Afrika memiliki potensi sangat besar. Indonesia harus lebih serius membangun kerja sama dengan negara-negara Afrika.
Oleh
REDAKSI
·2 menit baca
Forum Indonesia Afrika (IAF) 2024 dan Forum Tingkat Tinggi Kemitraan Multipihak (HLF MSP) di Bali, 1-3 September 2024, berjalan baik. Sejumlah nota kesepahaman kerja sama dihasilkan dengan nilai miliaran dollar AS atau puluhan triliun rupiah. Seperti diberitakan Kompas.id, bidang kerja sama yang disepakati Indonesia dan sejumlah negara Afrika beragam, mulai dari kesehatan, infrastruktur, perkebunan, pertambangan, hingga pembangunan. Beberapa pemimpin negara Afrika datang bersama delegasi mereka.
Tak hanya oleh Indonesia, pengerahan sumber daya untuk membangun kerja sama dengan negara-negara Afrika juga dilakukan China. Perbedaannya, China sejak lama intensif membangun kerja sama mendalam.
Titik perubahan penting hubungan China dan Afrika adalah Konferensi Asia Afrika di Bandung tahun 1955. Saat itu, delegasi China yang dipimpin Perdana Menteri Zhou Enlai dapat bertemu dengan anggota delegasi Afrika, antara lain Mesir (Shinn dan Eisenman, 2012).
Setelah negara-negara Afrika membantu China memperoleh kursi di Majelis Umum serta Dewan Keamanan Perserikatan Bangsa-Bangsa pada 1971, kerja sama ekonomi mereka kian mendalam pada akhir 1990-an. Saat itu, China menerapkan strategi ”Pergi Keluar” atau ”Going Out” guna mendorong perusahaan-perusahaan China berinvestasi ke luar negeri. Maka, dibentuklah ajang tiga tahunan Forum Kerja Sama China-Afrika (FOCAC) yang pertama kali digelar tahun 2000 di Beijing. Tujuan FOCAC ialah meningkatkan kerja sama China dengan negara-negara Afrika. Tuan rumah forum bergantian antara China dan negara Afrika. Tahun ini, Beijing kembali menjadi tuan rumah FOCAC, yakni pada 4-6 September, tak lama setelah IAF digelar.
Keterlibatan China kian mendalam di Afrika melalui pendanaan infrastruktur global Belt and Road Initiative (BRI) yang diluncurkan Presiden Xi Jinping pada 2013. Hasilnya, menurut media China, Global Times, selama 11 tahun terakhir, perusahaan-perusahaan China membangun dan memperbarui 10.000 kilometer rel kereta, hampir 100.000 kilometer jalan raya, 1.000 jembatan, serta hampir 100 pelabuhan laut.
Dari sisi perdagangan, dari hanya 1 miliar dollar AS pada 1980, perdagangan China dengan negara-negara Afrika melonjak menjadi 10 miliar dollar AS pada tahun 2000 serta 282 miliar dollar AS pada tahun 2023.
Dalam kondisi kompetitif itu, peluang tetap terbuka bagi Indonesia. Dengan porsi penduduk muda yang besar serta tingginya potensi ekonomi, Afrika memerlukan mitra erat selain China. Indonesia harus bisa mengisinya. Segenap sumber daya harus kita kerahkan, termasuk sumber daya diplomasi, antara lain dengan menambah jumlah perwakilan RI di Afrika.