logo Kompas.id
OpiniSadarilah, dan Lampauilah...
Iklan

Sadarilah, dan Lampauilah Prasangka

Saya mengenal satu perempuan—merangkap informan saya ini—yang bereaksi terhadap situasi ini dengan bisnis.

Oleh
JEAN COUNTEAU
· 3 menit baca
Jean Couteau, Penulis Udar Rasa
HERYUNANTO

Jean Couteau, Penulis Udar Rasa

Saya suka melihat transformasi positif di sekitar saya. Di desa tempat tinggal saya, saya ”suka” mencatat bahwa tidak terlihat lagi ibu-ibu yang menyemplung separuh tubuh di sungai untuk mengais pasir untuk dijual ke proyek konstruksi. Ibu-ibu yang bekerja sebagai buruh kasar kini semakin langka. Perempuan-perempuan muda dan setengah baya kini kian banyak ditampung di dalam industri pariwisata. Bukankah berarti Bali telah bebas dari kaum proletar asal Bali, tetapi mereka kini datang dari seberang laut.

Pendatang itu telah lama datang dari pulau-pulau tetangga: Jawa, Madura, Lombok. Mereka kini menjadi bagian dari masyarakat lokal, dengan komunitas-komunitas tersendiri, lengkap dengan prasarana kultural-religius terkait. Bukanlah pendatang tanpa masalah, tetapi, terlepas dari wacana senator tertentu, tradisi ”Islam Nusantara” yang mereka bawa, lengkap dengan penekanan pada kebersamaan daripada pada perbedaan, memungkinkan terciptanya rasa kebangsaan lintas agama yang kokoh. Apalagi tak sedikit pendatang ”terdidik” lain—kaum borju atau seniman dari Jakarta/Surabaya/Yogya—khusus datang ke Bali untuk merayakan kebersamaan lintas agama.

Editor:
SARIE FEBRIANE
Bagikan
Kantor Redaksi
Menara Kompas Lantai 5, Jalan Palmerah Selatan 21, Jakarta Pusat, DKI Jakarta, Indonesia, 10270.
+6221 5347 710
+6221 5347 720
+6221 5347 730
+6221 530 2200
Kantor Iklan
Menara Kompas Lantai 2, Jalan Palmerah Selatan 21, Jakarta Pusat, DKI Jakarta, Indonesia, 10270.
+6221 8062 6699