Jika Gerakan Perpanjangan Jabatan Presiden Berlanjut, Aksi Mahasiswa Bakal Membesar
Mahasiswa yang tergabung dalam Aliansi Mahasiswa Indonesia menolak penundaan pemilu dan perpanjangan masa jabatan presiden. Mereka akan menggelar aksi lebih besar jika elite terus menggulirkan wacana tersebut.
Oleh
PRAYOGI DWI SULISTYO
·2 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Aksi massa menolak penundaan pemilu dan perpanjangan masa jabatan presiden dilakukan oleh sejumlah mahasiswa yang tergabung dalam Aliansi Mahasiswa Indonesia. Mereka menegaskan, penundaan pemilu dan perpanjangan masa jabatan presiden adalah bentuk pembangkangan terhadap konstitusi dan pengkhianatan reformasi.
Dari pantauan Kompas, ratusan massa mahasiswa yang berasal dari beberapa kampus, seperti Universitas Indonesia, Universitas Esa Unggul, Universitas Trisakti, dan kampus lainnya berkumpul di sekitar Taman 12 Mei Reformasi, Jakarta, Jumat (1/4/2022) pukul 13.30. Mereka berjalan kaki menuju Harmoni mulai pukul 14.50 sambil menyanyikan lagu reformasi dan meneriakkan penolakan penundaan pemilu serta perpanjangan masa jabatan presiden.
Adapun wacana penundaan Pemilu 2024 dan perpanjangan masa jabatan presiden sudah lebih kurang sebulan terakhir dilontarkan elite politik, termasuk sejumlah menteri di kabinet Presiden Jokowi. Lontaran-lontaran wacana presiden tiga periode juga muncul dari beberapa forum yang dihadiri menteri yang pernah melontarkan wacana penundaan pemilu.
Presiden Mahasiswa Badan Eksekutif Mahasiswa Keluarga Mahasiswa (BEM KM) Universitas Negeri Semarang Abdul kholiq yang bergabung dalam aksi mengatakan, wacana penundaan pemilu dan perpanjangan masa jabatan presiden tiga periode yang digulirkan oleh para elite politik adalah sebagai bentuk rekayasa.
”Jadi, rencana buruk yang sudah diskemakan dan sudah teraplikasi secara berjalan, berjangka, dan berkala,” kata Abdul.
Abdul menegaskan, aksi ini tidak hanya akan dilaksanakan di Jakarta. Sejumlah mahasiswa di daerah, seperti di Kalimantan dan Jawa Timur, siap dikonsolidasikan. Apabila para elite masih kolot, maka mahasiswa di daerah akan bergerak bersama dengan tuntutan yang sama, yakni menolak penundaan pemilu dan perpanjangan masa jabatan tiga periode.
Wakil Presiden Mahasiswa Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) Universitas Esa Unggul Muhammad Yusuf menambahkan, aksi ini merupakan gelombang awal dari gerakan mahasiswa. Apabila penolakan mahasiswa tidak didengar dan gerakan politik perpanjangan jabatan presiden terus dilakukan, gelombang aksi berikutnya yang lebih besar akan dilakukan.
Yusuf menegaskan, pemerintah telah mengkhianati reformasi. Setelah melemahkan Komisi Pemberantasan Korupsi, kali ini justru menggulirkan wacana yang bertentangan dengan konstitusi. Menurut Yusuf, pemerintah hanya mementingkan oligarki dan kepentingan bisnis pemodal. Hal itu menunjukkan semangat perjuangan reformasi pada 1998 telah luntur.
”Maka di sini kami menyatakan untuk segera menolak dan kita membuat dentuman besar dari Jakarta ke tiap-tiap daerah untuk segera merencanakan konsolidasi dan juga untuk merapatkan barisan bersatu padu untuk merebut perjuangan kemerdekaan Indonesia,” tegas Yusuf.