Kaum muda yang ingin instan merupakan bahaya besar dalam strategi mencapai Generasi Emas 2045.
Oleh
PRITA HAPSARI GHOZIE
·3 menit baca
KOMPAS/AMBROSIUS HARTO MANUMOYOSO
Pelaksana Tugas Kepala Pusat Kurikulum dan Pembelajaran Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi Yogi Anggraena menerangkan aplikasi literasi keuangan kepada kalangan murid SD Negeri Kaliasin 1/280 Surabaya, Jawa Timur, Selasa (8/10/2024). Aplikasi dikembangkan oleh organisasi pendidikan Q-Vici dan Pendidikan.id untuk meningkatkan pemahaman dan pembelajaran keuangan sejak dini.
Generasi Emas 2045 merujuk pada visi Indonesia untuk mencapai puncak kesejahteraan bangsa pada usia 100 tahun kemerdekaannya. Untuk mencapainya, berbagai dimensi menjadi strategi, termasuk peningkatan kualitas sumber daya manusia. Tak bisa dimungkiri, manusia yang sejahtera umumnya sehat secara mental, fisik, spiritual, dan juga finansial. Oleh sebab itu, tulisan terakhir saya di pengujung tahun ini adalah mengajak Anda memahami pentingnya berinvestasi demi tercapainya visi mulia ini, terutama bagi generasi muda.
Menurut hasil survei dari beberapa literatur, kalangan muda saat ini (usia 18 tahun hingga 35 tahun pada tahun ini) memiliki beberapa karakteristik, seperti punya perilaku konsumtif dan mudah terbawa pengaruh gaya hidup yang tinggi. Selain itu, kalangan muda cenderung berpendidikan, tetapi banyak menganggur karena lebih suka bekerja paruh waktu atau mudah berpindah kerja karena merasa tidak sesuai dengan passion. Terakhir, kalangan muda cenderung kurang terampil dalam mengelola keuangan akibat lebih banyak pengeluaran daripada pemasukan.
Kalangan muda sebaiknya memahami bahwa tingkat kenaikan harga atau inflasi biaya kebutuhan hidup akan terus merangkak naik. Dalam jangka panjang, risiko terberat yang sangat ingin dihindari adalah tidak mampu pensiun dengan nyaman dan menciptakan lingkaran generasi sandwich yang berkelanjutan. Tanpa punya kesadaran untuk berinvestasi, hampir mustahil seseorang dapat hidup nyaman tanpa beban di masa pensiun.
Terlebih bahaya di masa kini untuk kaum muda adalah kemudahan mengambil pinjaman berbasis online yang membuat pengeluaran untuk gaya hidup menjadi semakin meningkat. Selain perubahan perilaku keuangan yang menjadi lebih buruk, apabila diteruskan, berpotensi terjerat juga ke dalam lubang judi online yang menyesatkan. Kaum muda yang ingin instan merupakan bahaya besar dalam strategi mencapai Generasi Emas 2045.
Kalangan muda tetap harus mengetahui profil risiko masing-masing.
Oleh sebab itu, ada beberapa hal yang sebaiknya diperhatikan oleh kalangan muda dalam membangun kekayaan untuk mencapai kesejahteraan di masa depan. Pertama, berpegang pada rencana keuangan. Bagaimanapun, investasi bukan merupakan tujuan akhir dalam usaha akumulasi kekayaan seseorang. Setelah memahami kebutuhan untuk memenuhi tujuan keuangan, pilihan jenis investasi dapat disesuaikan.
Kedua, profil risiko sebagai investor. Kalangan muda tetap harus mengetahui profil risiko masing-masing. Meskipun, sebetulnya, kalangan ini memiliki keleluasaan untuk memiliki portofolio yang lebih agresif. Pilihan jenis investasi juga lebih beragam, seperti saham, emas, ataupun reksa dana dengan jenis yang agresif.
Ketiga, alokasi untuk dana darurat. Meski investasi penting untuk dilakukan, alokasi untuk dana darurat sejumlah minimal tiga kali pengeluaran rutin bulanan juga sebaiknya tetap dibangun. Terlebih di momen perekonomian yang masih bergejolak, dana darurat memiliki peranan penting untuk membantu seseorang apabila terjadi kesulitan keuangan. Alokasi untuk membangun dana darurat sebaiknya sekitar 10 persen dari penghasilan dan ditempatkan di aset yang likuid serta stabil, seperti tabungan atau reksa dana pasar uang.
SALOMO TOBING
Prita Hapsari Ghozie
Keempat, berinvestasi untuk memenuhi kebutuhan mencari kenaikan nilai aset dan kebutuhan memperoleh penghasilan pasif secara berkala. Bagi kaum muda, sarannya adalah memilih aset investasi yang memberikan hasil berupa kenaikan nilai aset apabila investor menjual aset investasi di harga yang lebih tinggi daripada saat membeli. Maka, opsi yang biasanya ramah untuk kantong muda adalah emas, reksa dana, dan saham. Adapun bagi investor yang lebih mapan secara penghasilan, sangat disarankan untuk juga membangun portofolio aset yang memberikan penghasilan berkala, seperti Surat Berharga Negara Ritel ataupun instrumen berpendapatan tetap lainnya. Hal ini karena kalangan muda yang produktif masih dapat memperoleh penghasilan dari bekerja secara aktif.
Kelima, memulai sedari dini. Investasi akan memberikan hasil terbaik apabila dilakukan dalam jangka panjang. Jika seseorang menginvestasikan gaji pertamanya sejak usia 22 tahun dan pensiun usia 55 tahun, terdapat 30 tahun untuk berinvestasi. Jika setiap bulan investor muda berinvestasi sebesar Rp 500.000 ke sebuah portofolio aset investasi dengan ekspektasi imbal hasil rata-rata 15 persen per tahun, saat usia 55 tahun, secara matematis investor muda akan memiliki saldo investasi sejumlah Rp 5,4 miliar. Angka ini ternyata serupa dengan hasil survei terbaru dari sebuah bank asing mengenai kebutuhan dana pensiun yang nyaman untuk pegawai di Indonesia.
Sejak berprofesi sebagai perencana keuangan 15 tahun silam, saya selalu percaya bahwa bukan masalah siapa yang tercepat, tetapi siapa yang mampu bertahan yang akan mencapai kesejahteraan yang sesungguhnya. Teori ilmu perencanaan keuangan dan investasi yang dipraktikkan dengan benar terbukti membawa perubahan positif dalam kehidupan seseorang.
Akhir kata, saya, Prita Ghozie, pun izin pamit dari kolom Investasi yang telah menjadi bagian dari akhir pekan pembaca selama sembilan tahun ini. Semoga ilmu yang disampaikan bisa bermanfaat dan membantu tercapainya Generasi Emas Indonesia 2045.