Keprihatinan terhadap deindustrialisasi atau penurunan pangsa industri manufaktur terhadap PDB sudah lama muncul.
Oleh
UMAR JUORO
·3 menit baca
Perkembangan industri manufaktur mengalami penurunan dalam dua bulan terakhir. Ini ditunjukkan oleh Purchasing Managers’ Index yang di bawah 50 atau berada pada zona kontraksi.
Keprihatinan terhadap gejala deindustrialisasi atau penurunan pangsa industri manufaktur terhadap produk domestik bruto sudah lama muncul. Pangsa manufaktur kini hanya sekitar 19 persen. Pertumbuhan manufaktur juga berada di bawah pertumbuhan ekonomi.
Kesempatan kerja yang diciptakan pun relatif stagnan, bahkan semakin banyak pemutusan hubungan kerja di sektor industri. Padahal, pada tahapan perkembangan ekonomi sekarang ini, industri manufaktur semestinya menjadi penggerak utama ekonomi.
Penyebab deindustrialisasi ini, antara lain, imbas dari pelemahan ekonomi dunia dan masuknya barang manufaktur impor dari China dengan harga murah, sebagai pengalihan dari proteksi, terutama di AS. Hilirisasi sebagai kebijakan utama industri juga menyebabkan berlebihnya pasokan nikel olahan sehingga harganya turun.
Industri pakaian dan tekstil menghadapi permasalahan tidak hanya dari produk impor, tetapi juga keuangan dan pemasaran. Perubahan kebijakan untuk langsung pada pengembangan kendaraan listrik juga berpengaruh pada perkembangan industri kendaraan bermotor secara keseluruhan.
Ibarat pesawat terbang, perekonomian Indonesia didorong oleh mesin (industri manufaktur) yang melemah daya dorongnya. Bahan bakarnya juga boros, teknologinya ketinggalan, dan rendah efisiensinya. Karena itu, mesinnya harus direvitalisasi agar lebih efisien, lebih berdaya tahan lama, sehingga daya dorong mesin dapat mencapai kecepatan dan ketinggian pesawat yang optimal dalam penjelajahannya.
Revitalisasi mendesak dilakukan, tidak hanya di tingkat makro dan sektoral, tetapi juga di tingkat mikro perusahaan. Di tingkat makro, kebijakan moneter yang diperlonggar dengan menurunkan suku bunga perlu dilakukan. Dengan inflasi yang rendah di 2,12 persen dan rupiah yang menguat, sudah saatnya suku bunga diturunkan. Bank Indonesia tidak perlu harus menunggu bank sentral AS, The Fed, untuk terlebih dahulu melakukan penurunan bunga.
Penurunan suku bunga akan sangat membantu perusahaan industri yang harus melakukan restrukturisasi pembiayaan. Dengan suku bunga lebih rendah, perusahaan manufaktur pada umumnya juga akan lebih berani untuk mengajukan kredit baru untuk pengembangan.
Persaingan terhadap produk murah dari China dihadapi dengan mengatasi impor ilegal dan mengenakan tarif lebih tinggi ke depan meski pembatasan impor ini hanya bersifat sementara, tak permanen.
Industri utama, yaitu makanan dan minuman, tekstil dan pakaian, kendaraan bermotor, elektronika, dan kimia, membutuhkan revitalisasi. Pertumbuhan industri makanan dan minuman sebenarnya masih cukup tinggi, tetapi persaingan kian ketat, baik di pasar dalam maupun luar negeri.
Konsumen berpendapatan menengah relatif menurun pendapatannya sehingga tidak meningkatkan konsumsi berarti.
Industri kendaraan bermotor, dengan insentif utamanya pada kendaraan listrik, dalam jangka pendek belum akan memberikan hasil yang memadai bagi perkembangan industri kendaraan yang berkelanjutan. Butuh waktu sampai industri kendaraan listrik dengan rantai pasoknya jadi penggerak utama industri kendaraan bermotor.
Sementara pengembangan cip sebagai basis industri elektronika baru dicanangkan belakangan ini. Perlu keseriusan dan usaha keras untuk keluar dari ketertinggalan dalam jaringan rantai pasokan dunia yang tinggi dan menarik investor utama di industri ini. Industri kimia sebagai pendukung bagi industri lain dan produk akhirnya juga membutuhkan integrasi industri yang lebih kuat.
Sementara hilirisasi sebaiknya dirasionalisasi. Tidak dengan melarang ekspor seluruh mineral, tetapi lebih spesifik dan fokus pada industri pemrosesan tertentu yang didukung kewajiban ketersediaan bahan baku di dalam negeri (domestic obligation).
Dengan demikian, perhitungan manfaat dan biaya (cost-benefit) dapat dilakukan dengan lebih baik lagi. Pertumbuhan industri logam dasar memang tinggi di atas 10 persen, tetapi ini kemungkinan hanya untuk jangka pendek masa kini.
Di tingkat mikro, banyak perusahaan industri harus melakukan restrukturisasi dalam pembiayaan. Kredit bermasalah, khususnya di industri tekstil dan pakaian, harus direstrukturisasi. Perbaikan teknologi juga jadi keharusan. Pasar ekspor yang melemah harus dihadapi dengan produk dan pemasaran yang lebih tepat sasaran.
Sisi permintaan
Tak kalah penting adalah sisi permintaan atau konsumsi dalam negeri. Pertumbuhan konsumsi yang merupakan bagian terbesar ekonomi, sekitar 52 persen, juga masih berada di bawah pertumbuhan ekonomi.
Dengan suku bunga tinggi, konsumen berpendapatan tinggi cenderung menabung dananya dan mengurangi konsumsi. Konsumen berpendapatan menengah relatif menurun pendapatannya sehingga tidak meningkatkan konsumsi berarti. Konsumen berpendapatan rendah terkonsentrasi pengeluarannya di kebutuhan pangan.
Rencana menaikkan PPN 12 persen sebaiknya ditunda lagi. Peningkatan konsumsi masih dibutuhkan untuk meningkatkan belanja produk industri manufaktur dalam negeri. Bahkan, diperlukan tambahan insentif untuk mendorong konsumsi. Perkembangan konsumsi yang tentunya sejalan dengan revitalisasi industri.