Rusia dan China menggelar latihan militer di lokasi yang membentang dari Laut Tengah hingga Pasifik.
Oleh
REDAKSI
·2 menit baca
Pengumuman latihan bersama matra laut Rusia dan China disampaikan oleh Presiden Rusia Vladimir Putin pada Selasa (10/9/2024). Latihan militer yang dijadwalkan berlangsung pada 10 September hingga 16 September 2024 itu melibatkan 400 kapal, 90.000 tentara, serta 120 pesawat.
Seperti disampaikan Putin, latihan digelar di tengah tindakan Amerika Serikat dan sekutu-sekutunya yang mengerahkan kekuatan militer di dekat perbatasan barat Rusia, di kutub utara, serta di Asia Pasifik. AS dan sekutu-sekutunya, menurut Putin, selama ini terus meningkatkan kehadiran militer dengan dalih untuk melawan ancaman dari Rusia serta membendung China.
Dengan demikian, dapat diartikan latihan bersama Rusia dan China bertujuan memperlihatkan bahwa kedua negara merupakan mitra dekat dan menjadi kekuatan tandingan bagi AS bersama sekutu-sekutunya.
Kedekatan Rusia dan China bukan kebetulan terjadi pada saat perang Rusia versus Ukraina sedang berlangsung. Sembari menghadapi perlawanan Ukraina, Rusia memang berupaya membangun kemitraan yang lebih erat dengan kekuatan di Indo-Pasifik, terutama China. Selain latihan militer, bentuk kedekatan itu berwujud pernyataan bersama kedua negara untuk saling mendukung, beberapa bulan silam.
Selain dengan China, Rusia mendekatkan diri dengan Korea Utara. Pada Juni 2024, untuk pertama kali setelah tahun 2000, Putin berkunjung ke Pyongyang. Kedekatan ini bertolak belakang dengan sikap Rusia yang beberapa tahun sebelumnya mendukung sanksi keras terhadap Korut terkait uji coba nuklir.
Ada analisis yang menilai langkah Rusia bertujuan memecah konsentrasi AS sehingga tak hanya fokus pada medan laga di Eropa, tetapi juga bersiap menghadapi kemungkinan konflik bersenjata di Indo-Pasifik. Latihan militer China-Rusia menunjukkan ada kekuatan besar yang siap menandingi AS bersama sekutu-sekutunya.
Kawasan Indo-Pasifik memang panas. Di dalamnya ada potensi konflik Laut China Selatan yang dapat dipicu adu klaim teritorial antara China dan sejumlah negara lain, seperti Filipina. Belum lagi potensi konflik di Taiwan yang bisa melibatkan China, AS, dan Jepang. Di tengah semua potensi konflik itu, latihan militer Rusia-China tak bisa dilihat hanya sebagai kegiatan rutin.
Bagi negara-negara lain di Indo-Pasifik, termasuk Indonesia, latihan militer oleh kubu mana pun mengingatkan bahwa sikap untuk tidak memihak serta terus mendorong perdamaian lewat kerja sama yang adil senantiasa relevan. Jangan sampai perang terjadi di Indo-Pasifik. Kondisi menantang di kawasan Indo-Pasifik tersebut harus menjadi perhatian besar pemerintahan baru RI mendatang.