Isu Perang Gaza, Pertarungan Krusial Harris Vs Trump
Kamala Harris dan Donald Trump berbeda cukup signifikan dalam kebijakan perang Gaza. Apa maknanya bagi isu Palestina?
Oleh
MUSTHAFA ABD RAHMAN
·3 menit baca
Pemilu presiden Amerika Serikat, yang akan digelar pada 5 November 2024 atau tinggal tiga bulan lagi, tentu akan berpengaruh pada masa depan perang Gaza. Sebaliknya, isu perang Gaza juga akan berandil menentukan siapa penghuni Gedung Putih periode 2025-2029.
Kandidat presiden dari Partai Republik, Donald Trump, dan kandidat presiden dari Partai Demokrat, Kamala Harris, harus cerdik dan sekaligus hati-hati dalam menyampaikan program kebijakan luar negerinya, termasuk mengangkat isu perang Gaza. Isu perang Gaza akan menjadi salah satu isu besar internasional yang menjadi pertarungan Trump dan Harris.
Posisi AS, sekutu dan sekaligus pendukung utamaIsrael, tentu kini dalam posisi dilematis menyusul isu kemanusiaan dalam perang Gaza semakin kuat dan menjadi sorotan utama masyarakat internasional.
Namun, dalam berbagai pernyataan Trump dan Harris terkait isu konflik Palestina-Israel dan perang Gaza, Trump cenderung lebih kuat mendukung Israel, sementara Harris dalam batas tertentu lebih memberi toleransi terhadap Palestina.
Harris semula mendukung kuat Israel ketika terjadi serangan Hamas ke Israel pada 7 Oktober 2023. Sikapnya lambat laut berubah menyusul pembantaian Israel yang masif di Jalur Gaza. Harris terpaksa menyesuaikan diri dengan sikap masyarakat internasional yang mengkritik keras Israel dan Perdana Menteri Benjamin Netanyahu atas aksi biadab Israel di Jalur Gaza.
Harris kemudian ikut mengkritik Netanyahu yang menolak menghentikan perang Gaza dan bersikap keras dalam perundingan untuk mengakhiri perang Gaza dengan imbalan tukar-menukar tawanan lewat mediasi Mesir dan Qatar.
Harris semula mendukung kuat Israel ketika terjadi serangan Hamas ke Israel pada 7 Oktober 2023. Sikapnya lambat laut berubah menyusul pembantaian Israel yang masif di Jalur Gaza.
Dalam forum konferensi keamanan di Muenchen, Jerman, Februari 2024, Harris menyerukan solusi dua negara yang disebutnya sebagai jalan damai dan aman bagi Palestina dan Israel.
Dalam pidatonya bulan Maret 2024, di tengah semakin kuatnya reaksi negatif masyarakat internasional atas serangan biadab Israel di Jalur Gaza, Harris mulai ikut menyuarakan isu kemanusiaan di Jalur Gaza.
Harris dalam wawancara dengan stasiun televisi CBS News, Maret 2024, menyerukan agar Israel mengizinkan lebih banyak lagi bantuan kemanusiaan masuk ke Jalur Gaza. Ia mengungkapkan, warga Gaza terlihat kelaparan. Ia lalu menegaskan, rakyat Palestina dan Israel sama-sama berhak hidup dengan damai.
Ketika Israel bersiap menyerang kota Rafah di Jalur Gaza selatan pada Mei 2024, Harris kepada ABC News menyampaikan bahwa serangan besar-besaran militer Israel ke Rafah merupakan kekeliruan besar. Ia mengatakan telah melihat peta, di mana tidak ada tempat pelarian lagi bagi warga Gaza dan sekitar 1,5 juta jiwa berada di Rafah karena sebelumnya diminta berlindung ke Rafah.
Harris pun diprediksi akan mengikuti jejak Presiden Joe Biden dalam kebijakan luar negeri terkait China, Ukraina, dan Iran, tetapi akan lebih tegas terkait perang Gaza dengan lebih kuat mengkritik Israel jika menjadi presiden AS kelak.
Harris diprediksi akan lebih tegas terkait perang Gaza dengan lebih kuat mengkritik Israel jika menjadi presiden AS kelak.
Melihat sikap Harris yang terakhir ini lebih sering mengkritik Israel, ia diprediksi akan lebih banyak memberi simpati kepada Palestina dan lebih kuat lagi mengkritik pembangunan permukiman Yahudi di wilayah Palestina. Harris akan lebih banyak memberi perhatian kepada isu konflik Palestina-Israel, apalagi jika perang Gaza belum berakhir.
Dalam konteks domestik AS, Harris akan lebih memperkuat hubungan dengan kaum Demokrat progresif yang selama ini meminta Presiden Biden memberi syarat lebih ketat bagi arus suplai senjata AS ke Israel.
Adapun sikap Trump dikenal sangat mendukung Israel dalam perang Gaza. Ia meminta Israel segera mengakhiri serta memenangi perang Gaza. Dalam wawancara dengan koran Israel Today pada 25 Maret 2024 menyebut, berlarut-larutnya perang Gaza dengan korban besar hanya lebih mencoreng citranya.
Trump, seperti dikutip The Washington Post pada 14 Mei 2024, mendukung hak Israel memerangi Hamas. Trump dalam debat kandidat capres pertama dengan Biden mengatakan, Israel hendak melanjutkan perang dan hendaknya Biden membiarkan misi Israel itu, tetapi Biden tidak melakukan hal tersebut.
Trump dalam pidatonya di Negara Bagian Wisconsin pada 19 Juli 2024 mengatakan, lebih baik para tawanan yang disekap Hamas bisa bebas sebelum ia menjabat presiden AS. Ia menambahkan, harga yang harus dibayar lebih mahal lagi jika dirinya menjabat presiden lagi, sementara tawanan belum bebas.
Jika memangku jabatan presiden lagi pada Januari 2025, Trump diprediksi akan memberi dukungan kepada Israel tanpa syarat dan mendorong Israel terus melanjutkan perang Gaza sampai mencapai tujuannya.
Jika memangku jabatan presiden lagi pada Januari 2025, Trump diprediksi akan mendorong Israel terus melanjutkan perang Gaza sampai mencapai tujuannya.
Trump akan menerapkan kebijakan luar negeri terkait isu Palestina, seperti kebijakan yang diterapkan ketika Trump menjabat presiden AS sebelumnya, yaitu tahun 2017-2021. Kala itu, Trump akan sangat mendukung Israel dan mengabaikan hak-hak rakyat Palestina.
Trump pun akan semakin mendukung kubu kanan Israel dengan kebijakan menganeksasi Tepi Barat, reformasi peradilan di Israel yang lebih memberi otoritas kepada Knesset (parlemen) yang dikuasai kubu kanan dalam isu hukum di Israel, serta mendorong perang melawan Iran dan proksinya.
Trump telah menyampaikan 20 janji politik kepada para pemilih AS jika ia memenangi pemilu bulan November 2014. Janji nomor 18 dari 20 janji politik yang ia ucapkan adalah mengusir para pendukung Hamas.
Ada perbedaan cukup signifikan antara Trump dan Harris dalam kebijakan luar negeri mereka terkait isu konflik Palestina-Israel dan perang Gaza. Namun, secara umum, kebijakan AS terhadap Israel tidak ada perubahan, yakni tetap sebagai pendukung utama negara Israel, siapa pun presiden AS yang kelak terpilih.