Indonesia adalah pasar yang kerap dibidik penyedia barang dan jasa.
Oleh
REDAKSI
·1 menit baca
Bertahun-tahun lalu, seorang bankir senior menegaskan, ia memilih untuk menggarap pasar Indonesia dan tak terpancing langkah bank lain yang merambah pasar luar negeri. Alasannya, masih banyak orang Indonesia yang saat itu belum mengakses layanan perbankan. Dengan kata lain, pasar Indonesia masih sangat menjanjikan untuk digarap.
Pasar Indonesia masih sangat menjanjikan untuk digarap.
Indonesia, negara berpenduduk 270,2 juta jiwa pada 2020, dinilai sebagai pasar potensial bagi banyak hal. Konsumsi rumah tangga menjadi penopang utama produk domestik bruto (PDB) Indonesia. Pada triwulan II-2024, konsumsi rumah tangga yang tumbuh 4,93 persen secara tahunan menyumbang 54,53 persen PDB. Perekonomian tumbuh 5,05 persen secara tahunan. Adapun PDB berdasarkan harga berlaku pada triwulan II-2024 sebesar Rp 5.536,5 triliun.
Di atas kertas, Indonesia berpotensi besar bagi berbagai bisnis, termasuk bisnis di lingkup ekonomi digital. Hal ini didukung kepemilikan telepon seluler dan akses internet penduduk Indonesia. Data Badan Pusat Statistik (BPS) menunjukkan, 66,48 persen penduduk Indonesia telah memiliki akses internet pada 2022. Sementara itu, penduduk yang memiliki telepon seluler mencapai 67,88 persen.
Ponsel yang terkoneksi jaringan internet itu tidak hanya untuk berkomunikasi, tetapi juga untuk mengakses informasi, berbelanja, dan memesan layanan. Dalam laporan e-Conomy SEA 2023 yang dirilis Google, Temasek, dan Bain & Company, gross merchandise value (GMV) ekonomi digital di Indonesia pada 2025 diperkirakan 109 miliar dollar AS, yang terutama ditopang perdagangan secara elektronik (e-dagang). Kendati tak setinggi e-dagang, GMV atau total nilai yang dibukukan pada layanan transportasi dan pengantaran makanan juga tumbuh.
Layanan digital lain yang juga dinilai berpotensi dikembangkan adalah finansial. Laporan itu menyebutkan, pembayaran, pinjaman, asuransi, dan pengelolaan kekayaan, yang semuanya berbasis digital, diproyeksikan terus tumbuh di Indonesia.
Bagi pelaku bisnis apa pun, pasar Indonesia sangat menarik untuk dibidik dengan konsekuensi terukur. Tentunya, ada berbagai pertimbangan yang dipikirkan GoTo saat menutup cabang di Vietnam mulai 16 September 2024. Salah satunya, agar lebih fokus mengembangkan dan memperkuat kegiatan operasional yang dapat memberikan pertumbuhan signifikan secara berkelanjutan (Kompas.id, 5 September 2024).
Indonesia hendaknya tak berhenti hanya menjadi pasar. Di sektor manufaktur, misalnya, produksi tak hanya dipasarkan di dalam negeri, tetapi juga diekspor. Sumber daya manusia (SDM) juga mesti mampu bersaing dengan SDM di tingkat regional dan global. Salah satu syaratnya, kemudahan berusaha mesti diciptakan agar Indonesia meraih manfaat optimal.