Keputusan Biden mengizinkan rudal jarak jauh dipakai Ukraina menyerang Rusia diragukan akan mengubah dinamika perang,
Oleh
REDAKSI
·2 menit baca
AFP/MAURO PIMENTEL
Presiden AS Joe Biden difoto seusai sesi pemotretan bersama pada akhir sesi pertama KTT G20 di Rio de Janeiro, Brasil, Senin (18/11/2024).
Dua bulan menjelang jabatannya habis, Presiden AS Joe Biden mengizinkan Ukraina menggunakan rudal jarak jauh AS guna menyerang Rusia. Efeknya bagi Ukraina diragukan.
Lampu hijau dari Biden ini diungkapkan beberapa pejabat AS, Senin (18/11/2024), saat ia berada di Brasil untuk menghadiri KTT G20. Izin itu diberikan setelah lebih dari setahun Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskyy memohon kepada Washington. Pengamat meragukan efek keputusan AS bagi Ukraina dalam mengubah dinamika perang melawan Rusia.
Terlepas dari hal itu, keputusan Biden menandai perubahan signifikan Washington—sebelum peralihan kepemimpinan ke tangan presiden terpilih Donald Trump pada 20 Januari 2025—terkait penggunaan senjata pasokannya pada Ukraina. Sejak Rusia menginvasi Ukraina, Februari 2022, AS menahan diri tak terlibat terlalu dalam konflik itu, termasuk menerapkan syarat ketat penggunaan senjata yang dikirim ke Ukraina.
AFP/ SOUTH KOREAN DEFENCE MINISTRY
Foto yang diambil pada 29 Juli 2017 ini memperlihatkan rudal ATACMS yang ditembakkan ke Laut Timur dari lokasi yang tak disebutkan di pantai timur Korea Selatan dalam latihan bersama AS-Korsel guna menangkal uji coba rudal balistik antarbenua (ICBM). Presiden AS Joe Biden pada 18 November 2024 mengizinkan Ukraina menggunakan rudal-rudal jarak jauh AS untuk menyerang wilayah Rusia.
Kebijakan awal Washington adalah senjata-senjata mereka hanya bisa digunakan untuk bertahan, bukan untuk menyerang Rusia. Setelah dikirimi AS tahun 2022, Sistem Roket Artileri Mobilitas Tinggi (High Mobility Artillery Rocket System/ HIMARS) berdaya jangkau 80 kilometer dikerahkan Ukraina menahan laju serangan Rusia di wilayah Kharkiv, Mei 2024.
Begitu pula saat dipasok tahun 2023, Sistem Rudal Taktis Angkatan Darat AS (Army Tactical Missile System/ATACMS) dengan jangkauan 300 kilometer digunakan Ukraina untuk menghancurkan target-target militer Rusia di wilayah-wilayah Ukraina yang diduduki Rusia, bukan menyasar tanah Rusia. Alasan Gedung Putih saat itu cukup jelas: tak mau eskalasi.
Kini, saat masa jabatannya tinggal dua bulan, mengapa Biden mengubah kebijakan tersebut? Jubir Departemen Luar Negeri AS Matthew Miller, Senin (18/11/2024), mengelak saat dikonfirmasi soal itu. Ia menyebut klaim soal pengerahan lebih dari 11.000 tentara Korea Utara oleh Moskwa di Kursk, wilayah Rusia di perbatasan timur laut Ukraina. Moskwa tak mengonfirmasi, tetapi juga tak membantah klaim tersebut.
AP/RUSSIAN DEFENSE MINISTRY PRESS SERVICE
Foto dari video yang dirilis Kementerian Pertahanan Rusia pada 7 November 2024 ini memperlihatkan tentara Rusia bertempur melawan Angkatan Bersenjata Ukraina di Distrik Sudzhansky, wilayah Kursk, Rusia.
Sebagian wilayah itu direbut dan diduduki Ukraina sejak Agustus 2024. Kyiv menyebut Moskwa menggerakkan 50.000 tentaranya dan 11.000 tentara Korut untuk merebut wilayah itu. Sementara efek pemberian izin penggunaan rudal jarak jauh untuk menyerang wilayah Rusia dinilai tak akan mengubah dinamika pertempuran, Kyiv meyakini, ATACMS bisa bermanfaat guna mempertahankan cengkeraman di Kursk.
Di mata Kyiv, tanah Rusia di Kursk mungkin bisa jadi alat tawar andai kata nanti, saat sudah bertakhta di Gedung Putih, Trump memaksakan negosiasi dengan Rusia.
Di mata Kyiv, tanah Rusia di Kursk mungkin bisa jadi alat tawar andai kata nanti, saat sudah bertakhta di Gedung Putih, Trump memaksakan negosiasi dengan Rusia. Trump berulang kali sesumbar ingin menghentikan perang di Ukraina meski tak pernah mengungkap bagaimana caranya.
Kompas
Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskyy meyakini, terpilihnya Donald Trump sebagai presiden ke-47 Amerika Serikat dapat membuat perang Rusia-Ukraina segera berakhir. Apa alasan di balik optimisme Zelenskyy ini? Dan apa tanggapan Rusia terkait hal ini?
Namun, perlu dicatat di sini, keputusan Biden itu berisiko. Jauh-jauh hari Presiden Rusia Vladimir Putin memperingatkan, jika senjata Barat digunakan untuk menyerang Rusia, Moskwa juga menyiapkan senjata-senjata jarak jauhnya untuk menyerang Barat. Jika serangan dengan senjata Barat itu diklasifikasikan Moskwa sebagai ancaman kedaulatannya, Putin menegaskan siap mengerahkan senjata nuklirnya.
Singkat kata, keputusan Biden mengizinkan rudal jarak jauh digunakan Ukraina untuk menyerang Rusia tidak akan banyak mengubah situasi, tetapi eskalasi risikonya terlalu besar.