Akses Air dan Sanitasi Aman Masih Rendah, Kemitraan Global Pun Perlu Diperkokoh...
Di Indonesia, capaian akses air minum aman baru sekitar 11 persen, sedangkan sanitasi aman baru dinikmati sekitar 7 persen penduduk. Target pengentasan warga dari kemiskinan dipengaruhi air dan sanitasi aman.
JAKARTA, KOMPAS — Sekitar 2 miliar orang di dunia tidak mempunyai akses yang baik terhadap air minum yang aman. Selain itu, lebih dari 3 miliar orang tidak mempunyai akses terhadap sanitasi yang aman. Untuk itu, setiap negara diajak terus memperkokoh kemitraan global dalam menangani permasalahan multidimensional ini.
”Setiap negara harus memiliki rencana kerja yang jelas dengan indikator terukur serta menerapkannya melalui pendekatan yang holistik dan terintegrasi,” ujar Wakil Presiden Ma'ruf Amin dalam sambutannya ketika meresmikan pembukaan Sector Ministers' Meeting (SMM) Sanitation and Water for All (SWA) Tahun 2022 di Jakarta, Rabu (18/5/2022).
Indonesia menjadi tuan rumah SMM SWA 2022 yang dihadiri lebih dari 80 menteri pada 18-19 Mei 2022 di Jakarta. SMM yang juga dihadiri Wakil Presiden sekaligus Menteri Kesehatan dan Perlindungan Anak Republik Zimbabwe Constantino Chiwenga ini merupakan pertemuan tingkat tinggi dua tahunan antar menteri yang menangani sektor air minum, sanitasi, dan hygiene (WASH) dari sejumlah negara.
Baca Juga: Baru 72 Persen Penduduk Bisa Mengakses Air Bersih
Sejalan dengan tema G20 ”Recover Together, Recover Stronger”, SMM 2022 mengangkat tema ”Building Forward Better for Recovery and Resilience”. SMM 2022 dihadiri sekitar 350 peserta dari 95 negara anggota SWA dan 9 negara donor yang terdiri dari menteri, perwakilan lembaga pembangunan (development partners), CSO, dan lembaga riset.
”Setiap negara harus memiliki rencana kerja yang jelas dengan indikator terukur serta menerapkannya melalui pendekatan yang holistik dan terintegrasi. ”
Menurut Wapres Amin, akses terhadap air minum layak di Indonesia telah menjangkau lebih dari 90 persen penduduk. Namun, capaian akses air minum aman baru sekitar 11 persen. Untuk akses sanitasi, sekitar 80 persen penduduk telah mempunyai akses sanitasi layak, tetapi sanitasi aman baru dinikmati sekitar 7 persen penduduk.
Wapres menyebut bahwa air minum aman dan sanitasi aman dapat mengurangi indeks penyakit sebesar 0,39 persen. Tanpa sanitasi dan air yang aman, anak-anak juga menjadi rentan terhadap stunting atau tengkes. Selain itu, sanitasi dan air minum yang aman menjadi prasyarat penting untuk memastikan transisi menuju ekonomi hijau dan ramah lingkungan. Dengan demikian, kesejahteraan dan kualitas hidup masyarakat akan terus meningkat.
Sebaliknya, pengelolaan sanitasi yang buruk akan menimbulkan pencemaran lingkungan, air dan tanah yang tentu saja akan memengaruhi keberlanjutan planet. Sidang Umum PBB pada 2010 menyatakan bahwa akses terhadap sanitasi dan air minum aman merupakan hak asasi setiap manusia. Salah satu tujuan pembangunan berkelanjutan (SDGs), yang harus dicapai pada tahun 2030 adalah upaya mewujudkan akses air minum dan sanitasi aman serta berkelanjutan bagi semua.
”Data peningkatan jumlah populasi dalam mengakses sanitasi dan air minum aman, baik secara global maupun secara nasional di Indonesia, mengabarkan pesan bahwa kita masih harus bekerja keras untuk menghasilkan percepatan dramatis dalam rangka mencapai target kita.”
”Data peningkatan jumlah populasi dalam mengakses sanitasi dan air minum aman, baik secara global maupun secara nasional di Indonesia, mengabarkan pesan bahwa kita masih harus bekerja keras untuk menghasilkan percepatan dramatis dalam rangka mencapai target kita,” tambah Wapres.
Komitmen Kuat
Dalam sambutanya, Chair Steering Committee SWA Patrick Moriarty menyampaikan bahwa peran pemimpin sangat penting dalam mewujudkan impian penyediaan air bersih dan sanitasi aman. ”Kepemimpinan politik merupakan elemen terpenting dalam mewujudkan tujuan penyediaan air bersih dan sanitasi aman bagi seluruh masyarakat di dunia,” ujar Patrick.
Ia juga menyampaikan bahwa forum ini merupakan sarana berdiskusi untuk mencari ide berkelanjutan dalam mencapai dan menyukseskan tujuan SDGs. ”Untuk berdialog, belajar dan untuk berbagi satu sama lain. Akan tetapi, di atas semua itu, kita di sini untuk menanamkan dan mendorong satu sama lain untuk menyalakan keyakinan bahwa kita dapat mengembalikan negara ke jalurnya untuk mencapai tujuan utama dalam menyukseskan SDGs,” tandas Patrick.
”Untuk berdialog, belajar dan untuk berbagi satu sama lain. Akan tetapi, di atas semua itu, kita di sini untuk menanamkan dan mendorong satu sama lain untuk menyalakan keyakinan bahwa kita dapat mengembalikan negara ke jalurnya untuk mencapai tujuan utama dalam menyukseskan SDGs. ”
Melalui pertemuan kali ini, Wapres Amin berharap setiap negara meneguhkan komitmen bersama secara global untuk meningkatkan akses masyarakat terhadap sanitasi dan air minum aman, serta menjadikan penyelesaian masalah ini sebagai prioritas pembangunan di negara kita. Komitmen yang kuat dari para pemimpin negara akan mendorong mobilisasi sumber daya yang diperlukan,” ujar Wapres.
Forum tersebut juga diharapkan menjadi ajang untuk saling belajar dan bertukar informasi tentang praktik terbaik di suatu negara atau wilayah sehingga dapat direplikasi di negara atau wilayah lainnya. Setiap negara juga bisa saling mencari solusi atas berbagai permasalahan yang dihadapi. Persoalan ini terkait dengan suplai melalui inovasi teknologi tepat guna hingga ke masalah teknis dari sisi permintaan, melalui komunikasi perubahan perilaku.
Setiap peserta juga bisa mengembangkan jejaring dan kolaborasi. Keberhasilan pemerintah turut ditentukan oleh keterlibatan dari dunia usaha, organisasi filantropi, organisasi profesi, akademisi, media, dan lembaga swadaya masyarakat. ”Saya minta agar pertemuan ini memberikan hasil dan kesepakatan yang konkret. Kita ingin maju bersama, pulih bersama, menuju masyarakat dunia yang lebih sehat dan berkelanjutan,” kata Wapres.
Deputi Bidang Sarana dan Prasarana Kementerian PPN/Bappenas Josaphat Rizal Primana mengungkapkan bahwa tahun ini merupakan pertama kalinya SMM membahas kaitan air minum dan sanitasi dengan tiga krisis. Krisis tersebut adalah pandemi Covid-19, darurat iklim yang meningkat, dan ekonomi global yang sedang berjuang dalam kaitannya dengan komitmen pembangunan berkelanjutan.
”Ketiga krisis tersebut berkaitan erat dengan akses masyarakat atas air minum dan sanitasi serta perlunya investasi untuk memastikan akses tersebut dapat dicapai. Pasalnya, hampir 90 persen bencana iklim terkait dengan air, termasuk banjir, kekeringan, dan kualitas air yang memburuk. ”
”Ketiga krisis tersebut berkaitan erat dengan akses masyarakat atas air minum dan sanitasi serta perlunya investasi untuk memastikan akses tersebut dapat dicapai. Pasalnya, hampir 90 persen bencana iklim terkait dengan air, termasuk banjir, kekeringan, dan kualitas air yang memburuk,” tambahnya.
Pada rentang tahun 2007-2019 di Indonesia, menurut Josaphat, bencana yang berhubungan dengan air juga menimbulkan kerugian ekonomi berkisar 2 miliar–3 miliar dollar AS setiap tahunnya. Padahal, berdasarkan kajian Bank Dunia, sumber daya dan layanan air minum menjadi kunci untuk mempertahankan pertumbuhan produk domestik bruto dan pendapatan per kapita di Indonesia. Investasi di sektor air minum dan sanitasi menjadi sangat penting.
Pada kesempatan yang sama, Direktur Perumahan dan Permukiman Kementerian PPN/Bappenas Tri Dewi Virgiyanti menuturkan bahwa SMM 2022 bertujuan sebagai momentum untuk mendorong komitmen pemenuhan akses aman air minum dan sanitasi. SMM 2022 akan menjadi wadah bagi para pemimpin politik seluruh dunia untuk mendiskusikan strategi, komitmen, kerja sama, dan kolaborasi untuk memprioritaskan investasi air minum dan sanitasi.
Antisipasi kekeringan
Dalam keterangan pers seusai pembukaan SMM SWA 2022 , Wapres Amin menegaskan bahwa air aman dan sanitasi aman masih belum banyak diakses oleh masyarakat. ”Karena ini (air dan sanitasi aman) menjadi target kita untuk melakukan pembangunan dan ada kaitannya juga dengan stunting dan kemiskinan ekstrem. Dua hal ini dipengaruhi air dan sanitasi, karena itu menjadi komitmen kita, negara kita, dan global,” tambah Wapres Amin.
Baca Juga: Air Tanah Solusi Krisis Air Bersih Perkotaan
Untuk mendongkrak akses terhadap air aman, pemerintah juga telah membangun sistem penyediaan air minum di sejumlah daerah. Wapres juga meminta setiap pemerintah daerah untuk siap mengantisipasi kekeringan. ”Di satu sisi, ketika musim hujan kita antisipasi hujan dan longsor dan ketika terjadi kekeringan kita juga antisipasi kekeringan.”
”Kementerian PUPR optimistis bahwa forum ini dapat mempermudah para stakeholder untuk bekerja sama mencari solusi efektif untuk menyelesaikan permasalahan di sektor air minum dan sanitasi sehingga dapat mencapai kondisi yang lebih baik daripada sebelum pandemi. ”
Terkait potensi kekurangan air menjelang musim kemarau, pemerintah telah membangun banyak bendungan. Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Basuki Hadimuljono yang mendampingi Wapres Amin ketika memberikan keterangan pers menyebut bahwa pemerintah telah membangun 61 bendungan untuk antisipasi kekeringan.
”Kementerian PUPR optimistis bahwa forum ini dapat mempermudah para stakeholder untuk bekerja sama mencari solusi efektif untuk menyelesaikan permasalahan di sektor air minum dan sanitasi sehingga dapat mencapai kondisi yang lebih baik daripada sebelum pandemi,” ujar Menteri Basuki dalam acara diskusi bersama Chief Executive Officer SWA Catarina De Albuquerque, Kamis (28/4/2022).