Sosok dan Tantangan Mendikbudristek Mendatang
Sosok Mendikbudristek mendatang harus berani mengambil langkah progresif untuk mengatasi masalah kronis pendidikan.
Presiden dan Wakil Presiden Republik Indonesia terpilih untuk periode 2024-2029 akan dilantik pada 20 Oktober 2024. Dengan terpilihnya pasangan Prabowo Subianto dan Gibran Rakabuming Raka dalam Pemilihan Presiden 14 Februari 2024, maka perhatian masyarakat mulai tertuju pada berbagai posisi strategis yang akan mengisi pos-pos kabinet pemerintahan mendatang.
Salah satu posisi strategis tersebut adalah jabatan Menteri Pendidikan Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Mendikbudristek). Jabatan Mendikbudristek memegang peranan kunci dalam menentukan arah dan melajukan percepatan peningkatan kualitas pendidikan di Indonesia.
Pendidikan merupakan sektor yang sangat penting dalam menata masa depan bangsa. Karena itu, terpilihnya sosok Mendikbudristek yang ideal sangat dinantikan publik.
Posisi Mendikbudristek dalam kabinet Prabowo-Gibran bukan hanya sebuah jabatan politis dan teknis semata. Posisi Mendikbudristek ini juga sebuah posisi strategis yang membutuhkan pemimpin visioner dan berkomitmen tinggi terhadap kemajuan pendidikan di Indonesia, dan dapat diterima banyak pemangku kepentingan bidang pendidikan.
Kriteria yang diharapkan publik terutama masyarakat pendidikan, jika dipenuhi, akan membantu mengorkestrasi organisasi Kemendikbudristek dan seluruh pemerintah daerah serta berbagai pemangku kepentingan pendidikan untuk memastikan pendidikan di Indonesia dapat berkembang dan melaju kencang memenuhi kebutuhan masa depan bangsa dan tangguh menghadapi berbagai tantangan dinamika global.
Baca juga: Menyoal Dunia Pendidikan Kita
Kriteria ideal
Presiden dan wakil presiden terpilih tentu akan mempertimbangkan cermat kriteria ideal yang harus dimiliki oleh Mendikbudristek yang akan duduk di kabinet pemerintahan mendatang. Berikut adalah beberapa kriteria ideal calon Mendikbudristek mendatang yang menurut pendapat penulis patut dipertimbangkan.
Pertama, berwawasan kebangsaan yang kuat. Sebagai Mendikbudristek yang membidangi pendidikan nasional, tentu harus memiliki wawasan kebangsaan yang kokoh, memahami secara mendalam nilai-nilai Pancasila, dan mampu mengimplementasikannya dalam berbagai kebijakan pendidikan.
Berbagai tantangan yang timbul sebagai dampak globalisasi dan infiltrasi budaya asing membuat pendidikan menjadi sangat penting. Melalui pendidikan, kecintaan terhadap Tanah Air ditanamkan kepada generasi muda untuk dipersiapkan menjadi warga negara yang memegang teguh nilai-nilai lokal dan memiliki wawasan global dengan baik berlandaskan nilai-nilai Pancasila.
Kedua, berpengalaman dalam dunia pendidikan. Mendikbudristek hendaknya memiliki rekam jejak yang jelas dan panjang dalam dunia pendidikan, baik sebagai praktisi maupun pengambil kebijakan bidang pendidikan.
Meskipun menteri adalah jabatan politis, tetapi pengalaman di bidang pendidikan sangat penting dimiliki agar dapat memahami kompleksitas masalah pendidikan di Indonesia. Masalah pendidikan di Indonesia sangat kompleks mulai dari kesenjangan kualitas pendidikan di berbagai daerah, kurangnya ketersediaan guru, penyebaran yang tidak merata, dan rendahnya kesejahteraan guru.
Beragamnya permasalahan tersebut membutuhkan kepiawaian manajemen sosok menteri yang dapat menggerakkan roda birokrasi pendidikan di pusat dan daerah agar bekerja lebih serius dan sungguh-sungguh dalam menata dunia pendidikan sehingga kualitasnya melesat di lingkup regional maupun global.
Ketiga, memahami dinamika pendidikan di era digital. Era digital yang memengaruhi semua bidang kehidupan saat ini membawa tantangan sekaligus peluang pula bagi bidang pendidikan dalam mengakselerasi kualitasnya. Mendikbudristek mendatang idealnya harus melek teknologi dan memiliki visi memperluas akses pemanfaatan teknologi pembelajaran di seluruh penjuru Indonesia.
Meskipun menteri adalah jabatan politis, tetapi pengalaman di bidang pendidikan sangat penting dimiliki agar dapat memahami kompleksitas masalah pendidikan di Indonesia.
Beragamnya kondisi geografis dan belum seluruh daerah di Indonesia memiliki jaringan infrastruktur digital memadai, menjadi tantangan tersendiri bagi Mendikbudristek dan jajarannya. Perluasan pelatihan guru dalam penggunaan teknologi, dan kurikulum yang adaptif dengan perkembangan teknologi menjadi pekerjaan rumah yang harus dikerjakan Sang Menteri untuk mengejar ketertinggalan Indonesia dalam pendidikan.
Keempat, komitmen terhadap pendidikan inklusif dan berkeadilan. Pendidikan yang inklusif dan berkeadilan harus menjadi prioritas Mendikbudristek mendatang. Ia harus memastikan bukan sebagai menteri yang hanya membawahi dan mengelola satuan-satuan pendidikan milik pemerintah saja. Mendikbudristek mendatang harus memastikan bahwa semua sekolah dan perguruan tinggi (negeri maupun swasta) harus mendapatkan perhatian yang setara dan adil.
Mendikbudristek mendatang harus memandang bahwa semua anak di Indonesia, tanpa memandang latar belakang sosial, ekonomi, dan geografis, memiliki akses yang setara terhadap pendidikan yang bermutu. Hal tersebut mencakup perhatian khusus terhadap anak-anak dari kelompok minoritas, anak berkebutuhan khusus, serta mereka yang tinggal di daerah 3T (tertinggal, terdepan, dan terluar).
Tantangan beragam
Kelima, berjiwa inovatif dan progresif. Sosok Mendikbudristek mendatang, harus berjiwa inovatif, progresif, dan solutif. Beragamnya tantangan pendidikan di Indonesia membutuhkan solusi yang inovatif dan out of the box.
Mendikbudristek harus berani mengambil langkah-langkah progresif dan tidak linear untuk mengatasi masalah kronis pendidikan seperti rendahnya kualitas pendidikan di daerah terpencil, rendahnya kualitas dan kesejahteraan guru, minat baca dan menulis guru dan siswa yang rendah, serta fasilitas sarana prasarana pendidikan yang kurang memadai.
Menurut data Portal Kemendikbudristek, masih ada 321.941 sekolah rusak ringan, 238.290 sekolah rusak sedang, dan 121.011 sekolah rusak berat (data cut off 30 November 2023). Masih banyaknya kondisi sekolah yang rusak, sangat berpengaruh terhadap pelaksanaan proses pembelajaran yang baik.
Keenam, komitmen kuat terhadap pendidikan karakter. Dinamika global saat ini membuat generasi muda dihadapkan dengan tantangan degradasi moral dan etika. Karena itu, pendidikan karakter menjadi sangat penting dan strategis untuk menangkal terjadinya penurunan moral dan etika di kalangan pelajar.
Mendikbudristek harus memiliki visi dan misi yang jelas dalam mengembangkan pendidikan karakter sehingga mampu membawa generasi muda tidak hanya cerdas intelektual, tetapi juga berintegritas, dan memiliki etika moral yang kuat.
Baca juga: Melampaui Bayang-bayang Pendidikan
Ketujuh, kemampuan manajerial yang baik. Sektor pendidikan adalah salah satu bidang pemerintahan di Indonesia yang mengelola anggaran negara cukup besar. Amanat konstitusi bahwa anggaran 20 persen dari APBN dan APBD faktanya belum dilaksanakan secara optimal.
Menurut Direktur Jenderal Pendidikan Anak Usia Dini, Dasar, dan Menengah Kemendikbudristek Iwan Syahril dalam seminar internasional “Go Public Fund Education” pada 25 April 2024 di Gedung Guru Indonesia PB PGRI Jakarta, alokasi 20 persen anggaran pendidikan di APBN memiliki rincian: 11 persen ditransfer ke pemerintah daerah karena sistem tata kelola pendidikan di Indonesia yang desentralisasi; 5,5 persen untuk Kementerian Agama dan kementerian lain yang mengelola pendidikan; 2-3 persen untuk dana abadi pendidikan; dan 2 persen dikelola Kemendikbudristek (satu persennya untuk bantuan sosial pendidikan).
Karena itu, Mendikbudristek idealnya harus memiliki kemampuan manajerial yang baik dalam mengelola anggaran dan sumber daya yang tersedia agar sangkil dan mangkus. Pengalaman dalam manajemen anggaran dan mengelola organisasi besar akan menjadi nilai tambah yang sangat penting bagi sosok yang akan mengelola Kemendikbudristek mendatang.
Kedelapan, keterbukaan terhadap kritik dan kolaborasi. Mendikbudristek mendatang idealnya harus berjiwa demokratis, terbuka terhadap kritik, dan siap berkolaborasi dengan berbagai pemangku kepentingan pendidikan, termasuk para guru, akademisi, praktisi pendidikan lainnya, orangtua, dan masyarakat.
Kompleksitas tantangan pendidikan harus dicarikan solusi efektif dengan berkolaborasi dengan berbagai pemangku kepentingan pendidikan. Dukungan serta peran serta orangtua, komunitas masyarakat pendidikan, dan para pemangku kepentingan pendidikan lainnya dirasakan sangat efektif dalam menciptakan lingkungan yang mendukung proses pembelajaran berkualitas.
Mendikbud Ristek harus sering membuka komunikasi dan berdiskusi dengan jajaran di bawahnya dan seluruh pemangku kepentingan pendidikan untuk menyamakan mindset, dan mensosialisasikan berbagai kebijakan dalam memajukan dunia pendidikan di Indonesia.
Dengan memilih Mendikbudristek yang memenuhi kriteria ideal tersebut, pasangan Prabowo-Gibran dapat mewujudkan visi besar mereka untuk menciptakan Indonesia yang lebih maju dan berdaya saing di panggung global.
Catur Nurrochman Oktavian, Wakil Sekretaris Jenderal PB PGRI; Kepala SMPN 3 Tenjo Kabupaten Bogor