Pancasila merupakan sumber tertinggi untuk mengatur kehidupan bernegara dan menyatukan seluruh umat. Oleh karena itu, Pancasila dan Islam tidak perlu dipertentangkan karena Pancasila juga bukan agama.
Oleh
DIAN DEWI PURNAMASARI
·2 menit baca
DIAN DEWI PURNAMASARI
Bedah buku Islam dan Pancasila: Perspektif Maqashid Syariah yang diselenggarakan secara daring dan luring oleh Badan Pembinaan Ideologi Pancasila, Senin (19/12/2022), di Jakarta.
JAKARTA, KOMPAS — Islam dan Pancasila tidak perlu lagi dipertentangkan. Pancasila adalah sebuah konsensus bersama yang merupakan sumber tertinggi untuk mengatur kehidupan bernegara. Oleh karena itu, tidak perlu dianggap seperti agama.
Hal itu mengemuka dalam bedah buku berjudul Islam dan Pancasila: Perspektif Maqashid Syariah menurut pemikiran Kepala Badan Pembinaan Ideologi Pancasila (BPIP) Yudian Wahyudi yang digelar di Jakarta, Senin (19/12/2022).
Yudian yang hadir dalam peluncuran buku yang ditulis oleh Syaiful Arif itu mengatakan, semua aturan perundang-undangan negara berlaku bagi Muslim. Pancasila ada dalam aturan perundang-undangan negara tersebut. Pancasila merupakan ijma atau sumber tertinggi untuk mengatur kehidupan bernegara.
”Pancasila adalah sumber tertinggi dalam mengatur kehidupan bernegara,” ucapnya.
Selain Yudian, narasumber lain yang hadir dalam diskusi bedah buku itu adalah Rektor Universitas Katolik Widya Mandira Kupang Philips Tule, Rektor UIN Sultan Maulana Hasanuddin Banten Wawan Wahyudin, Direktur Analisis dan Penyelarasan Bpip Agus Moh Najib, Dekan Fakultas Hukum Unusia Muhammad Afifi, dosen UIN Sunan Kalijaga Shofiyullah, dan Wakil Sekretaris Jenderal III Persatuan Wartawan Indonesia (PWI) Suprapto.
Yudian Wahyudi, Kepala Badan Pembinaan Ideologi Pancasila di Istana Negara.
Penulis buku Syaiful Arif menambahkan, Pancasila adalah kalimat bersama yang menyatukan seluruh umat. Hal itu pernah disampaikan Yudian dalam pidatonya di Universitas Harvard pada 2003 lalu. Dia mengakui bahwa Pancasila ketika diperbincangkan dalam Islam masih ada kelompok kecil yang menolak hal itu. Ini karena sejarah yang belum tuntas terkait kelahiran Pancasila sebagai konsensus bersama.
Shofiyullah berpandangan, Islam dan Pancasila tidak perlu dipersoalkan setara atau tidak. Sebab, Pancasila bukanlah agama. Muncul pemahaman pada sekelompok kecil masyarakat bahwa Pancasila dianggap agama baru yang dianggap merusak. Padahal, Pancasila bukanlah agama. Oleh karena itu, dia juga berharap Pancasila tidak dicurigai sebagai agama.
”Pancasila juga sering dicurigai akan diagamakan karena dianggap sebagai proyek pemerintah. Kecurigaan itu terus-menerus muncul. Oleh karena itu penting agar argumen di buku ini disebarluaskan untuk meluruskan,” katanya.
Dia menilai, buku itu perlu ditambah perspektif syariah agar bisa diterima kalangan Islam di semua level. Buku ini juga memuat perjalanan secara teoretis dan historis nilai-nilai sila Pancasila yang dibangun oleh para founding fathers.
Filippus Tule menyampaikan, buku itu bisa dimanfaatkan seorang pembelajar Islam Indonesia. Dia mendapatkan hal baru dan sederhana karena buku itu dinilai memberikan pemahaman yang sederhana dan terbuka tentang pemikiran besar Yudian. Di situ tertuang kebutuhan ajaran teologis tentang bagaimana umat beragama melihat Pancasila. Selain itu, juga ada rumusan jalan tengah kenegaraan.
”Tujuan utama buku ini adalah menyadarkan warga dan bangsa Indonesia bahwa Islam dan Pancasila tidak bertentangan,” ucapnya.