Langkah koalisi Partai Golkar dengan PAN dan PPP membuka peluang terbentuknya poros baru di Pilpres 2024. Nama Ganjar Pranowo turut disebut-sebut menjadi bagian dari perbincangan warganet terkait koalisi Golkar.
Oleh
ANDREAS YOGA PRASETYO
·7 menit baca
KOMPAS/NORBERTUS ARYA DWIANGGA MARTIAR
Ketua Umum Dewan Pimpinan Pusat Partai Golkar Airlangga Hartarto dalam acara Halal Bihalal Partai Golkar (18/5/2022) di Kantor Pusat DPP Partai Golkar, Jakarta. Dalam kesempatan tersebut Airlangga menyampaikan bahwa internal Golkar tetap solid di tengah isu koalisi parpol 2024.
Sepanjang satu bulan terakhir, informasi seputar Partai Golkar banyak dicari pengguna internet di Indonesia. Salah satu momentum tertinggi terjadi pada 13 Mei 2022. Google Trends menangkap skor pencarian informasi tentang ”Golkar” berada di angka 100.Dengan rentang skala 0-100, kondisi itu menunjukkan puncak pencarian warganet di Tanah Air tentang Golkar.
Melacak peristiwa yang terjadi di seputar tanggal itu, munculnya Koalisi Indonesia Bersatu yang digalang Golkar bersama PAN dan PPP menjadi momentum tingginya antusiasme warganet berinteraksi dengan Partai Golkar. Fakta tu dipertegas dengan jejak kata kunci yang banyak digunakan warganet Tanah Air. Dua kueri terbanyak yang dicari di mesin pencari Google adalah “Golkar PAN PPP koalisi” dan “koalisi dengan PAN-PPP”.
Fenomena serupa juga muncul di media sosial dalam satu pekan terakhir (19-25 Mei 2022). Mencermati 10 percakapan utama (top conversation) yang muncul dari pantauan menggunakan aplikasi Talkwalker, kerja sama tiga parpol dalam koalisi tersebut masih menjadi perbincangan di media sosial. Secara umum ada dua topik yang dapat dikategorikan dari percakapan warganet.
Keduanya ialah munculnya poros baru pencapresan dan munculnya sosok kandidat capres yang hendak diangkat koalisi ini. Topik pertama tentang poros baru pencapresan diangkat oleh akun Youtube Tribunnews yang memiliki 7,28 juta akun pengikut. Video yang diunggah pada 20 Mei 2022 tersebut menampilkan simulasi Pilpres 2024 dari Voxpol yang memperkirakan ada tiga pasangan calon presiden. Tiga calon itu adalah Prabowo Subianto, Ganjar Pranowo, dan Anies Baswedan.
Ketiga nama tersebut memang terekam memiliki elektabilitas tertinggi sebagai kandidat presiden. Hasil Survei Kepemimpinan Nasional Kompas pada Januari 2022 menunjukkan pilihan terhadap sosok capres kian mengerucut ke Prabowo, Ganjar, dan Anies.
Hampir senada dengan bahasan poros baru, tema kedua yang banyak diperbincangkan ialah calon presiden yang bakal diusung Koalisi Indonesia Bersatu. Interaksi konten tersebut menarik untuk diamati karena tidak secara terbuka menyebut siapa sosok yang bakal diusung. Belum jelasnya dukungan koalisi Golkar ini justru berdampak pada meluasnya perbincangan seputar Partai Golkar dan koalisi barunya.
Pada periode 19-25 Mei 2022 kata kunci “Golkar” terpantau masih menunjukkan interaksi lebih tinggi dibandingkan dengan PDIP dan Gerindra. Interaksi terkait Golkar mencapai 422,7 ribu engagement sedangkan PDIP sebanyak 91,5 interaksi dan Gerindra sebesar 33,6 ribu interaksi. Demikian pula dengan PAN yang memunculkan 23,9 ribu interaksi dan PPP dengan 21,8 ribu engagement.
Namun tidak semua perbincangan seputar Golkar ini memunculkan orientasi positif bagi parpol tersebut. Di tengah rumor capres yang bakal diusung Golkar dan koalisinya, muncul pula kritik dari warganet. Kritik utama yang diangkat warganet adalah lebih sibuknya menteri-menteri di kabinet Presiden Jokowi untuk mengurusi koalisi tersebut.
Pemantik
Di luar sorotan tersebut, percakapan seputar capres koalisi tetap mendominasi di media sosial dalam satu pekan terakhir. Perbincangan ini dipicu oleh komentar Ketua Umum PKB Muhaimin Iskandar pada 22 Mei 2022 yang menyebut PKB siap bergabung dengan koalisi tiga parpol jika ia menjadi capresnya.
Pernyataan Muhaimin ini disambut oleh warganet yang merespon melalui pemberitaan media daring tvonenews.com, tempo.co, liputan6.com, serta detiknews.com. Interaksi di media sosial dari konten tersebut muncul sebanyak 9,83 ribu engagement. Pembicaraan lain yang memicu interaksi juga dilontarkan melalui media Twitter berupa sinyal dukungan Presiden Jokowi yang akan diberikan melalui Koalisi Indonesia Bersatu ini.
Konten inilah yang paling banyak menyita interaksi warganet dengan mengundang 5.000 engagement dan 601,6 ribu potensi jangkauan dari akun-akun media sosial yang terlibat di dalam interaksi tersebut. Walau sudah dibantah pihak Istana Kepresidenan, rumor dukungan capres ini terlanjur bergulir di media sosial.
Terlebih ada momentum pernyataan Presiden Jokowi dalam satu pekan ini terkait capres. Saat membuka Rapat Kerja Nasional V Projo di Magelang, Jawa Tengah, pada 21 Mei 2022 yang dihadiri Gubernur Jateng Ganjar Pranowo, Presiden Jokowi menyampaikan kepada relawan Projo untuk tidak tergesa-gesa memberikan dukungan kepada capres. ”Urusan politik, aja kesusu sik. Jangan tergesa-gesa. Meskipun, mungkin, yang kita dukung ada di sini,” ujar Jokowi.Walau secara langsung tidak berkaitan, sebagian komentar warganet mulai mengaitkan nama Ganjar Pranowo dengan Koalisi Indonesia Bersatu.
Hingga saat ini pihak Koalisi Indonesia Bersatu menyatakan belum membahas soal kandidat yang bakal diusung sebagai capres dan cawapres di Pemilu 2024 nanti. Demikian pula dengan sikap Golkar yang masih memegang keputusan Musyawarah Nasional X pada Desember 2019 lalu. Hasil Munas menetapkan untuk mengusung Ketua Umum Airlangga Hartarto sebagai calon presiden pada Pemilu 2024.
Namun munculnya nama Ganjar Pranowo dalam perbincangan warganet menarik untuk diamati. Setidaknya ada tiga faktor yang membuat potensi Ganjar dapat diusung oleh koalisi Partai Golkar ini.
Aspek pertama adalah atribut Ganjar dengan elektabilitas tinggi. Jejak elektabilitas ini tergambar dari hasil Survei Kepemimpinan Nasional Kompas Januari 2022. Nama Ganjar Pranowo berada di posisi kedua tertinggi untuk pilihan calon presiden pada Pemilu 2024. Ganjar dipilih oleh 19,3 persen responden.
Di posisi pertama ada nama Prabowo Subianto dengan total 24,2 persen responden. Tokoh ketiga yang juga menjadi favorit publik ialah Anies Baswedan dengan dukungan 13,9 persen responden.
Bagi partai politik, calon dengan elektabilitas tinggi merupakan investasi politik. Terlebih jika kandidat tersebut belum memiliki kendaraan politik untuk maju di pemilihan presiden. Aspek ini dapat dilihat oleh parpol untuk membangun simpati publik untuk meraih dukungan elektoral dengan memanfaatkan popularitas kandidat. Harapannya, parpol kemudian turut mendapat berkah elektabilitas ketokohannya.
Jejak koalisi
Faktor tersebut dapat diambil Golkar untuk mendapatkan dukungan dalam pemilu 2024. Di luar Ganjar, ada nama Prabowo yang hingga saat ini masih mendapat elektabilitas tertinggi. Namun ketokohan Prabowo sudah lama melekat dengan Partai Gerindra, sehingga efek ekor jas (coattail effect)lebih minim dampaknya bagi parpol lain. Pandangan efek ekor jas ini menyebutkan perolehan suara parpol dapat dipengaruhi oleh siapa calon presiden yang didukungnya.
Dalam konteks ini Golkar dapat melihat masih kosongnya ceruk pendukung Ganjar yang elektabilitas tinggi tetapi belum mendapat kendaraan politik. Suara pendukung Ganjar menjadi potensi besar yang dapat diambil oleh koalisi Golkar.
Aspek ketiga adalah jejak dukungan Golkar kepada kader di luar partai. Sejak pemilu langsung dilakukan pada 2004, Partai Golkar memiliki sejarah koalisi yang dapat diamati saat menentukan dukungan politik.
Kader internal memiliki peluang utama untuk diusung sebagai capres. Hal ini terlihat dari dukungan yang diberikan pada Pemilu 2004. Saat itu Partai Golkar mendukung pasangan Wiranto-Salahuddin Wahid. Dukungan kepada kader internal juga terjadi di Pilpres 2009. Ketika itu Golkar mencalonkan ketua umumnya Jusuf Kalla sebagai capres berpasangan dengan dan Ketua Umum Partai Hanura Wiranto.
ISTIMEWA
Ketua Umum Partai Golkar Airlangga Hartarto (tengah) berbincang dengan Ketua Umum PAN Zulkifli Hasan (kanan) dan Ketua Umum Partai Persatuan Pembangunan (PPP) Suharso Monoarfa (kiri) di Rumah Heritage Jakarta, Kamis (12/5/2022) untuk membahas penjajakan koalisi partai dalam pemilu 2024.
Namun pencalonan kader internal terhenti sejak dua pemilu terakhir. Saat Pilpres 2014, Golkar tergabung ke dalam Koalisi Merah Putih bersama-sama dengan Partai Gerindra, PAN, PPP, PKS, dan PBB yang mengusung pasangan Prabowo Subianto-Hatta Radjasa.
Kemenangan Jokowi-Jusuf Kalla membuat Golkar kemudian turut mendukung pemerintahan Jokowi. Dukungan Golkar kepada Jokowi kemudian berlanjut pada Pilpres 2019. Bahkan dukungan tersebut diputuskan jauh-jauh hari sebelum pemilu yaitu pada Rapimnas Partai Golkar Juli 2016.
Jejak koalisi tersebut menggambarkan Golkar dapat memberikan dukungan kepada calon di luar kader internal. Namun langkah ini tidak mudah dilakukan dan berpotensi menimbulkan gejolak di internal partai.
Bersama PDIP dan PPP, Golkar merupakan parpol yang lebih banyak pengalaman dibandingkan partai lain. Pengalaman itu tergambar dalam mapannya organisasi dari berbagai kalangan dan kuatnya jaringan partai hingga ke seluruh penjuru negeri. Kematangan politik itu juga sudah teruji saat Golkar mampu ke luar dari situasi kritis setelah Orde Baru runtuh. Perlahan-lahan Golkar dapat memposisikan diri kembali sebagai partai besar di Indonesia.
DPP PARTAI GOLKAR
Ketua Umum Partai Golkar Airlangga Hartarto (kanan) saat berkunjung ke Pondok Pesantren Suryalaya, Tasikmalaya, Jawa Barat (20/4/2022).
Kondisi ini sekaligus menggambarkan bahwa di internal partai, Golkar memiliki banyak kader yang dapat diusung sebagai kandidat presiden. Artinya, pencalonan kader di luar Golkar akan menimbulkan riak di tubuh partai itu sendiri.
Suara-suara itu kini mulai terdengar di internal partai. Pecah kongsi dan munaslub menjadi salah satu pertanda naiknya percakapan terkait Partai Golkar di media sosial pada 19 Mei 2022. Masalah pencapresan dan soliditas partai terbukti menjadi isu sensitif bagi kader-kader Golkar.
Untuk meredam sensitivitas isu pencapresan, Ketua Umum Partai Golkar Airlangga Hartarto segera menyampaikan pernyataan politik. Penegasan itu disampaikan Airlangga dalam acara Halal Bihalal Partai Golkar pada 18 Mei 2022. Airlangga Hartarto menyampaikan, pembahasan tentang pencalonan presiden di koalisi masih belum dilakukan. Ia juga menegaskan Partai Golkar dalam kondisi solid.
Golkar masih harus melalui titian tajam pencapresan 2024. Jejak koalisi Golkar di pilpres juga menunjukkan partai tetap menyiapkan kadernya sebelum akhirnya mendukung calon lain. Sebelum Pilpres 2014 Ketua Umum Aburizal Bakrie diteguhkan sebagai capres dari dalam Rapimnas III 2012.
Untuk 2024, Munas X Partai Golkar pada Desember 2019 memutuskan Ketua Umum Partai Golkar Airlangga Hartarto diusung sebagai capres. Namun jika melihat dari hasil survei, pencalonan Airlangga ini masih memerlukan kerja keras dan soliditas dari seluruh kader Golkar.
Dengan kondisi ini daya tarik Ganjar menjadi rayuan elektabilitas bagi Golkar dengan segala potensi gejolak internalnya. Terlepas dari keputusan yang akan diambil, posisi Golkar sebagai partai ketiga terbesar tetap menentukan corak kepemimpinan nasional mendatang. (LITBANG KOMPAS)