Luncurkan Wikimu, Muhammadiyah Suarakan Konten Islam Moderat
Kehadiran Wikimu yang diluncurkan Muhammadiyah bisa menjadi media alternatif untuk menyuarakan pandangan religius yang moderat, tengah, atau Islam damai.
Oleh
DIAN DEWI PURNAMASARI
·4 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Majelis Pustaka dan Informasi Pimpinan Pusat Muhammadiyah meluncurkan ensiklopedia digital Muhammadiyah bernama Wikimu, Sabtu (22/10/22). Pakar komunikasi digital menyebut hadirnya Wikimu dapat memberikan alternatif konten agama yang sejuk sesuai visi dan misi moral manuia. Narasi Islam moderat itu juga bisa melawan narasi yang dibuat oleh kelompok ekstrem kanan.
Wikimu adalah ensiklopedia digital Muhammadiyah yang akan menampung berbagai artikel, tulisan, gambar, karya ilmiah, dan berbagai data lainnya terkait dengan Muhammadiyah. Peluncuran Wikimu ini menjadi bagian dari rangkaian acara Pra-Muktamar PP Muhammadiyah yang akan digelar di Surakarta pada 18-20 November 2022.
Di acara peluncuran ini, Ketua Umum PP Muhammadiyah Haedar Nashir menyampaikan, Wikimu akan melengkapi berbagai program milik Muhammadiyah yang akan menampilkan segala pemikiran tentang Muhammadiyah. Konten akan ditampilkan secara digital yang merupakan sebuah keniscayaan baru di era internet. Dengan program baru itu, dia juga berharap Muhammadiyah akan menjadi organisasi yang semakin terpublikasi dengan luas, mudah, cepat, dan akurat.
”Saya sampaikan selamat atas diluncurkannya Wikimu. Selain itu, kami juga berharap Wikimu benar-benar dikelola dan menyajikan informasi sebenar serta seakurat mungkin,” kata Haedar, yang hadir secara daring.
Haedar juga berpesan agar kesahihan atau akurasi konten yang akan diunggah di Wikimu diperhatikan oleh pembuatnya. Dia berharap Wikimu bisa menjadi rujukan penting bagi yang ingin mencari referensi soal Muhammadiyah. Selain itu, dia juga berharap tampilan website itu bisa dibuat semenarik mungkin. Dengan harapan, kaum milenial, gen Z, dan pihak lain bisa mengakses situs itu dengan senang, mudah, tetapi informasinya juga sahih.
”Semoga Wikimu dapat menjadi langkah dan jejak baru Muhammadiyah dalam mengemban amanah di era baru ini,” imbuhnya.
Ketua PP Muhammadiyah Dadang Kahmad menambahkan, orientasi zaman ke depan terutama di era digital sepenuhnya berbeda. Sebagai organisasi massa Islam modern, Muhammadiyah perlu mengantisipasinya. Dia mencontohkan, digitalisasi telah membawa perubahan yang mahadahsyat. Perguruan tinggi yang dulu populer, kini sudah tidak sepopuler dulu. Perusahaan taksi besar, kini dikalahkan oleh start up atau perusahaan rintisan berbasis digital.
Sebagai lembaga yang bertugas melakukan inovasi di bidang digital, manajemen pendidikan Islam (MPI), dinilai sudah menelurkan banyak program dan karya. Mulai dari Televisi Muhammadiyah (tvMu), museum, entitas komunikasi digital (Digimu), museum digital, dan berbagai program menarik lainnya.
”Akhirnya, sekarang juga ada (Wikimu) ensiklopedia versi digital yang bisa memberikan tambahan informasi yang akurat. Redaktur harus melihat isi kontennya, harus mendukung perkembangan Muhammadiyah,” kata Dadang.
Sekarang juga ada (Wikimu) ensiklopedia versi digital yang bisa memberikan tambahan informasi yang akurat.
Narasi Islam moderat
Pakar komunikasi digital Agus Sudibyo berpandangan, Wikimu akan memberikan alternatif saluran atau channel agama yang memberikan konten menyejukkan, sesuai dengan visi misi moral manusia. Sejauh pengamatannya, saat ini di dunia maya banyak sekali konten yang menarasikan Islam ekstrem kanan. Sebagai ormas besar di Indonesia, Muhammadiyah dan Nahdlatul Ulama diminta untuk membuat saluran yang berisi Islam damai atau Islam rahmatan lil alamin.
”Di dalam berbagai isu, suara kelompok radikal ekstrem kanan ini lebih kencang daripada suara mayoritas yang moderat. Akhirnya, di banyak isu yang mengemuka, yang terjadi adalah fenomena silent majority. Dengan adanya Wikimu, diharapkan suara mayoritas juga lebih kencang supaya dianggap benar-benar mayoritas,” terangnya.
Menurut Agus, masyarakat selama ini kerap terkecoh dengan suara ekstrem kanan, yang sebenarnya minoritas, tetapi mendominasi ruang maya. Sementara itu, kelompok mayoritas yang lebih moderat, seperti Muhammadiyah, memilih diam. Langkah itu dinilai merugikan karena tidak bisa membendung polarisasi atau pembelahan di sosial media. Apalagi, jika agama masih digunakan sebagai senjata politik.
Oleh karena itu, Agus optimistis kehadiran Wikimu bisa menjadi media alternatif untuk menyuarakan pandangan religius yang moderat, tengah, atau Islam damai. Muhammadiyah bisa menjadi pembaru karena saat ini pengguna ponsel di Indonesia jumlahnya lebih banyak daripada jumlah penduduk. Agus menyebutkan, dari 270 juta jiwa di Indonesia, jumlah ponsel yang digunakan mencapai 350 juta. Artinya, masyarakat Indonesia memang menggunakan lebih dari dua ponsel.
Artinya, kehidupan masyarakat Indonesia sangat lekat dan tidak bisa lepas dari media sosial. Itulah yang terkadang membuat masyarakat menjadi sasaran pemasaran melalui iklan di media sosial. Jika Indonesia ingin maju, seharusnya mentalnya diubah tidak hanya menjadi konsumen. Tetapi juga ikut mengapitalisasi arah transformasi global itu. Muhammadiyah pun bisa mengapitalisasi transformasi itu dengan membuat inovasi digital seperti Wikimu.