Menjelajahi Bawah Laut Miri-Sibuti
Taman Nasional Miri-Sibuti di Sarawak, Malaysia, menyimpan pesona bawah laut yang belum banyak diketahui wisatawan.
Angin laut berembus lembut menyapa pengunjung yang baru tiba di dermaga Marina Bay, Kota Miri, Sabtu (27/4/2024) pagi. Senyum para penyelam mengembang memandang langit cerah disertai terik matahari yang menyengat kulit hari itu.
Kota Miri masuk dalam Negara Bagian Sarawak, Malaysia. Daerah ini terletak di bagian utara Pulau Kalimantan, berbatasan dengan Brunei Darussalam. Kota ini berjarak sekitar 800 kilometer dari Kuching, ibu kota Sarawak. Dermaga Marina Bay dapat ditempuh sekitar 40 menit dari Bandara Miri.
Sekitar pukul 08.00, kapal cepat yang kami tumpangi bertolak dari dermaga Marina Bay menuju ke laut lepas yang masuk dalam kawasan Taman Nasional Terumbu Karang Miri-Sibuti. Di seberang dermaga terdapat mercusuar berbentuk kuda laut yang menjadi ikon Kota Miri.
Baca juga: Surga Tersembunyi di Teluk Triton
Setelah melewati bangunan mercusuar itu, kapal cepat yang kami tumpangi kemudian menambah kecepatan, melaju di antara gelombang yang berdesir. Sekitar 45 menit perjalanan, kami akhirnya tiba di titik yang dituju.
”Di sini adalah titik selam Sunday Reef. Kita akan menyelam di kedalaman 10 sampai 15 meter,” kata Jimmy Yong, pemandu selam dari Miri Divers. Selain Jimmy, ada Fatrina yang menjadi pemandu selam hari itu.
Saya dan dua jurnalis lain dari Malaysia menyimak apa yang disampaikan Jimmy. Kemudian, Jimmy dan Fatrina meminta kami segera bersiap mengenakan peralatan selam agar dapat berbarengan memasuki perairan Miri.
Menyelam itu membuat jiwa tenang. Anda dapat melupakan masalah yang Anda hadapi di daratan. Apa yang ada di darat biarlah tetap di darat.
Byuurr satu per satu dari kami melompat dari kapal dengan mengenakan peralatan selam lengkap. Lalu, Jimmy memberi kode agar kami bersama-sama turun ke bawah perairan. Dengan antusias, kami pun menjelajahi keindahan bawah laut Miri-Sibuti.
Sejenak memasuki laut, ada rasa bahagia yang mewujud. Memasuki dunia bawah laut dan menikmati pesonanya memang seolah membuat waktu berhenti. Dengan kata lain, menyelami keindahan bawah laut dapat menghadirkan ketenangan jiwa.
”Menyelam itu membuat jiwa tenang. Anda dapat melupakan masalah yang Anda hadapi di daratan. Apa yang ada di darat biarlah tetap di darat,” kata Kit Reed (52), warga Colorado, Amerika Serikat, yang turut menyelam hari itu.
Di titik selam Sunday Reef, kami mendapati sejumlah ikan yang meliuk di antara karang keras (hard coral) berwarna pucat. Ada juga ikan yang bergerombol (schooling) bergerak melintasi kami dengan cepat. Warna-warni ikan tersebut memanjakan mata.
Sekitar 30 menit kami menyelam di kedalaman 12 meter, tiba-tiba Jimmy membunyikan tabung selamnya. Dia menunjukkan seekor sotong (cuttlefish) yang meliuk dengan cepat bersembunyi di balik karang keras yang berbentuk jamur. Sotong yang pandai berkamuflase tersebut kemudian menempel di karang kecil dan menyerupai warnanya.
Kami pun coba mendekat. Sebagian dari kami coba menyalakan senter selam untuk memotret sotong tersebut. Sayangnya, sotong itu segera berenang dengan cepat menjauh dari kami.
Tidak hanya sotong, ada kekayaan biota laut lain di perairan ini, yakni biota ”mini”, seperti siput laut atau nudibranch yang bisa memanjakan para penggemar fotografi makro bawah air. Keindahan dan keanekaragaman bentuk nudibranch memang begitu memukau secara fotografis.
Namun, untuk dapat memotret nudibranch diperlukan kamera yang dilengkapi lensa makro berikut dengan casing khusus yang kedap air. Saya yang membawa kamera aksi kecil dengan lensa lebar tentu menyadari hanya bisa menikmati keindahan nudibranch hanya dengan melihatnya.
Kota Nemo
Setelah dari Sunday Reef, kapal berpindah tempat menuju titik selam selanjutnya, yakni Nemo City. Sesuai namanya, titik selam ini dipenuhi anemon yang dihuni ikan badut (Amphiprion ocellaris). Ikan badut saat ini lebih populer disebut Nemo setelah film kartun Finding Nemo ditayangkan di layar lebar.
Titik selam Nemo City ini bak kota kecil bawah laut dengan kumpulan anemon yang berserak menyerupai kompleks tempat tinggal. Ikan nemo tersebut terkadang menyembul di antara anemon yang mereka jadikan sebagai tempat hidup sekaligus tempat berlindung.
”Persis seperti namanya (titik selamnya), kan. Kami mengajak ke lokasi yang terbaik untuk yang terakhir (diselami),” kata Jimmy seusai menyelam di titik Nemo City.
Selain di Sunday Reef dan Nemo City, kami juga menyelam di titik Eve Garden dan Anemone Garden yang menjadi bagian dari Taman Nasional Terumbu Karang Miri-Sibuti. Di dua titik selam ini juga banyak ditemukan ikan nemo dan nudibranch.
Taman Nasional Terumbu Karang Miri-Sibuti di Negara Bagian Sarawak ini menjadi rumah bagi beragam biota laut. Selain ikan nemo, sotong, dan nudibranch, ada ikan kakatua, ikan barracuda, ikan kuwe sirip biru, dan banyak ikan karang lain yang kerap ditemui di kawasan ini.
Menurut Jimmy, ada lebih dari 40 titik selam yang tersebar di Taman Nasional Miri-Sibuti. Selain empat titik yang kami selami, ada titik selam lain yang cukup populer, yakni Sri Gadong Wreck dan Kenyalang Wreck yang di dalamnya terdapat bangkai kapal kargo yang karam sehingga menghadirkan daya tarik tersendiri ketika menyelam atau biasa disebut wreck-diving.
Baca juga: Malaysia Mengundang Turis Bertandang
Waktu ideal
Jimmy mengungkapkan, waktu yang paling ideal untuk menyelam di kawasan ini adalah bulan April hingga Juni ketika cuaca dan jarak pandang di bawah laut Miri dalam kondisi terbaik. Laut Miri mulai menjadi salah satu pilihan destinasi untuk menyelam sekitar sepuluh tahun terakhir.
Kit Reed adalah salah satu pengunjung yang tak pernah bosan untuk menyelam di Miri-Sibuti karena keindahan bawah lautnya. ”Saya sudah enam kali menyelam di sini, selalu menyenangkan,” kata Kit yang bekerja di salah satu perusahaan minyak di Kota Miri selama dua tahun terakhir.
Kit sudah menyelam di lebih dari enam titik berbeda di Miri-Sibuti dan selalu menghadirkan sensasi yang berbeda. Menurut Kit, yang membedakan menyelam di Miri dengan destinasi wisata bawah laut lain adalah banyak biota renik seperti nudibranch yang menarik untuk dinikmati.
Keelokan bawah laut Miri-Sibuti turut membuat penasaran Jalil bin Muhammad Yusuf (59), wisatawan asal Brunei Darussalam, yang khusus datang ke Kota Miri untuk menyelam. ”Saya cukup puas menyelam di sini. Biota bawah lautnya bagus, terutama nudibranch-nya,” kata Jalil yang merupakan pensiunan pegawai pemerintahan di Brunei.
Saat berada di bawah laut, Jalil menyelam sembari sibuk mengarahkan kameranya pada biota renik tersebut yang kerap tersembunyi di sela-sela terumbu karang. Jalil membawa kamera dengan lensa makro untuk mendapatkan foto si nudibranch ini.
Untuk satu hari penyelaman di 2 sampai 3 titik selam di Taman Nasional Terumbu Karang Miri-Sibuti, penyelam setidaknya membutuhkan biaya 400–500 ringgit Malaysia atau setara Rp 1,3 juta–Rp 1,7 juta untuk menggunakan jasa operator selam setempat. Biaya itu di luar penggunaan kapal cepat dan penyewaan alat selam.
Untuk menyelam di laut Miri-Sibuti salah satunya dapat ditempuh dari dermaga Marina Bay Kota Miri. Adapun menuju Miri, dapat digapai dengan pesawat terbang dari Kuala Lumpur, Malaysia, atau dari Kuching. Artinya, perlu dua kali penerbangan menuju Miri dari Jakarta. Tidak ada penerbangan langsung dari Indonesia menuju Miri.
Menyelam di Miri-Sibuti memang menghadirkan sensasi tersendiri, mempertegas bahwa setiap destinasi selam memiliki keunikan masing-masing. Bagi para penyelam, bahkan setiap penyelaman menghadirkan cerita berbeda yang menancap selamanya di hati.