Super Garuda Shield: Dari Bahasa Isyarat Berlanjut Menjadi Sahabat
Super Garuda Shield 2022, latihan militer multilateral di Tanah Air yang melibatkan 13 negara, tak hanya jadi ajang meningkatkan kapasitas, tetapi juga membangun kebersamaan guna melestarikan perdamaian.
Rintik hujan tak kunjung berhenti sejak Rabu (3/8/2022) pagi. Padahal, upacara pembukaan Super Garuda Shield (SGS) 2022 akan segera dimulai. Latihan yang sejak 2007 digelar bilateral antara Angkatan Darat Amerika Serikat dan TNI AD kini diikuti semua angkatan, darat, laut, dan udara. Latihan juga menjadi multilateral dengan melibatkan 13 negara.
Selain AS dan Indonesia, ada pula peserta dari Australia, Jepang, dan Singapura. Kemudian Korea Selatan, Kanada, Inggris, Perancis, India, Malaysia, Papua Niugini, dan Timor Leste. SGS diadakan mulai 1 Agustus hingga 14 Agustus 2022 di Baturaja (perbatasan Lampung dan Sumatera Selatan) dan Dabo Singkep, Kepulauan Riau.
Sembari menunggu hujan reda, para prajurit dari lintas negara duduk santai di sekitar lapangan utama Pusat Latihan Tempur (Puslatpur) Baturaja, Ogan Komering Ulu (OKU) Timur, Sumatera Selatan. Ada di antara mereka yang terlihat kikuk. Namun, ada pula yang tetap mencoba membaur dan mencairkan suasana.
Salah satu prajurit TNI AD tiba-tiba berdiri dan berbicara kepada tentara Amerika Serikat. ”This is my team want to talk with you all. But their lips is hard,” katanya dengan bahasa Inggris sekenanya. Mendengar itu, sontak semua tertawa terbahak-bahak.
Baca juga: Di Balik Super Garuda Shield 2022
Tak berhenti di situ, prajurit tersebut mulai membuka obrolan, mulai dari memperkenalkan macam-macam makanan khas Indonesia hingga menceritakan kembali kisah Presiden ke-44 AS Barack Obama yang pernah datang ke Yogyakarta pada 2017 dan mencicipi salah satu kuliner Indonesia, yakni sate.
”You know sate? Sate? It’s the favorite food of your President, Obama,” ujarnya sambil mempraktikkan cara memakan sate. Para prajurit AS pun mengangguk-angguk dan ada yang menyeletuk bahwa sekarang Presiden AS sudah bukan lagi Obama, melainkan Joe Biden.
”Wah, berarti sudah ganti (presiden) ya, he-he-he,” timpal salah satu prajurit TNI AD yang lain diikuti gelak tawa dari para prajurit.
Masih di sekitar lapangan utama Puslatpur, sekelompok prajurit Australia dan TNI AD juga terlihat tengah berkumpul dengan formasi duduk melingkar. Mereka duduk selang-seling antara prajurit Australia dan TNI AD. Sesekali ada raut wajah senyum di antara mereka, tetapi lebih sering menampilkan raut wajah serius yang saling mendengarkan satu sama lain.
Baca juga: Latihan Gabungan Perkuat Diplomasi Lintas Negara
Mereka berbagi banyak pengalaman, seperti sudah berapa lama bergabung di dunia militer, lalu juga kegiatan latihan yang dilakukan di negaranya masing-masing. Mereka pun saling bertanya seputar kepribadian masing-masing, mulai dari umur, hobi, hingga olahraga yang disenangi.
Letnan Dua (Inf) Ulivo Dicky Pambudi mengaku, sebenarnya para prajurit TNI sangat antusias untuk berinteraksi dengan para prajurit dari negara lain. Namun, sejumlah prajurit TNI memiliki keterbatasan bahasa Inggris sehingga mereka lebih memilih menggunakan bahasa isyarat atau bahasa tubuh (body language).
”Jadi pernah suatu saat pertama kali kami datang, kami saling tatap-tatapan. Kami tidak tahu apa yang harus dilakukan, hanya bilang, ’hi, hello, good afternoon, good morning.’ Tetapi semakin lama, kami berkenalan, bertukar nama. Yang sudah sering bertemu, mungkin bertemu empat atau lima kali, mulai minta nomor Whatsapp lalu lanjut lagi foto bersama dan di-upload ke Instagram,” tutur Ulivo.
Ia mengaku senang sekaligus bersyukur bisa mengikuti latihan bersama SGS 2022 karena bisa mendapatkan banyak pengalaman dari para prajurit negara lain. Apalagi, ini merupakan pengalaman pertama baginya setelah SGS digelar sebanyak 15 kali.
”Sungguh sebuah kesempatan yang sangat luar biasa. Saya sendiri melihat justru tujuan latihan ini bukan untuk mempersiapkan perang, melainkan di sini yang kami lihat adalah kebersamaan di mana kami menjalin hubungan yang baik antara negara Indonesia dengan negara sahabat dan negara tetangga,” ujar Ulivo.
Tentara Australia, Prajurit (Private) Daniel Ham, sependapat dengan Ulivo. Latihan bersama ini menjadi pengalaman yang sangat berharga baginya. Ia beruntung bisa berlatih di Indonesia yang memiliki kawasan hutan lebih banyak dibandingkan di Australia. ”Jadi, ini latihan pertama saya di hutan,” katanya.
Ham berharap, SGS bisa terus diadakan dari tahun ke tahun. Dengan begitu, setiap negara yang bergabung di dalamnya bisa semakin memiliki komitmen yang kuat untuk menjaga wilayah Indo-Pasifik. ”Saya harap juga negara-negara lain bisa ikut bergabung,” ujarnya.
Menciptakan perdamaian
Semangat menciptakan perdamaian di wilayah Indo-Pasifik inilah yang juga ingin didorong oleh Panglima TNI Jenderal Andika Perkasa dan Komandan Jenderal Angkatan Darat AS untuk Pasifik Jenderal Charles Flynn. Kehadiran SGS diharapkan bisa menjadi wadah untuk menyatukan semangat tersebut.
Andika menyampaikan, dengan hubungan antarnegara semakin erat satu sama lain, pada akhirnya semua akan saling menjaga. ”Ada apa-apa itu belum tentu yang sifatnya kejahatan. Bisa saja, misalnya, bencana alam dan lainnya, sahabat kita ini datang. Jadi, kita bergaul seperti ini, itu akan membantu kekuatan,” tuturnya.
Ia berharap, latihan bersama ini dapat semakin merekatkan hubungan antar-sesama personel dan juga antarnegara. Persahabatan ini juga diharapkan dapat terus berlanjut hingga usai latihan dan bisa berguna di masa yang akan datang.
”Sebetulnya yang menyumbangkan dan menciptakan perdamaian di wilayah kita itu bukan kekuatannya, melainkan bounding tadi. Karena dengan kita bekerja sama, sering ketemu, berlatih, itu sebetulnya hanya untuk membiasakan sebagai negara tetangga. Negara tetangga ini teman-teman kita semua. Itulah, menurut saya, yang membuat kita lebih kuat karena kebersamaan,” kata Andika.
Sependapat dengan Andika, menurut Jenderal Charles Flynn, kehadiran SGS 2022 ini dapat semakin memperkuat hubungan antarmiliter setiap negara. Ia pun mendorong agar seluruh peserta saling mengenal, baik dalam sesi latihan maupun di luar sesi latihan.
Ia sekaligus mengingatkan, SGS merupakan ajang latihan yang menantang untuk melatih kemampuan individu dengan mempelajari taktik dan strategi dari negara lain, serta memperkuat kerja sama tim. Kerja sama tim ini nantinya tidak hanya berguna untuk militer di negara sendiri, tetapi juga antarmiliter dengan negara lain.
Komandan Komando Pembina Doktrin, Pendidikan, dan Latihan Angkatan Darat (Kodiklatad) Letnan Jenderal Ignatius Yogo Triyono menilai, hampir semua negara memiliki taktik atau teknik yang sama. Namun, yang lebih penting adalah kebersamaan. Dari kebersamaan itu, rasa saling percaya antara satu dan yang lain akan terbangun.
Ia ingat, dulu ketika zaman kekaisaran Romawi, dikenal istilah dalam bahasa Latin, si vis pacem, para bellum, 'jika kamu menginginkan perdamaian, bersiaplah untuk perang'. Namun, menurut dia, ada pula adagium Latin yang patut menjadi contoh saat ini, yaitu si vis pacem, para pacem. Artinya, jika kamu menginginkan perdamaian, bersiaplah untuk damai.
Baca juga: Super Garuda Shield 2022, Upaya Membangun Saling Percaya
”Dengan latihan, itu sebenarnya tujuan utamanya. Dengan begitu, mereka bisa ingat lagi, kita itu pernah ketawa-ketawa di bus, makan bareng di rantang, dan latihan bersama-sama. Itu pengalaman yang tak ternilai dan bisa mencegah perang,” ujar Yogo.
Ke depan, diharapkan latihan ini bisa melibatkan negara-negara lain di ASEAN dan Asia Pasifik. Dengan begitu, semangat saling menjaga satu negara dengan yang lainnya juga semakin besar.
Ingat pepatah, lebih sulit mencari satu teman daripada mencari 1.000 musuh. Untuk itu, menjaga perdamaian sangatlah penting.