Komplotan penipu lowongan pekerjaan leluasa beroperasi. Korbannya banyak orang miskin yang tengah membutuhkan kerja.
Oleh
REDAKSI
·2 menit baca
Sudah lama komplotan penipu berkedok lowongan kerja beroperasi. Pemerintah dan aparat penegak hukum harus menindak tegas komplotan penipu ini.
Sungguh keterlaluan dan biadab perbuatan komplotan penipu yang berkedok lowongan kerja ini. Mereka menipu dan mencoba mengambil untung dari masyarakat miskin yang sedang sangat membutuhkan pekerjaan.
Komplotan penipu berkedok lowongan kerja ini sudah lama beroperasi. Modus mereka sempat viral di media sosial dan juga terungkap di media arus utama. Namun, pemerintah dan aparat penegak hukum belum tergerak meringkus komplotan ini.
Liputan investigasi yang dilakukan harian Kompas sepanjang Juli hingga Agustus mengungkap operasi kelompok penipu ini di Jakarta dan sekitarnya. Mereka menyaru menjadi pihak yang menawarkan pekerjaan hingga bersalin rupa menjadi lembaga penempatan tenaga kerja swasta.
Komplotan ini menipu para pencari kerja dengan modus menyebar lowongan fiktif di media sosial dan platform lowongan kerja. Setelah ada pencari kerja yang terjaring, komplotan penipu ini kemudian memeras korban dengan meminta uang Rp 1,45 juta hingga Rp 1,7 juta per orang. Dalihnya, uang tersebut adalah jaminan untuk pengecekan kesehatan, pelatihan, dan seragam.
Para penipu ini menjanjikan, jika korban telah menyerahkan uang jaminan, mereka akan mendapatkan pekerjaan. Nyatanya, setelah menyerahkan uang, korban akan dioper ke sana kemari, tanpa kejelasan pekerjaan seperti yang dijanjikan. Hingga akhirnya korban menyerah dan merelakan uang jaminan yang telah diberikan kepada para penipu.
Mereka menyaru menjadi pihak yang menawarkan pekerjaan hingga bersalin rupa menjadi lembaga penempatan tenaga kerja swasta.
Banyak di antara para korban adalah orang miskin yang tengah membutuhkan pekerjaan. Untuk menjebak korban, para penipu ini kerap mengabari korban agar datang wawancara hanya sehari sebelumnya. Beberapa korban datang dari jauh ke Jakarta. Bahkan, ada korban yang uangnya pas-pasan sehingga saat dipanggil komplotan ini untuk wawancara, mereka terpaksa menginap di sebuah mushala. Bayangkan betapa kejinya perbuatan komplotan ini.
Namun meski kerap viral di media sosial dan terungkap di media, komplotan penipu berkedok lowongan pekerjaan ini masih leluasa beroperasi. Biasanya mereka menempati rumah toko (ruko) tak beridentitas.
Di ruko tersebut, kelompok penipu berbagi peran, ada yang menjadi pewawancara hingga pengamanan. Mereka yang bertugas sebagai tim pengamanan tak hanya mengawasi para pencari kerja saat datang ke ruko, tetapi juga akan memastikan korban menyerahkan uang jaminan.
Seharusnya mudah bagi pemerintah, khususnya Kementerian Ketenagakerjaan, menindak komplotan penipu lowongan pekerjaan ini. Selain itu, mengingat penipuan adalah delik biasa, polisi pun dapat meringkus komplotan ini meski tanpa laporan pengaduan masyarakat.