Gilchalan: Saya Bekerja untuk Pemerintah Iran
Ditemui di lapas, akhir November, Gilchalan sempat menaruh curiga terhadap ”Kompas”. Ia menyangka ”Kompas” orang yang ditugaskan oleh pihak Iran. Meski kemudian ia mengakui aktivitas intelijennya selama di Indonesia.
Seusai dijatuhi hukuman dua tahun penjara karena menggunakan paspor palsu, sejumlah bukti yang menunjukkan keterlibatan Ghassem Saberi Gilchalan dalam operasi intelijen pembebasan tanker MT Horse mulai terkuak. Kompas mendapatkan dokumen berbahasa Persia delapan halaman tertanggal 8 Juli 2021 yang berisi pengakuan Gilchalan mulai dari perekrutan hingga misi yang dilakukan di Indonesia.
Saat ditemui di Lembaga Pemasyarakatan Pemuda Klas IIA Kota Tangerang, Banten, Jumat (26/11/2021), ia menceritakan sejumlah aktivitasnya, termasuk membenarkan telah menulis surat pengakuan tersebut.
Berikut petikan wawancara dengan Gilchalan yang berlangsung sekitar 40 menit.
Kami mendapatkan dokumen pengakuan tertulis dengan nama dan tanda tangan Anda yang menyebutkan keterlibatan dalam operasi intelijen pembebasan tanker Iran MT Horse. Apa benar Anda menuliskannya?
Ya, surat itu saya yang menulis. Ketika masih berada di kantor polisi, saya ditemui seorang aparat. Namun, saat ini, saya tidak bisa membuka banyak hal kepada Anda karena saya tidak tahu, jangan-jangan seseorang mengirim Anda dari Iran, ha-ha-ha.
Saya datang ke Indonesia atas perintah Pemerintah Iran, bukan untuk alasan yang buruk. Kami bekerja untuk Pemerintah Iran, kami mencintai pemerintah. Jika seseorang berniat untuk membuat masalah pada negaramu, kamu akan melindunginya, kan. Begitu juga saya, saya cinta negara saya, saya datang ke sini untuk membantu pemerintah.
Saya tidak melakukan hal-hal buruk di sini. Sepertinya polisi memeriksa seluruh tempat yang saya datangi, seperti di Bali dan Jakarta. Saya memberikan semua kontak untuk diperiksa. Clear. Jika saya bermaksud buruk, saya tidak akan pernah menggunakan identitas asli. Contohnya di paspor, meskipun paspor itu palsu, saya menggunakan identitas asli. Hanya paspornya saja yang palsu.
Saya belajar banyak hal dari kasus ini. Semua yang saya tulis di surat pengakuan itu benar.
Baca Juga: Pembebasan Tanker, Misi Sang Spionase
Kami mendapatkan informasi bahwa Anda adalah bagian dari intelijen Iran yang datang untuk melakukan misi tertentu. Apakah itu benar?
Apakah saya bisa menanyakan sesuatu sebelum Anda bertanya. Sebab, saya tidak tahu siapa Anda, ini pertama kalinya kita bertemu. Sebelumnya, saya ditahan di kantor polisi, sudah bertemu dengan aparat dan bicara kepadanya. Kami bicara berhari-hari, saya beri tahu dia semuanya, dan dia tahu segala hal tentang saya.
Saya tidak mengenal Anda, maka saya tidak bisa membuka semua informasi. Saya tidak tahu bagaimana kita bisa bicara dan bagaimana saya bisa memberikan informasi kepada Anda.
Saya datang ke Indonesia bukan untuk membuat masalah apa pun. Saya bekerja untuk pemerintah karena saya mencintai negara dan masyarakat Iran. Kami harus melindungi warga dari masalah apa pun. Jika ada masalah yang terjadi, tentu pemerintah harus membawa mereka kembali ke negara kami.
Sekali lagi, saya datang ke Indonesia bukan untuk membuat masalah. Saya pernah tinggal di Bali selama lima tahun, Malaysia 13 tahun, juga Kanada. Saya pernah tinggal di banyak negara.
Mulai kapan Anda bekerja untuk Pemerintah Iran?
Ketika saya kembali ke Iran, sekitar tahun 2016.
Baca Juga: Klaim Keberhasilan Operasi Intelijen Pun Berbalas Bantahan...
Di surat pengakuan, Anda menyebut nama Sayed Alireza Mir Jafari sebagai orang yang merekrut Anda sebagai bagian dari intelijen Iran?
Ya, dia pernah bekerja di Kedutaan Besar Iran di Malaysia.
Apa tugas yang Anda lakukan untuk Pemerintah Iran?
Saya datang ke Indonesia hanya untuk memantau masalah apa yang terjadi. Contohnya, Anda datang dari Indonesia ke Iran, membuat masalah di sana, lalu agen intelijen Indonesia datang ke Iran untuk memeriksa apa yang kamu lakukan dan membuat laporan, misalnya A melakukan ini, ini, ini.
Bukan untuk membunuh seseorang, hanya mencari tahu apa yang dilakukan. Itulah kerja intelijen, bukan membuat masalah untuk orang lain.
Misi di Indonesia
Apa misi Anda di Indonesia?
Saya datang ke Indonesia untuk membantu tanker Iran, MT Horse, yang diadili di Batam. Pemerintah Iran mengirim saya untuk membantu membebaskan kapal itu dan mengembalikannya ke Iran.
Baca Juga: Kedubes Iran Respons Pengakuan Aktivitas Intelijen Ghassem Gilchalan
Apakah misi pembebasan tanker itu berhasil?
Ya, semuanya berjalan dengan baik. Tanker dibebaskan oleh pengadilan. Setelah itu selesai dan saya ingin kembali ke Iran, aparat mengejar saya, sehingga saya ada di sini.
Kami mendapatkan informasi bahwa keberadaan Anda dapat mengganggu kedaulatan dan keamanan nasional Indonesia, bagaimana tanggapan Anda?
Tidak. Mungkin ada informasi yang salah. Jika saya melakukan hal buruk, maka saya tidak berada di sini. Saya cinta Indonesia. Saya menyukai nasi uduk dan nasi kuning.
Apa yang Anda lakukan selama di Bali?
Saya hanya datang untuk bersantai. Saya ingin membuka bisnis di Bali. Akan tetapi, sejak pandemi Covid-19, itu tidak bisa dilakukan. Semua masih dalam pembatasan, tidak ada orang di sana. Ketika saya datang, malah mendapatkan masalah hukum.
Anda bisa berbahasa Indonesia?
Sedikit-sedikit.
Baca juga: Paspor Palsu Kuak Operasi Intelijen Asing
Anda sering bepergian ke luar negeri untuk berbisnis atau perintah dari Pemerintah Iran?
Tidak. Ketika saya di Malaysia, saya tidak pernah bekerja untuk Pemerintah Iran. Ketika saya kembali ke Iran, saya mulai bekerja untuk pemerintah. Saya kerap berlibur ke Bali untuk bersantai, nge-gym, menikmati sunset, kemudian kembali ke Malaysia. Hanya itu.
Di Iran, saya punya sejumlah usaha, seperti bengkel mobil dan vila. Di Malaysia, saya punya restoran Iran, Iranian club, dan money changer. Ini pertama kalinya saya masuk penjara.
Paspor palsu
Apakah benar paspor Bulgaria yang Anda gunakan itu palsu?
Ya, ya. benar.
Kenapa Anda menggunakan paspor palsu?
Sangat sulit untuk mendapatkan visa jika menggunakan paspor Iran. Di Indonesia, misalnya, hanya jika menggunakan paspor Bulgaria, saya bisa tinggal dalam waktu lama. Sebenarnya saya mempunyai paspor Iran yang asli, tetapi saya membuat masalah untuk diri saya sendiri. Namun, tidak apa-apa, apa pun yang terjadi pasti ada alasannya. Semoga ini terjadi untuk alasan yang baik.
Paspor palsu itu insiatif pribadi atau dari Pemerintah Iran?
Tidak, itu ide saya sendiri, tetapi ini semua terjadi ada alasannya. Jika saya menggunakan paspor asli, tidak akan terjadi apa-apa, otoritas Indonesia tidak akan pernah menemukan saya.
Saya menggunakan paspor palsu ini tidak sebentar, mungkin sudah 16 tahun. Saya pergi ke banyak negara dan tidak ada masalah. Saya tidak pernah berpikir hal seperti akan terjadi.
Baca Juga: Permintaan Deportasi Berulang dari Kedutaan Besar Iran
Ada hal yang ingin Anda sampaikan untuk Pemerintah Indonesia?
Ketika saya bertemu dengan seorang aparat, saya memberikan seluruh informasi kepada dia. Dia meminta saya menuliskan pengakuan dan menandatanganinya, lalu berjanji untuk membantu saya. Namun, ternyata saya mendapatkan hukuman dua tahun penjara.
Saya bekerja untuk pemerintah karena saya pikir dengan bekerja untuk pemerintah, saya akan aman. Jika saya bekerja untuk pihak lain, bisa saja mereka akan membahayakan keluarga saya. Namun, untuk pemerintah, ketika mereka meminta bantuan, saya melakukannya.
Ini adalah cerita saya yang sebenarnya. Semua yang saya katakan itu benar.
Bagaimana hasil banding yang Anda ajukan?
Pengajuan banding itu ditolak. Pengadilan tetap memberikan saya hukuman dua tahun penjara. Saya ingin kembali ke Iran lebih cepat karena ibu dan saudara perempuan saya sedang sakit, mereka ada di rumah sakit.
Anda sudah berkeluarga?
Ya, saya punya anak, dua istri. Mereka tinggal di Kanada. Mereka tahu kondisi saya, tetapi tidak bisa datang ke sini karena Covid-19. Sesekali saya menghubungi mereka melalui fasilitas telepon di lapas, saya meminta mereka untuk mendoakan agar saya bisa cepat bebas.
Apakah perwakilan Kedutaan Besar Iran untuk Indonesia mengunjungi Anda secara rutin?
Tidak, hanya ketika persidangan berlangsung, mereka datang dua atau tiga kali. Sudah lama mereka tidak berkunjung karena Covid-19.
Melalui keterangan tertulis berbahasa Indonesia, Kepala Bagian Diplomasi Umum Kedutaan Besar Iran Bita Zolali menyebutkan, Kedubes Iran di luar negeri, termasuk di Indonesia, bertanggung jawab melindungi dan membela hak warganya di luar negeri.
”Kedutaan juga bertanggung jawab memastikan warganya yang bermasalah didampingi penasihat hukum. Proses hukum dan pengadilan yang mengadilinya pun berjalan adil sesuai dengan hukum di negara tuan rumah,” kata Zolali.
Namun, Zolali membantah adanya pengakuan soal aktivitas intelijen oleh Gilchalan.