Dua perusahaan media sosial, X dan Telegram, menghadapi masalah yang tak mudah. Keduanya dinilai melanggar hukum.
Oleh
REDAKSI
·2 menit baca
Dua perusahaan media sosial, X dan Telegram, sedang menghadapi masalah yang tak mudah. Keduanya dinilai melanggar hukum dan terancam sanksi berat.
Di Perancis, CEO Telegram Pavel Durov ditangkap karena dituduh mengetahui aktivitas ilegal yang dilakukan di platform (pelantar) media sosial itu, tetapi tidak berupaya mencegahnya. Aktivitas ilegal yang dimaksud antara lain pornografi anak.
Di Brasil, Hakim Agung Alexander de Moraes memerintahkan pemblokiran pelantar media sosial (medsos) X karena dinilai melanggar dua aturan di negara tersebut. Pertama, X tak memenuhi persyaratan hukum bahwa semua pelantar medsos di Brasil harus memiliki kantor perwakilan. Peraturan lain yang dilanggar ialah kewajiban medsos memblokir orang atau konten yang dinilai membahayakan demokrasi.
Dua kejadian tersebut merupakan bagian dari perkembangan medsos yang mulai digunakan secara luas pada tahun 2010. Medsos pun kini kian penting dalam kehidupan sosial, budaya, dan politik. Gara-gara medsos, manusia mencurahkan sebagian waktunya untuk membuka dan memelototi pesan teks, gambar, serta video. Setiap hari secara total orang bisa dua jam memelototi isi medsos. Kesehatan mental seseorang bahkan turut dipengaruhinya.
Medsos juga cukup ampuh dalam kampanye. Pesan-pesan politik terarah dikirim ke golongan orang tertentu sesuai dengan kesukaan serta pandangan politik mereka. Keterbelahan politik pun tak terhindarkan. Saat masa kampanye, saling serang secara verbal terjadi di medsos.
Medsos juga menjadi tempat jual beli barang/jasa terlarang. Salah satu yang menjadi sorotan ialah peredaran materi foto serta video pornografi anak. Medsos menjadi pula sarana perekrutan anggota kelompok berideologi ekstrem.
Langkah penegak hukum Perancis yang menangkap Durov dilandasi argumen, tidak ada alasan bagi medsos untuk tak mengetahui aktivitas di dalam platform yang dikelolanya. Pengelola harus bisa mengenali semua aktivitas yang terjadi dan mencegahnya jika aktivitas ini kriminal. Di tengah upaya gencar memberantas kejahatan transnasional pornografi anak, peranan pengelola medsos sangat besar. Dengan kata lain, pengaruh dahsyat dari medsos harus diikuti pula dengan tanggung jawab yang besar. Pengelola medsos tak bisa hanya menikmati aliran uang yang masuk ke kantong mereka.
Muncul pula pertanyaan sejauh mana kebebasan dapat diusung oleh medsos? Apa yang terjadi di Brasil mewakili pertanyaan ini. Hakim di Brasil menilai X kebablasan karena membiarkan kelompok kanan menyuarakan pandangannya. Akan tetapi, sebagaimana argumen pemimpin X, Elon Musk, bukankah kebebasan berbicara harus dipertahankan seluas-luasnya? Dengan cara ini, pandangan berbeda bisa tetap hidup dan demokrasi tumbuh.
Perdebatan mengenai peran medsos tak akan pernah berakhir. Satu hal yang pasti, medsos harus berkontribusi bagi pekembangan masyarakat ke arah yang lebih baik.