Masyarakat yang menjunjung tinggi toleransi ini pula yang diyakini Gus Yahya membuat Indonesia bisa bersatu di atas berbagai perbedaan latar belakang, suku, agama, dan ras.
Persaudaraan dibutuhkan untuk mewujudkan peradaban manusia yang sungguh-sungguh adil dan harmonis.
Selain itu, kesadaraan bahwa setiap orang bersaudara menjadi penting agar konflik antarkelompok bisa dihindari.
”Dengan pemahaman inilah kita bisa mewujudkan suatu peradaban manusia yang sungguh-sungguh adil dan harmonis, yang juga menjamin adanya penghormatan terhadap hak asasi manusia,” ujarnya.
Ketua Persekutuan Gereja-gereja di Indonesia (PGI) Gomar Gultom mengingatkan, masih ditemuinya kekerasan dan konflik berbasis agama membuat persaudaraan antarumat manusia kerap kali runtuh. Ini karena masih ada kelompok agama yang terjebak dogmatisme agama sehingga menghasilkan paham bahwa agama yang ia anut adalah kebenaran absolut.
KOMPAS/RONY ARIYANTO NUGROHO
Umat lintas agama berbincang di Gereja Katedral, Jakarta, Jumat (1/6/2018).
Selain itu, sifat rakus dan tamak manusia membuat banyak kelompok atau orang berlomba-lomba untuk menguasai sumber daya yang ada dengan menyingkirkan kelompok lain. Ia berharap hal ini bisa dihindari karena, jika tidak, akan membuat manusia semakin jauh dalam persaudaraan.
”Jika dogmatisme agama ini dibiarkan, akan berbahaya bagi umat manusia karena akan menegasikan kelompok lain yang berbeda dengannya. Lantas, orang yang berbeda itu akan disingkirkan,” katanya.
Ketua Center for Dialogue and Cooperation among Civilizations (CDCC) Din Syamsuddin menerangkan, perayaan Hari Persaudaran Manusia dalam Pekan Kerukunan Antarumat Beragama atau World Interfaith Harmony Week ini menjadi agenda resmi PBB dan dirayakan setiap minggu pertama bulan Februari. Perayaan ini bertujuan agar setiap umat beragama di seluruh dunia mempererat rasa persaudaraan dan kerukunannya.
Ia menambahkan, berbagai organisasi keagamaan hadir untuk mendukung pekan perayaan Hari Persaudaraan Manusia ini, yaitu Majelis Ulama Indonesia, Konferensi Waligereja Indonesia, Persekutuan Gereja-gereja di Indonesia, Parisada Hindu Dharma Indonesia, Persatuan Umat Buddha Indonesia, Majelis Tinggi Agama Khonghucu Indonesia, Muhammadiyah, dan Nahdlatul Ulama.