Kunjungan Paus Fransiskus menjadi kesempatan bagi RI untuk menunjukkan, harmoni dapat tercipta di tengah perbedaan.
Oleh
REDAKSI
·2 menit baca
Pemimpin Tertinggi Umat Katolik, yang juga Kepala Negara Vatikan, Paus Fransiskus, Selasa (3/9/2024), sungguh datang ke Indonesia. Sri Paus, selamat datang di Jakarta.
Seperti diberitakan Kompas.id edisi Selasa, 3 September lalu, pesawat ITA Airways yang membawa rombongan Paus Fransiskus mendarat di Bandara Soekarno-Hatta, Banten. Pesawat berwarna biru itu berangkat dari Roma, Italia, pada Senin (2/9) malam waktu setempat. Pesawat tepat mendarat pukul 11.15 WIB, datang di titik yang disiapkan pada 11.25 WIB. Terpasang bendera Indonesia dan Vatikan di moncong pesawat.
Kedatangan Paus Fransiskus tidak hanya mengawali perjalanan apostolik (kepausan) yang panjang ke Indonesia dan sejumlah negara di Asia Tenggara dan Pasifik. Indonesia menjadi negara pertama dalam rangkaian kunjungan Sri Paus. Papua Niugini menjadi negara kedua yang dikunjungi, pada 6-9 September 2024. Paus akan melanjutkan kunjungan ke Timor Leste selama 3 hari, yakni pada 9-11 September. Lalu terbang ke Singapura, negeri tujuan terakhir, hingga tanggal 13 September 2024, dan terbang ke Roma.
Kedatangan Paus Fransiskus ini menandai kunjungan ketiga pemimpin umat Katolik ke Indonesia. Sebelumnya, Paus Paulus VI pada 1970 mengunjungi Jakarta dan Yogyakarta. Paus Yohanes Paulus II tahun 1989 berkunjung ke Jakarta, Flores, Medan, serta Yogyakarta. Kali ini, selama 3 hari, Paus Fransiskus hanya mengunjungi Jakarta, tetapi bertemu dengan sejumlah pemimpin umat beragama lain dan Presiden Joko Widodo beserta pejabat lainnya.
Indonesia yang dipilih sebagai tujuan pertama dalam kunjungan Paus kali ini adalah pengakuan terhadap peran strategis negeri ini sebagai negara dengan jumlah penduduk Muslim terbesar di dunia. Sebagai negara berdiri di atas prinsip keberagaman dan toleransi, Indonesia menjadi simbol penting dalam upaya membangun jembatan dialog antaragama dan mewujudkan perdamaian global. Dialog antarumat manusia itu juga ditegaskan Paus Fransiskus sebagai jalan untuk mengatasi konflik di Ukraina atau Gaza, Palestina.
Dalam konteks global yang sering diwarnai ketegangan antarumat beragama dan etnis, kunjungan Paus Fransiskus ke Indonesia membawa pesan yang sangat kuat. Kunjungan ini melampaui batas agama dan negara, mengedepankan semangat persaudaraan kemanusiaan, yang menjadi inti dari Dokumen Abu Dhabi, yang ditandatangani Paus Fransiskus dan Imam Besar Al-Azhar Sheikh Ahmed el-Tayeb tahun 2019. Dokumen ini menyerukan persaudaraan manusia dan penolakan terhadap kekerasan atas nama agama.
Kunjungan Paus Fransiskus juga menjadi kesempatan bagi Indonesia untuk menunjukkan kepada dunia bahwa harmoni dapat tercipta di tengah perbedaan. Dengan lebih dari 270 juta penduduk yang terdiri dari beragam suku, agama, dan budaya, Indonesia adalah bukti di mana perbedaan tak harus menjadi sumber konflik. Perbedaan dapat menjadi kekuatan membangun masyarakat yang lebih inklusif dan damai. Indonesia bisa menjadi wajah bagi indahnya persaudaraan kemanusiaan.