Kalangan aktivis serta jurnalis perlu aktif dan mandiri meningkatkan keamanan digital masing-masing. Ini penting karena ancaman serangan digital, seperti peretasan, yang menyasar kelompok ini kian marak belakangan.
Oleh
EDNA CAROLINE PATTISINA
·2 menit baca
Kalangan masyarakat sipil seperti jurnalis, aktivis, dan mahasiswa perlu meningkatkan kemampuan menjaga keamanan digital. Pasalnya, saat ini banyak ancaman yang dilakukan lewat jalur digital.
Hal ini disampaikan para pembicara, yaitu Ketua Aliansi Jurnalis Independen (AJI) Indonesia Sasmito Madrim, Tim IT dan Web Wahana Lingkungan Hidup Indonesia (Walhi) Neng Mirawati, dan Direktur Eksekutif SAFEnet Damar Juniarto dalam diskusi daring “Perkuat Keamanan Organisasi Menghadapi Serangan Digital“, Selasa (17/5/2022).
Baik Sasmito maupun Mirawati mengakui, ada ketidakpahaman di kalangan masyarakat sipil tentang kerentanan yang mereka hadapi di dunia digital.
Mirawati mengungkapkan, di Walhi sudah ada prosedur standar operasi untuk setiap orang menjaga keamanan digital. Misalnya, jangan menggunakan Wi-Fi sembarangan. Akan tetapi, Mirawati mengatakan, biasanya tidak semua, bahkan hanya minoritas teman-teman, yang mengikuti anjuran tim IT.
Hal yang sama dialami oleh Sasmito yang pernah mengalami masalah keamanan digital. Ia mengatakan, ada kecenderungan teman-teman jurnalis tidak merasa perlu untuk menjaga keamanan digital. “Baru nanti kalau sudah kena, baru mikirin keamanan digital,” kata Sasmito.
Saat ini, AJI tengah berupaya membuat laboratorium digital. Akan tetapi, AJI tentunya perlu bekerja sama dengan banyak pihak, terutama terkait hal-hal teknis. Menurut rencana, laboratorium digital itu yang akan membantu teman-teman jurnalis sekiranya mengalami masalah peretasan, doxing, atau kasus lain terkait keamanan digital.
Menurut Damar Juniarto, sepanjang 2021, kasus yang paling banyak ditemui Safenet dialami oleh kalangan masyarakat sipil adalah peretasan dengan hampir 140 kasus. Diikuti oleh doxing, yaitu menyebarkan data pribadi seseorang ke internet dengan jumlah kasus hampir 30 kasus.
Damar mengatakan, keamanan digital yang paling praktis dilakukan adalah ketika setiap pribadi sadar bahwa di dunia internet, data menjadi senjata utama. Oleh karena itu, data pribadi harus dilindungi.
Ketiga pembicara mengakui bahwa aparat penegak hukum tidak terlihat kinerjanya dalam melindungi masyarakat sipil terkait keamanan digital ini. Di sisi lain, para pengguna pun masih rendah kesadarannya. Ia menawarkan agar teman-teman masyarakat sipil belajar untuk menjaga keamanan digitalnya.
Sejumlah organisasi disebutnya telah mengeluarkan buku panduan. Safenet, misalnya, membuat buku Panduan Kebersihan Digital untuk Organisasi Masyarakat Sipil. AJI juga telah membuat Panduan Keamanan Digital bagi Jurnalis. Ada pula kursus-kursus daring yang gratis seperti disediakan digsec.safenet.or.id dan totem-project.org.