Setelah bertahun-tahun tanpa model terbaru, akhirnya Volkswagen di Indonesia kedatangan model T-Cross berjenis SUV berukuran kompak. Fiturnya tak selengkap pesaingnya, tapi bersikukuh mengisi kelas premium.
Oleh
HERLAMBANG JALUARDI
·5 menit baca
Ketika santap siang pada pertengahan Januari lalu, Ahmad Badawi, Head of Sales PT Garuda Mataram Motor (PT GMM), enggan menyebutkan mobil apa yang segera meluncur. Orang yang bertanggung jawab terhadap penjualan merek Volkswagen (VW) di Indonesia itu bilang akan mengisi ceruk SUV kompak di kelas premium.
“Sebut saja baby Tiguan,” ucap Badawi pendek ketika itu, sambil tersenyum tipis. Tiguan adalah seri Volkswagen berjenis SUV tujuh penumpang yang saat ini jadi satu-satunya produk VW yang dirakit di Indonesia. Tiguan juga merupakan model terakhir yang dipasarkan PT GMM, bersama model Polo berjenis hatchback. Produksi model Scirocco dihentikan sejak 2017, sedangkan Golf seri kedelapan tak kunjung datang ke Indonesia terganjal regulasi emisi bahan bakar.
Si “bayi” Tiguan ini dinanti layaknya anak emas yang bakal menyemarakkan keluarga VW modern di Indonesia. Setidaknya, kalau berkunjung ke ruang pamer VW, model yang tersedia tak melulu Tiguan ataupun Polo. Lagi pula, ceruk pasar SUV kompak di tanah air sedang ramai berkat kehadiran KIA Sonet, Nissan Magnite, Renault Kiger, MG ZS, dan makin memanas setelah kemunculan Toyota Raize dan Daihatsu Rocky.
Akhirnya pada Rabu (23/2/2022), misteri mobil baru itu terkuak. PT GMM meluncurkan VW T-Cross. Benar saja, mobil itu berjenis SUV dengan dimensi lebih kecil dari kakaknya, Tiguan. T-Cross diimpor utuh dari negara perakitannya yaitu India.
Pada acara peluncuran secara virtual dari Jakarta, T-Cross yang dimunculkan berwarna putih, atau istilah mereka Candy White. Ada lima warna lainnya, yaitu perak, abu-abu, biru, dan yang lebih berani yaitu merah dan kuning. Rentang warna yang beragam itu mencerminkan segmen sasarannya, yaitu orang muda.
Garis mukanya memang tak melenceng dari Tiguan terkini. Grilnya memanjang rapi dengan tiga susun garis berlapis krom. Ada logo VW berdesain terbaru di tengah-tengah. Lampu depannya seolah-olah jadi kepanjangan gril. Bumper bawahnya berwarna hitam dengan aksen krom tegas melingkupi lampu kabut. Mukanya gagah, mirip betul Tiguan.
Ketika dilihat dari samping, baru nyata bahwa ini adalah versi “bayi” dari Tiguan. Dimensinya jauh berbeda. Panjang T-Cross 4.221 milimeter, atau 50 cm lebih pendek dibandingkan Tiguan. Sedangkan tingginya hanya berselisih sedikit; tinggi T-Cross 1.612 mm, Tiguan 1.674 mm. Roda T-Cross memakai velg berdiameter 17 inci dengan warna hitam-perak. Bodi berwarna putih itu seperti dialasi material lain berwarna hitam di bagian bawah yang cukup tebal, menegaskan bahwa ini adalah sebuah SUV, bukannya Polo hatchback.
Sisi belakang T-Cross cukup menonjol, khususnya pada area lampu. Lampu LED di sisi kiri dan kanan membentuk formasi huruf C berhadap-hadapan. Kedua lampu belakang itu seolah disambungkan dengan blok mika yang terpasang sepanjang pintu bagasi. Sepanjang itulah lampu belakangnya, dengan desain yang terkesan tegas; berbeda dengan desain rupa belakang Tiguan yang cenderung resik.
Desain lampu belakang T-Cross ini yang sepertinya bakal memicu perdebatan; apakah terlalu tebal, apakah terlalu berlebihan, atau justru terlihat keren dan dinamis seperti yang diharapkan? Tapi ini masalah selera, sukar diadu landasannya. Yang jelas, keseluruhan desain belakang T-Cross sudah mengampu desain terkini mobil-mobil VW lainnya, yaitu menyematkan emblem nama mobil di bagian tengah dekat bibir pintu bagasi.
Bagasi itu terlihat cukup lega, berkapasitas 385 liter, dan bisa diperluas menjadi 1.405 liter jika kursi baris kedua dilipat dengan formasi 60:40. Ruang kabin yang lega adalah hal yang dijanjikan T-Cross. Jarak antar poros roda (wheelbase) mobil berbahan bakar bensin ini 2.651 milimeter. Namun dimensi ruang perlu dirasakan secara langsung.
Seberapa premium
Kesan premium mungkin belum terlalu tampak dari luar. Kita perlu mengintip isi kabinnya. Rancangan joknya tampak menarik. Jok bergaya bucket seat ini berbalut kulit dan kulit buatan dengan aksen warna putih mengelilinginya. Jok ini berpori-pori, yang biasanya cukup ampuh mencegah keringat di punggung atau paha.
Aksen putih hadir di banyak tempat yang terlihat mata, seperti di area dasbor dan konsol tengah. Desain seperti ini terlihat segar. Ini diperkuat lagi dengan pemasangan kaca atap (sunroof) elektrik. Fitur ini absen pada VW Polo dan Tiguan di Indonesia saat ini. Jadi T-Cross adalah satu-satunya produk VW masa kini di Indonesia yang beratap kaca.
Lingkar setirnya bergaya sporty dengan bagian bawah rata dan dibalut bahan kulit. Klaster instrumen di balik setir berlayar digital 8 inci, tanpa ada satu pun jarum analog. Sentuhan teknologi tertera di beberapa bagian.
Ruang penyimpanan di dasbor (glove box) mampu memancarkan hawa dingin. Pengaturan AC-nya digeser dengan jari pada panel. Layar informasi dan hiburannya memakai layar sentuh berukuran 10 inci. Layar ini bisa memproyeksikan ponsel Android maupun iOS.
Ada juga laci penyimpanan ponsel yang bisa mengisi daya tanpa kabel. Selain itu, pengisian daya ponsel juga bisa menggunakan kabel. Ada empat soket USB tipe C; dua di depan, dan dua di belakang. Pas untuk semua penumpang jika perlu mengisi daya berbarengan.
Mobil ini ditenagai mesin berkapasitas kecil, 999 cc (1,0 liter) dengan tiga silinder dan dilengkapi turbo. Mesin itu menghasilkan tenaga maksimal 115 hp pada putaran mesin di atas 5.000 rpm, dengan torsi puncak 178 Nm yang bisa didapat sejak putaran mesin relatif rendah, yaitu 1.750-4.500 rpm. Tenaganya tersalur melalui transmisi otomatis enam percepatan. Dalam keterangan pers, VW mengklaim konsumsi bahan bakar mobil ini mencapai 16,44 km/liter.
T-Cross dibanderol dengan harga Rp 488 juta on-the-road DKI Jakarta. Kalau dibandingkan dengan rivalnya yang setara, harga itu cukup mengejutkan. Toyota Raize bermesin tiga silinder 1.000 cc turbo harganya Rp 290-an juta, sudah dilengkapi sistem keamanan berbasis pantauan kamera, yang antara lain bisa mengintervensi setir ketika laju mobil melenceng dari lajur. Raize juga punya fitur adaptive cruise control. T-Cross tak punya keduanya.
Fitur keselamatan berkendara T-Cross mencakup enam buah kantung udara, sabuk pengaman tiga titik untuk lima penumpang, sensor dan kamera parkir, pengatur rem di tanjakan, serta sistem peringatan tekanan ban. Fitur itu belum membuatnya superior dibanding pesaingnya.
Nilai premium T-Cross barang kali terdapat pada kenyamanan berkendara, pengendalian yang dinamis, kekedapan kabin, dan mungkin penyaluran tenaga mesinnya. Karakteristik itu setidaknya terasa di produk VW lainnya, seperti Scirocco, Golf, dan Tiguan. Hal serupa juga terjadi pada “saudara” VW T-Cross yaitu Audi Q3 yang terasa premium meski fiturnya tak selengkap pesaingnya. Untuk membuktikannya, hanya ada satu cara: mencoba langsung relatif lama.(HEI)