JAKARTA, KOMPAS — Pemilih bimbang dan pemilih yang masih memungkinkan untuk mengubah pilihan diburu untuk memenangkan Pemilihan Presiden 2019. Adu strategi dua kandidat calon presiden/calon wakil presiden, selama sisa waktu enam bulan, akan menentukan pemenang dari perburuan tersebut.
Merujuk pada hasil survei Litbang Kompas (24/10/2018), ada 30,7 persen dari total 52,6 persen calon pemilih Jokowi-Ma’ruf yang masih berpeluang untuk mengubah dukungannya di Pemilu Presiden (Pilpres) 2019. Sementara dari total pemilih 32,7 persen Prabowo-Sandiaga, masih ada 34,2 persen pemilih yang masih mungkin mengubah dukungannya.
Adapun jumlah calon pemilih yang masih bimbang atau belum menentukan pilihan berdasarkan hasil survei yang dilakukan 24 September-5 Oktober 2018 itu sebesar 14,7 persen.
Wakil Ketua Tim Kampanye Nasional Koalisi Indonesia Kerja dari Partai Persatuan Pembangunan (PPP) Arsul Sani, di Jakarta, Rabu (24/10/2018), mengatakan, untuk menarik pemilih Prabowo-Sandiaga yang masih mungkin berubah sikap ataupun pemilih bimbang, kampanye akan mengedepankan pendekatan langsung ke masyarakat.
Dengan demikian, dia meyakini, kelompok pemilih tersebut bisa memperoleh informasi yang utuh, baik terkait capaian pemerintahan Jokowi maupun program-program yang akan dilakukan jika Jokowi-Ma’ruf terpilih pada Pemilu Presiden 2019.
”Selama satu bulan kampanye ini, banyak capaian Pak Jokowi yang belum terjelaskan dengan baik ke publik. Kalaupun sudah, baru sebatas data kuantitatifnya, tetapi makna dan dampaknya belum. Misalnya, bagaimana dampak pembangunan infrastruktur di daerah terhadap pengembangan ekonomi setempat atau pembangunan sumber daya manusia,” katanya.
Selain itu, tim Jokowi-Ma’ruf juga akan lebih mengoptimalkan dukungan dari para kepala/wakil kepala daerah yang mendukung Jokowi-Ma’ruf. Salah satu caranya dengan meminta mereka menyosialisasikan capaian pemerintah di bawah kepemimpinan Jokowi di daerah masing-masing dan meyakinkan pemilih mengambang dan bimbang untuk memilih Jokowi-Ma’ruf.
”Ke depan kami ingin agar dukungan kepala daerah ini tidak sebatas deklarasi yang membuat ramai di publik. Justru mereka harus bisa membantu TKN menyampaikan manfaat apa yang sudah daerah mereka rasakan dari empat tahun pemerintahan ini, apa efeknya untuk masyarakat daerah mereka,” ujarnya.
Sementara dari kubu Prabowo-Sandiaga, Wakil Ketua Badan Pemenangan Nasional (BPN) Prabowo-Sandiaga dari Partai Amanat Nasional (PAN) Eddy Soeparno mengatakan akan mencoba memetakan kalangan pemilih yang belum bersikap. Dari hasil pemetaan, akan dicari strategi yang jitu guna meyakinkan mereka.
”Mereka dari golongan masyarakat apa saja, urban atau pedesaan, atau seperti apa, lalu kita petakan isu-isu inti yang menjadi fokus perhatian mereka. Kemudian isu-isu tersebut yang kita suarakan sekaligus tawarkan solusinya,” katanya.
Bersamaan dengan itu, Prabowo dan Sandiaga beserta tim akan terus berkampanye dengan cara menyapa langsung masyarakat.
”Saya kira dengan menyapa langsung masyarakat, itu salah satu upaya kita untuk masuk ke dalam strata masyarakat yang tak ada terkecualinya, dari kalangan atas sampai bawah, semua bisa terjangkau dengan pola kampanye tersebut,” katanya.
Selain itu, isu-isu ekonomi yang selama ini ditonjolkan juga akan tetap menjadi ”jualan” dari Prabowo-Sandiaga. Kubu Prabowo-Sandiaga ke depan akan lebih intens memaparkan persoalan-persoalan ekonomi saat ini sekaligus solusinya. Isu ekonomi menjadi ”jualan” utama karena, menurut dia, masyarakat menaruh perhatian besar pada isu tersebut.
Wakil Ketua BPN Prabowo-Sandiaga dari Partai Demokrat Hinca Pandjaitan menambahkan hasil survei menjadi cambuk bagi Prabowo, Sandiaga, dan tim untuk bekerja lebih keras sekaligus sebagai bahan evaluasi agar strategi kampanye ke depan lebih efektif.
”Waktu masih panjang, dan kerja-kerja politik selama enam bulan tersisa, hingga waktu hari pemungutan suara Pemilu 2019, masih memungkinkan mengubah elektabilitas,” katanya.
Untuk mengatasi ketertinggalan itu, Demokrat pun berkomitmen bersama partai-partai pengusung Prabowo-Sandiaga lain mengoptimalkan sisa waktu, mengampanyekan Prabowo-Sandiaga.
Dalam kampanye yang dilakukan Ketua Umum Demokrat Susilo Bambang Yudhoyono ke kota-kota di Jawa Barat, Jawa Tengah, dan Daerah Istimewa Yogyakarta, dari 23 Oktober hingga 1 November 2018, SBY sudah turut mengampanyekan Prabowo-Sandiaga selain mengampanyekan Demokrat. Bahkan, dia menyebut akan ada waktunya, SBY berkampanye dengan Prabowo ataupun Sandiaga.
”Pak SBY, kan, bagian dari juru kampanye nasional Prabowo-Sandiaga. Jadi, pasti akan ada waktunya kampanye bersama. Ini sekarang lagi kami rancang kampanye tersebut,” katanya.