Bulan Juni lalu, tepatnya tanggal 14 Juni 2024, Paus Fransiskus mengadakan pertemuan istimewa dengan ratusan komedian dari pelbagai penjuru dunia di Vatikan. Dalam pidato sambutannya, Paus menyebut para komedian itu sebagai kawan. Paus juga menekankan tentang keajaiban komedi dan pentingnya profesi pelawak. Dunia membutuhkan para komedian.
”Anda semua membuat orang-orang tersenyum. Memberi mereka secercah kebahagiaan meskipun sedang berada di masa-masa sulit. Anda menyatukan dunia karena tertawa itu menular,” kata Paus Fransiskus.
Paus Fransiskus mengakui menyukai lawak. Bahkan, dia mengatakan selalu berdoa kepada Tuhan agar senantiasa memberinya selera humor. Ia berpendapat, selera humor membuat orang lebih peka terhadap sekitarnya sehingga membangun empati.
Cerita di atas adalah ringkasan berita yang ditulis di Kompas (16/6/2024) dengan judul ”Paus Fransiskus: Dunia Membutuhkan Komedi”, dengan subjudul ”Humor itu mengkritik diri sendiri dan dunia dengan tertawa. Komedi melawan tirani dan penyelewengan kekuasaan”.
Subjudul tersebut kiranya relevan dengan kondisi negara kita saat ini ketika media sosial riuh rendah berisi lelucon-lelucon tentang tokoh sentral pelaku tindakan penyelewengan kekuasaan di negara tercinta ini.
Sebagai penggemar humor, saya ikut berharap semoga kunjungan bersejarah Paus Fransiskus ke Indonesia membagikan kegembiraan, berkat, dan optimisme akan masa depan yang lebih baik bagi Indonesia dan dunia.
Ada ucapan bijak, apabila Anda menghadapi masalah dengan humor, Anda selalu memperoleh kemenangan!
Saptoyogo Purnomo menyumbang medali pertama bagi kontingen Indonesia di Paralimpiade Paris 2024. Dia mencapai finis lomba lari 100 meter putra di urutan ke-2 dalam waktu 11,26 detik. Dia pun berhasil memperbaiki catatan waktu dan memecahkan rekor Asia atas namanya sendiri. Lewat prestasi dan tanpa menggurui, dia mengingatkan kita tentang pentingnya kekuatan mental.
Saptoyogo mengaku mentalnya sempat jatuh menjelang final. ”Cuaca kurang mendukung karena hujan, tetapi saya harus maksimal karena ini final. Saya harus semaksimal mungkin di Paralimpiade,” kata atlet penyandang cerebral palsy ini (Kompas, 1/9/2024).
Paralimpiade merupakan pesta olahraga istimewa. Di sinilah kita melihat bahwa keterbatasan fisik bukan halangan untuk berprestasi. Para atlet berusaha melakukan yang terbaik karena didorong oleh kekuatan mental.
Kompas sering menayangkan tulisan tentang kesehatan mental.
Selama ini kita terlalu berfokus pada kesehatan mental. Sebaliknya, kita kurang memperhatikan kekuatan mental.
Pada hakikatnya, seseorang tetap bisa kuat secara mental meski mengalami masalah kesehatan fisik atau mental. Kekuatan mental mencakup kemampuan untuk berpikir, merasa, dan melakukan yang terbaik. Kekuatan ini perlu dirawat secara berkesinambungan. Jika tidak, otot-otot mental akan mengecil dan melemah (Morin, 2015).
Kekuatan mental sering kali menjadi faktor penentu seseorang mampu mengatasi kesulitan dan tantangan kehidupan. Saptoyogo Purnomo dan atlet lain yang bertanding di Paralimpade 2024 membuktikannya. Salut!