Jurnalisme Solusi untuk Masalah Pembangunan Berkelanjutan
Praktik jurnalisme solusi di tengah upaya pencapaian SDGs dapat mendorong kesejahteraan manusia dan alam di masa depan.
Sepanjang awal Mei 2024, rubrik Sosok di harian Kompas menampilkan tokoh-tokoh yang tidak banyak dikenal publik di Indonesia. Mereka bukan selebritas di dunia hiburan mancanegara atau atlet dengan prestasi Olimpiade. Namun, seperti juga figur-figur lainnya yang biasa dihadirkan pada rubrik itu, mereka adalah tokoh inspiratif dengan dedikasi tinggi dan perjuangan panjang untuk membantu sesama dan menyelamatkan bumi.
Sosok yang ditampilkan pertama adalah perempuan yang tinggal di Queensland, Australia. Namanya Murrawah Maroochy Johnson (29). Seperti diceritakan pada harian Kompas edisi 2 Mei 2024, perempuan pemberani ini berhasil menghentikan proyek tambang batubara yang dapat mempercepat kerusakan lingkungan dan perubahan iklim serta mengancam masyarakat adat negara bagian Australia itu.
Seperti di Indonesia, lahan-lahan milik masyarakat adat di Australia kerap mendapat ancaman dari perusahaan-perusahaan tambang, termasuk tambang batubara.
Kisah Murrawah menjadi inspirasi bagi penyelamatan ekosistem kawasan hutan. Lewat kegigihan yang tidak kenal lelah selama bertahun-tahun, Murrawah berkampanye untuk menyelamatkan wilayah milik masyarakat adat di Queensland dengan menolak tegas pembukaan tambang baru di Cekungan Galilee.
Lokasi tersebut menyimpan jutaan ton batubara. Namun, di lokasi ini juga terdapat kawasan suaka alam Bimblebox Nature Refuge seluas 8.000 hektar yang kaya dengan keragaman hayati, dari burung, mamalia, amfibi, reptilia, dan ratusan flora asli.
Baca juga: Mengebiri ”Anjing Penjaga”
Alok Shukla (45) yang tinggal di negara bagian Chhattisgarh, India, muncul pada edisi berikutnya, 5 Mei 2024. Ia adalah tokoh pemimpin gerakan komunitas lokal untuk mencegah proyek-proyek tambang di kawasan hutan Hasdeo Aranya, India, (Kompas, 2/5/2024). Hutan itu merupakan tempat tinggal dan sumber kehidupan bagi ribuan suku, dan ratusan jenis flora serta fauna yang langka yang berada dalam Negara Bagian Chhattisgarh.
Gerakan yang dipimpin Shukla telah menyelamatkan keanekaragaman hayati dari ekspansi perusahaan-perusahaan tambang dengan investasi miliaran dollar AS yang berniat menghancurkan hutan dengan luas 180.000 hektar itu.
Tidak hanya tokoh-tokoh masyarakat adat yang muncul. Edisi 6 Mei 2024, yang muncul di rubrik Sosok adalah jurnalis asal Brasil, Marcel Gomes (45), yang cemas terhadap kerusakan dan penghancuran hutan di negeri itu yang dipicu ekspansi industri peternakan.
Dikisahkan, lelaki yang menjadi sekretaris eksekutif di media Repórter Brasil itu, menggalang gerakan kampanye internasional yang menentang perusahaan pengepakan daging terbesar di dunia asal Brasil. Perusahaan ini melakukan penggundulan hutan ilegal. Lewat perjuangan panjang, Gomes berhasil menekan distribusi penjualan daging ilegal di negara tersebut.
Jurnalisme solusi menawarkan wawasan ( insight) dengan menyajikan bukti ( evidence) keberhasilan suatu gerakan-gerakan masyarakat dalam menyelamatkan masa depan alam dan lingkungan.
Dari benua Eropa ada Teresa Vicente (61) yang memimpin kampanye penyelamatan Mar Menor, laguna terbesar di benua ini yang berada di Mediterania Barat. Lewat gerakan yang ia galang bersama warga lainnya, ia berhasil meyakinkan pemangku kebijakan untuk menjamin kepastian hukum yang menjaga keanekaragaman hayati yang ada di kawasan itu laguna. Sebelumnya, laguna tersebut tercemar akibat penambangan, pembangunan kota, hingga infrastruktur pariwisata yang merajalela, ditambah berkembangnya industri peternakan dan pertanian.
Tahun 2024 ini, tokoh-tokoh yang ditampilkan di atas mendapat apresiasi dan penghargaan Goldman Environmental Prize, sebuah penghargaan tahunan untuk para aktivis lingkungan akar rumput dari benua Afrika, Asia, Eropa, Kepulauan dan Negara Kepulauan, Amerika Utara, serta Amerika Selatan dan Tengah.
Dari Indonesia, ada beberapa pegiat dan penyelamat lingkungan yang menerima penghargaan yang juga dikenal sebagai Nobel Hijau tersebut, seperti Yosepha Alomang, Aleta Baun, Loir Botor Dingit, Yuyun Ismawati, Prigi Arisandi, Rudi, Putra, dan Delima Silalahi. Delima adalah tokoh terakhir yang mewakili Indonesia sebagai penerima penghargaan itu pada 2023.
Pembangunan berkelanjutan
Kisah-kisah inspiratif dari aksi para tokoh-tokoh dalam rubrik Sosok harian Kompas bermuara pada ikhtiar besar nan panjang menjaga arah pembangunan agar tujuan-tujuan pembangunan berkelanjutan (sustainable development goals/SDGs) dapat tercapai. Tema yang beberapa tahun belakangan menjadi sorotan publik.
Secara global, risiko dan persoalan lingkungan masih menjadi ancaman pembangunan yang menduduki peringkat teratas selama sepuluh tahun ke depan menurut laporan World Economic Forum (2024). Beberapa risiko terbesar yang menduduki peringkat atas itu antara lain, cuaca ekstrem, hilangnya keanekaragaman hayati dan kerusakan ekosistem, serta kelangkaan sumber daya alam.
Di banyak lokasi yang menjadi benteng terakhir bagi keragaman hayati, ketersediaan sumber daya air dan udara, masyarakat adat kerap hidup dalam ancaman, baik karena kebijakan pembangunan, industri pertambangan, bencana alam, perubahan iklim, maupun karena kemiskinan. Tidak terkecuali dari ancaman penambangan mineral yang menjadi bahan baku pembuatan baterai kendaraan listrik serta pembangkit listrik tenaga surya dan bayu.
Baca juga: Jurnalisme Mencerahkan Sajikan Konten Berkualitas
Satu dari 17 poin tujuan pembangunan keberlanjutan merupakan komitmen untuk masyarakat yang adil, damai dan inklusif, efektif dan akuntabel. Media punya peran penting dalam memastikan pencapaian SDGs tersebut. Salah satunya melalui praktik jurnalisme yang membantu dalam memecahkan persoalan, memberi solusi (solutions journalism) lewat aksi dan kisah-kisah inspiratif para tokoh dan pejuang lingkungan dan hak-hak masyarakat.
Merujuk pada penjelasan dari organisasi Solutions Journalism Network (2020), jurnalisme solusi mengutamakan ikhtiar untuk menelusuri apa yang telah dilakukan, apa yang terbukti berhasil dan tidak berhasil, dan mengapa. Pada cerita sosok penyelamat dan pejuang lingkungan di atas, jurnalisme solusi menawarkan wawasan (insight) dengan menyajikan bukti (evidence) keberhasilan suatu gerakan-gerakan masyarakat dalam menyelamatkan masa depan alam dan lingkungan.
Liputan mendalam dan pemberitaan seputar poin-poin SDGs akan membantu masyarakat dalam memahami risiko-risiko global yang mendesak dan penting. Pemberitaan media yang mengangkat tokoh, inisiatif-inisiatif bertumpu pada kearifan budaya daerah dengan sudut pandang sehari-hari dapat mendorong partisipasi warga negara dalam upaya mencapai tujuan-tujuan tersebut.
Mengawasi pelaksanaan ESG
Saat ini, komitmen dan upaya pencapaian SDGs juga telah ditegaskan pemerintah dan swasta lewat program pengintegrasian aspek lingkungan, masyarakat, dan tata kelola pemerintahan (Environmental, Social, and Governance/ESG) dalam proyek-proyek pembangunan maupun bisnis. ESG menjadi indikator dalam bisnis saat ini.
Lewat Kementerian Keuangan, pemerintah telah menetapkan kerangka kerja ESG (ESG Framework) untuk pembiayaan pembangunan mencakup 10 standar (2022). Dimensi pertama, soal lingkungan yang terdiri dari empat standar, mulai dari pencegahan polusi dan pengelolaan limbah, konservasi keanekaragaman hayati, pengelolaan sumber daya alam dan efisiensi energi, hingga mitigasi dan adaptasi perubahan iklim dan risiko bencana.
Empat standar pada dimensi kedua terkait sosial, mulai dari standar ketenagakerjaan dan lingkungan kerja, keberagaman, kesetaraan, inklusivitas, dan akses, kepentingan sosial, hingga warisan budaya. Dimensi terakhir, soal tata kelola pemerintahan yang menyangkut standar kepemimpinan dan pemerintahan, dan risiko dan pengendalian.
Baca juga: Jurnalisme Lingkungan Dibutuhkan untuk Merawat Bumi
Implementasi program ESG baik oleh pemerintah maupun swasta harus dimonitor, dilaporkan, dan dievaluasi. Ini penting mengingat anggaran besar dikeluarkan untuk mencapai SDGs. Jurnalis dan media harus berperan untuk memastikan bahwa publik mengetahui hal ini, mendorong wacana tentang bagaimana anggaran itu dibelanjakan.
Media dan jurnalis dapat meminta pertanggungjawaban pihak-pihak yang yang terlibat dalam pelaksanaan ESG dalam proyek pembangunan pemerintah maupun yang melibatkan swasta.
Berbeda dengan praktik jurnalisme pembangunan pada masa Orde Baru yang lebih berpihak pada pemerintah dan industri yang eksploitatif, prinsip dan praktik jurnalisme solusi di tengah upaya pencapaian pembangunan berkelanjutan dapat mendorong kesejahteraan manusia dan alam di masa depan.
Peraih Noble Hijau yang dikisahkan dalam rubrik Sosok harian ini, Alok Shukla, memberikan bukti sebuah keberhasilan untuk menyelamatkan kelestarian Hutan Hasdeo Aranya di Chhattisgarh dari kerusakan yang ditimbulkan sejumlah korporasi. Ia dan komunitas lokal mampu melahirkan solidaritas nasional yang memaksa pemerintah membatalkan usulan 21 blok pertambangan batubara di wilayah hutan.
Bagi Shukla dan masyarakat, hutan adalah solusi masa depan. Bukan tambang! ”Kami akan terus berjuang agar tidak ada lagi tambang-tambang yang dibuka dan bahkan tidak boleh satu pun pohon ditebang di sini (Hutan Hasdeo) sekarang,” katanya.
Samiaji Bintang N, Ketua Program Studi Jurnalistik Universitas Multimedia Nusantara